Share

4 - Sebuah Insiden

Puluhan manusia berbaris rapi menunggu giliran untuk memesan sesuatu di sebuah restaurant ayam. Tempat itu terlihat sangat ramai hari ini dari pagi hingga malam ruangan itu dipenuhi barisan pembeli. Audrey Dianne seorang pekerja paruh waktu yang bekerja sebagai kasir di restaurant ayam itu bahkan dengan sukarela bekerja lembur untuk membantu karyawan lain yang sedang berusaha menyelesaikan tumpukan pesanan yang menggunung.

"Satu box buffalo wings original dan dua box buffalo wings crispy, selamat menikmati makanan kami" begitulah cara Audrey memperlakukan pelanggan dengan ramah dan penuh sopan santun disertai seulas senyum yang sejak tadi terpasang diwajah manisnya.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, puluhan pelanggan yang sejak tadi memenuhi tempat ini kini mulai pergi satu persatu sebab keinginan mereka sudah terpenuhi dengan baik.

"Hari yang sungguh melelahkan" Audrey meregangkan badannya yang terasa pegal karena harus berdiri sejak tadi untuk menerima pesanan para pelanggan, hari yang menyibukkan ini bahkan membuat ia dan karyawan lain belum sempat untuk mengisi perut mereka yang kosong.

"Audrey makanlah ini, Pak David membelikan ini untuk semua karyawan" ucap seorang lelaki yang lebih tua darinya, tangan lelaki itu mengulurkan sebuah sandwich berisi daging asap yang terlihat sangat mengiurkan.

Audrey menerima sandwich tersebut dan segera memakannya dengan lahap, cacing-cacing di perutnya kini tak lagi kelaparan. Makanan ini sungguh terasa nikmat baginya, entah telah berapa lama Audrey tak merasakan makanan nikmat seperti sekarang karena belakangan ini ia hanya mampu membeli mie instan untuk mengisi perutnya. Gadis itu juga harus menghemat sampai mendapatkan gaji pertamanya.

Audrey begitu menikmati sandwich berisi daging asap yang ada ditangannya hingga tak menyadari seseorang datang untuk memesan sebuah makanan.

Seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahun dengan pakaian glamour dan rambutnya yang berwarna coklat dibiarkan terurai begitu saja. Rupa wajah yang tak terasa asing bagi Audrey.

***

Braakk!!

"Lihat kau bahkan tak bisa mengerjakan soal semudah ini! Bagaimana kau bisa mendapatkan rangking 1? Apa kau selalu mencontek saat ujian?" Mrs. Camelia memukul papan tulis yang berisikan tiga soal matematika dihadapan salah satu murid di kelas tersebut.

Bentakan Mrs. Camelia kepada gadis yang menjadi muridnya itu kemudian disusul dengan berbagai olokan yang dilontarkan oleh beberapa siswa lainnya, hal itu membuat suasana menjadi begitu ramai tak terkendali.

"Dia pasti menggunakan lipatan-lipatan di tubuhnya untuk menyembunyikan contekan hahaha ..." lelucon salah satu siswa tersebut memancing seluruh murid yang ada di ruangan itu untuk tertawa. 

Sementara gadis yang diolok hanya terdiam lesu dan menundukkan kepalanya. Audrey tak tau harus bersikap bagaimana untuk mengatasi kondisi seperti ini. Melihat Audrey yang hanya terdiam, seluruh murid di ruangan itu semakin menjadi-jadi. Bak sebuah pisau tajam, kata-kata yang mereka lontarkan itu menghunus menembus hatinya, membuat luka yang sangat besar dan dalam di hati Audrey.

"Sepertinya kau harus melakukan diet, kalau kau tidak tahu apa itu diet aku akan mengejakannya untukmu, d-i-e-t" 

"Iuh lemak itu bahkan mengeluarkan minyak, lihatlah minyak ditubuhnya itu"

"Mungkin kebakaran yang menewaskan kedua orang tuanya itu merupakan kesengajaan karena mereka malu mempunyai anak jelek dan gendut sepertimu" 

Candaan yang terdengar semakin kelewat batas itu bahkan tak dihentikan oleh Mrs. Camelia yang berada di sampingnya. Pada akhirnya apa yang bisa Audrey lakukan? Tentu saja tak ada selain menangis. Bulir-bulir bening menetes begitu saja dari pelupuk matanya.

"Kau menangis? Mereka hanya bercanda Audrey, kenapa kau begitu sensitif? Lagi pula perkataan mereka ada benarnya, kau harus diet karena berat badan yang berlebihan itu tidak bagus untuk kesehatan. Ayolah mereka peduli denganmu jangan menangis begitu" Mrs. Camelia akhirnya membuka suara setelah menyadari gadis disampingnya meneteskan air mata.

***

"Hey! Kau tak mendengarkan aku?" wanita itu sedikit berteriak membuyarkan lamunan Audrey tentang masa lalunya.

"Maaf, apa kau bisa mengulangi kembali pesananmu?" Audrey berusaha bersikap sesopan mungkin.

"Satu box chicken drumstick original, satu lagi yang pedas, dan dua cola" wanita itu mendengus kesal, ia merasa diremehkan oleh gadis kasir yang bekerja di restaurant ayam ini.

"Baik, satu box chicken drumstick original, satu box chicken drumstick pedas dan dua gelas cola, atas nama siapa?" Audrey memastikan kembali pesanan wanita itu agar tidak terjadi kesalahan, kemudian ia menanyakan nama atas pesanan tersebut.

"Camelia" jawab wanita itu singkat.

Audrey terdiam sejenak, rupanya benar wanita yang memesan makanan ini adalah mantan wali kelasnya ketika bersekolah di Eaton Square Senior High School, Mrs. Camelia.

Seluruh kisah tentang masa lalunya tiba-tiba datang memenuhi pikirannya. Membuatnya begitu marah sekaligus sedih. Kebetulan macam apa ini? Mengapa semua hal yang terjadi dalam hidupnya serasa sudah diatur sedemikian rupa? 

Gadis itu diam menenangkan diri mengamati wanita yang kini sedang duduk dan sibuk dengan ponselnya. Ingin sekali rasanya Audrey memukul wanita itu, namun ia berusaha menahannya sekuat tenaga. Gadis itu tak boleh membuat kekacauan di hari pertama ia bekerja.

Tak lama kemudian, seorang pria dengan setelan jas berwarna biru dongker berjalan mengendap-endap menghampiri wanita itu sembari membawa satu buket bunga yang sangat cantik di belakang punggungnya.

"Kejutan!" pria itu memberikan buket bunga kepada Camelia.

"Ini sangat cantik! Kau benar-benar pria teromantis di dunia" wajah wanita itu memerah dan ia tersenyum bahagia. 

Mereka berdua menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang menggunakan suara yang begitu keras tak memperdulikan pelanggan lain yang menatap ke arah mereka. Sepertinya mereka tak menyadari betapa hebohnya tingkah laku mereka hingga menganggu kenyamanan orang yang ada di ruangan itu.

Makanan pun telah siap dan Audrey segera mengantarkan makanan tersebut ke meja pemesan. Namun sepertinya nasib buruk kembali datang menghampiri Audrey Dianne.

"Sayang, mengapa kau tidak memesan keduanya dengan rasa pedas?" pria itu merengek bak anak kecil yang menginginkan sebuah permen dari ibunya.

"Maaf sayang, aku kira kau akan menyukainya. Baiklah, tolong ganti pesanannya" wanita itu dengan semena-mena menyuruh Audrey dan lagi-lagi Audrey dengan sopan menjelaskan bahwa pesanan yang sudah dipesan tidak bisa dikembalikan atau ditukar.

"Yasudah, pesan satu lagi chicken drumstick pedas" 

"Baik, untuk pembayaran silahkan langsung ke kas-"

Byurr!!

Wanita itu menyiram segelas cola ke wajah Audrey membuat semua orang kembali melihat kearah mereka, bahkan orang lewat sekalipun.

"Kau meremehkanku sejak tadi?! Aku akan membayarnya! Mengapa kau menghancurkan suasana hatiku?!" 

Sepertinya perlu digaris bawahi bahwa wanita ini benar-benar tidak waras, bagaimana bisa seseorang dengan kepribadian buruk seperti ini menjadi seorang guru? 

Audrey akhirnya kehilangan kesabaran yang sudah ia tahan sejak tadi. Gadis itu membalas perlakuan wanita itu, ya menyiram wajahnya dengan segelas cola.

Keributan yang terjadi pun semakin besar setelah sang suami tak terima bahwa istrinya diperlakukan seperti itu. Pria bersetelan jas berwarna biru dongker tersebut mengangkat lengan kanannya bersiap untuk menampar gadis pekerja paruh waktu itu. Tetapi saat ia akan melayangkan pukulan, seseorang menahan lengannya membuat Audrey membelalakkan mata.

"Al-Alberth Galvin?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status