Siang ini Atlanta dan Dylan menghabiskan waktu menonton TV bersama. Atlanta sibuk menghabiskan sereal yang baru di belinya, sementara Dylan fokus menonton berita di TV.
“Johnattan Adams dikabarkan melakukan kolaborasi dengan salah satu merek pesawat. Warganet lagi-lagi berhasil di buat terpukau karena kehebatan keluarga Adams. Di kabarkan juga anak tunggal dari keluarga Adams yakni Leondra Adams akan berinvestasi kepada kelab bisbol negara.”
Atlanta berdecak mendengar apa yang di katakan oleh berita. Mendengar nama keluarganya di sebukan di TV membuat Atlanta menjadi tak nyaman. Bisa-bisanya nama mereka muncul dengan hebat dalam berita di saat Atlanta sudah mengancam nyawa Johnattan Adams dengan tangannya sendiri.
“Keluarga Adams terdengar sangat hebat. Nama mereka seringkali di sebutkan dalam berita,” komentar Dylan terhadap berita yang di sampaikan.
“Kau percaya dengan semua apa yang di katakan berita?” tanya
Selagi menunggu Dylan mandi, Atlanta duduk di hadapan komputer dengan tenang. Kedua telinga Atlanta di tutup menggunakan earphone. Mendengar rekaman suara yang Atlanta letakkan di tempat kediaman Samuel.‘Siapa suruh kau berani bermain-main denganku, Samuel?’ Atlanta mengetuk meja kerja secara berirama. Mendengarkan dengan saksama ketika Samuel sedang menjelaskan bagian dari projeknya.Hal ini menguntungkan bagi Atlanta karena Samuel tipe orang yang selalu berbicara sendiri ketika sedang sendirian. Tipikal anak jenius. Samuel mengatakan apa yang sedang ia lakukan secara jelas dan terperinci. Seperti sedang menerangkan kepada dirinya sendiri.“Kira-kira berapa juta dollar yang bisa aku hasilkan dari ini?” gumam Atlanta.Tak lagi mendengar suara keran air, Atlanta segera mematikan komputernya. Komputer Atlanta di lengkapi dengan sandi ketik dan sidik jari sehingga Dylan tak akan bisa membukanya. Lagipula Dylan tak memi
Lemparan pertama sengaja Atlanta gagalkan. Tapi Dylan tidak merasakan kekecewaan sedikitpun ketika Atlanta gagal mencoba. Dylan akan menganggap hal itu wajar karena Atlanta adalah seorang pemula.Valeria menggeleng tak percaya. Tak menyangka jika Atlanta akan berakting sejauh itu. Padahal Valeria tahu, jika dengan mata tertutup pun Atlanta bisa mengenai target titik merah dengan mudah. Memang sehebat itu kemampuan Atlanta.Lemparan kedua Atlanta sengaja mengarahkan ke titik yang masih jauh dari target meski tangannya tetap berada di bawah pengawasan Dylan. Sejak pecobaan pertama, Dylan tak melepaskan tangan Atlanta sedikit pun.“Wah? Aku melakukannya sayang!” seru Atlanta, tersenyum ceria.Dylan juga ikut tersenyum tak kalah lebih ceria dari senyuman Atlanta.Valeria menganga melihat reaksi Atlanta yang sangat berlebihan. Karakter dingin Atlanta sangat melekat pada diri Atlanta, apa lagi jika sedang bekerja. Valeria harus memberikan Atl
Atlanta tersenyum melihat suaminya sudah kembali dengan sekantung belanja yang berisi botol-botol minuman.“Terima kasih sayang,” ujar Atlanta seraya menerima botol minum yang sudah Dylan buka terlebih dahulu tutupnya.“Terima kasih Dylan.” Valeria tersenyum manis ketika menerima minuman dari tangan Dylan.Atlanta dan Valeria duduk di bangku dan membasahkan kerongkongan mereka yang terasa sangat kering. Dylan datang melihat hasil tembakan Atlanta selagi Dylan pergi membeli minuman.“Tembakanmu bagus, sayang. Apakah Valeria mengajarimu dengan baik?”Atlanta menganggukkan kepala. “Temanmu sangat hebat, dia bisa mengajariku dengan sangat baik. Sepertinya menembak lebih cocok untukku sebagai pemula dari pada harus melempar pisau.”“Terima kasih Valeria sudah mengajari istriku dengan sangat baik.” Dylan berterima kasih.Mendapatkan ucapan terjma kasih meski dirinya tak pantas mend
Tiba-tiba Dylan memeluk Atlanta dari belakang dengan sangat kencang dengan tangan kiri seolah sedang mencekik leher Atlanta. Refleks Atlanta langsung melepaskan tangan Dylan dengan cepat kemudian berputar dan mendorong Dylan dengan tendangan tinggi hingga Dylan jatuh tersungkur. Atlanta melakukannya sangat cepat sehingga Dylan baru bisa tercengang setelah terjatuh. Atlanta dan Valeria membulatkan mata dengan sempurna, terkejut atas refleks yang Atlanta berikan. ‘Aish! Siapa suruh Dylan seolah akan mencekik leherku tanpa aba-aba?’ gerutu Atlanta dalam hati. Valeria juga ikut tercengang seperti Dylan. ‘Gawat! Leona mengeluarkan refleks tenaganya.’ “Astaga, sayang? Kau baik-baik saja? Maaf, aku terkejut karena kau memegang leherku tiba-tiba.” Atlanta berlutut di sebelah Dylan dan memastikan jika tendangan yang Atlanta arahkan ke dada Dylan tidak menimbulkan hal buruk. Dylan terbatuk, tendangan yang Atlanta berikan sukse
Selesai berbincang di kamar mandi, Atlanta kembali dan melirik posisi Oliver sekilas. Oliver sedang menenggak alkohol dan melemparkan tatapan penuh arti kepada Atlanta. Menunggu Atlanta untuk mengambil barang.Atlanta berjalan dengan tenang menuju arah meja Oliver berada. Atlanta bisa tahu jika hard disk tersebut di simpan di bawah tisu makan. Oliver berdiri, mereka berdua sengaja menabrak bahu hingga Oliver kembali jatuh di kursinya.“Astaga, maafkan aku. Mafkan aku. Kau baik-baik saja?” Atlanta menunduk dan meraba-raba tubuh Oliver dengan dalih memastika jika Oliver baik-baik saja setelah di tabraknya.Saat itu pula tangan Atlanta meraih hard disk yang di tutupi oleh tisu makan.“Tidak apa-apa. Lain kali berhati-hatilah,” balas Oliver ramah.“Maafkan aku.” Atlanta tersenyum canggung kemudian pergi dari hadapan Oliver.Dylan yang hendak berdiri menghampiri Atlanta pun mengurungkan niat ketika melihat Atla
Dylan bangun setelah terlelap selama lima jam. Cukup lama. Kepala Dylan terasa pening saat bangun dari tidurnya.“Apa aku tertidur?” tanya Dylan ketika terbangun.Atlanta yang sedang duduk santai di meja bar, minum segelas jus jambu seraya membaca majalah. Pekerjaan Atlanta selesai lima belas menit yang lalu, kini Atlanta berusaha menutupi jari-jarinya yang sangat pegal.“Kau sudah bangun? Sepertinya kau sangat lelah setelah kita bermain. Kau tidur cukup lama,” sahut Atlanta.Dylan menatap jam dinding. “Aku tidur selama lima jam? Aku tidak pernah tidur siang selama itu.”“Tidak apa-apa, tidak ada yang salah dengan tidur siang lima jam. Artinya kau menikmati waktumu setelah menikah denganku,” balas Atlanta santai.“Kau mau makan apa? Aku akan menyiapkanmu makan malam.” Atlanta berdiri dan membuka pintu kulkas, mencari bahan makanan yang bisa ia masak untuk makan malam.“
“Aku menguntitmu selama dua tahun.”“Lalu kau tidak pernah menegurku? Tidak ada dirimu dalam ingatakn seorang Leona.”“Kita pernah berbicara. Aku menumpahkan es dan kau datang untuk memberikanku tisu. Kau juga pernah menyelamatkanku ketika aku hampir di tabrak mobil.”Atlanta mengerutkan dahi. Berusaha mengingat hal-hal yang Samuel singgung tapi tak sedikitpun Atlanta menemukan Samuel di dalam ingatannya terdahulu.“Kau mengarang? Aku tidak bisa menemukanmu dalam ingatanku,” balas Atlanta jujur.Tiba-tiba pintu terbuka dan muncullah sosok Dylan seraya membawa dua kantung belanja berukuran besar.“Apa yang sedang kalian lakukan?”Atlanta tersenyum mendapati kedatangan Dylan. Atlanta segera berdiri dan membantu Dylan untuk membereskan barang belanjaan.“Kami hanya berbincang ringan. Samuel bercerita jika zaman dia kuliah dulu ada seorang Dewi CTF yang melegenda di&
“Belum ada info terbaru lagi. Kemungkinan Detektif Jackson hanya di culik, atau kemungkinan terburuk adalah Detektif Jackson telah tewas di bunuh.”Dylan terdiam sesaat. “Siapa tersangka saat ini?”“Rival perusahaan Detektif Jackson. Tersangka mengarah kesana karena penyerangan pertama mengarah kebangkrutan perusahaan baja milik keluarga Detektif Jackson,” jelas Zunaira.Merasa ada yang ganjil, Dylan mengetukkan jemarinya ke atas meja secara irama. Menunjukkan dengan jelas jika ia sedang berpikir.“Kenapa kau tidak mencurigai Hilton? Bukankah yang paling di untungkan atas menghilangnya Detektif Jackson selain rival perusahaan, Hilton juga di untungkan dalam hal ini? bukti Hilton juga menghilang bersamaan dengan hilangnya Detektif Jackson.”Zunaira mengubah posisinya menjadi duduk tegak mendengar asumsi Dylan. “Hilton?” tanyanya.Dylan menganggukkan kepala. “Mata-mata Hilton ad