Share

Touched

“Kau...” Suara lembut Rose yang biasanya terdengar.

“Kenapa? Aku ikhlas kalau kau akan membunuhku.”

Aku yang masih menutup mata berkata dengan sejujur-jujurnya.

“Kau... benar-benar... tidak takut padaku?”

“Tentu saja, kau temanku. Tapi aku memiliki permintaan kepadamu, kalau aku mati bisa kau menjaga Rudy?”

Tiba-tiba sebuah pelukan terasa mendekap tubuhku dengan spontan aku membuka mataku.

Ro-rose apa yang kau lakukan!

“Dan di saat seperti... kau masih memikirkan Rudy?”

“Ru-rudy sahabat terbaikku. Ro-rose bisa kau lepaskan aku?”

“Oh! Jadi ini rahasianya?” tiba-tiba suara Rudy mengagetkan kami berdua.

Dengan wajah memerah, Rose melepaskan pelukannya.

“Tu-tunggu ini salah paham!” aku berusaha menjelaskan semuanya.

“Ru...rudy sejak kapan... kau berada di sana?” Rose bertanya sembari menatap lantai.

“Sejak kau berubah dan memeluknya?” ia tersenyum tak enak.

Kenapa kau tidak berbohong Rudy!

“Aku tidak melarang kalian berpacaran, tapi sebagai Succubus tolong jangan lukai Ricky. Aku yakin kau orang baik Rose.”

“Kau... percaya padaku?” Rose menatap Rudy.

“Tentu saja, ka-kau ada apa Rose?” Rudy tersentak kala Rose mendekat dan mencium udara di sekitarnya.

“Kalian... kenapa dengan kalian?” Rose tiba-tiba menangis.

“Kenapa Rose? ada yang salah? Ricky! Kau! Apa yang kau lakukan padanya!” Rudy menatapku tajam kemudian mendekatiku.

“A-aku tidak melakukan apapun! A-aku bersumpah!” Aku berusaha menyangkal tuduhannya.

“Katakan yang sebenarnya Ricky!” Rudy mengguncang tubuhku.

“Benar! Aku tidak melakukan apa-apa!” 

Tiba-tiba Rose tertawa dan membuat kami mengalihkan pandangan ke arahnya.

“Kalian ini... benar-benar... hahaha!” 

Dan untuk pertama kalinya kami berdua melihat Rose Hyberis yang selalu diam tertawa dengan begitu lepasnya.

“Hatchu!” aku menutup hidung dan mulutku dengan kedua tanganku.

“Kau sedang sakit kenapa kau mandi! Bukannya kau sudah kubersihkan?”

“Aku tidak biasa kalau tidak mandi, hatchu!”

“Kau ini benar-benar!”

Telinga bertahanlah, kau harus siap mendengarkan ocehan Rudy!

*****

“Sebenarnya... kalian orang pertama menerimaku... apa adanya, selain Judy serta Mary. Dan aku... tidak mencium ketakutan dari kalian sama sekali...” Rose duduk di samping ranjangku sembari menatap kedua ibu jarinya yang bergerak tak tenang.

Aku yang berbaring sembari memakai selimut, mendengarkan ucapannya yang lembut itu dengan seksama.

“Sekarang baru aku sadar, kau tidak berbicara selain pada kami dan mereka berdua.” Rudy mengerutkan dahinya.

“Itu... karena aku bisa melihat kepribadian seseorang... dan menurutku kalianlah yang dapat aku percaya... Jadi itu alasannya, kenapa aku tidak berbicara pada sembarang orang.”

“Lalu bagaimana dengan perasaanmu pada Ricky?” Rudy melirik ke arahku.

Rudy! Apa yang kau lakukan!

“Itu...”

“Ro-rose jangan dengarkan ucapannya! Otaknya sedang bermasalah!” aku bangun kemudian melemparkan bantal ke arah Rudy.

“Kenapa? Bukannya kau juga penasaran?” Rudy menangkap bantal itu kemudian melemparkannya kembali ke arahku.

“Sudah Rose jangan dijawab,” aku menatapnya, “bagaimana dengan kakakmu?”

“Berbeda denganku... kakakku dapat membaca pikiran orang lain...”

“Bukan, maksudku apa yang harus aku lakukan? Apa kita korban kan seseorang saja?” aku tersenyum sembari melirik Rudy.

“Hah! Pasti ada seseorang yang akan memohon untuk tidak melukaiku, tapi aku lupa siapa ya?” Rudy menatapku dengan ekspresi yang membuatku kesal.

Kau benar-benar Rudy!

“Hahaha!” Rose tertawa kembali.

“Jujur aku belum pernah melihatmu tertawa lepas seperti itu Rose.” Rudy tersenyum ke arahnya tapi tangannya menggelitikku.

“Hentikan! Hentikan! Hahaha!” tawaku tak tertahankan.

“Aku... tidak tahu...” Rose memalingkan wajahnya, “untuk kakakku... Aku akan melakukan sesuatu, jangan khawatir.”

“Rose jika terjadi apa-apa padaku tolong jaga mahluk ini!” ucapku sembari membalas gelitikkan Rudy.

“Hei! Hahaha! Hentikan! Hahaha!”

“Tentu saja... tapi kalian bisa memenuhi janji kalian bukan?” Rose menatap kami berdua secara bergantian.

“Berpura-pura tidak tahu apa-apa dan tidak berkata apa pun tentang itu! Aku mengerti!” Rudy meletakkan jarinya yang rapat di sudut pelipisnya layaknya seorang komandan yang melapor.

“Baiklah... Aku pulang dulu... terima kasih semuanya...” Rose tersenyum kemudian bangkit dan menghilang di balik persegi panjang yang memiliki knop.

“Jadi bagaimana?” Rudy menatapku sembari menaikkan kedua alisnya dan tersenyum.

“Apanya yang bagaimana?” aku mengernyitkan dahi tak mengerti.

“Rose! Apa kau tak ingin membalas perasaannya?” Rudy yang sibuk mempersiapkan tempat tidurnya sesekali mencuri pandang ke arahku, menunggu jawaban dariku.

“I-itu a-aku...”

Aku tidak memiliki rasa apa pun kecuali sebatas teman terhadapnya.

“Kau tidak menyukainya?” Rudy membaca pikiranku.

Aku menganggukkan kepala.

“Kalau begitu aku tidak memaksa,” Rudy mulai merebahkan tubuhnya di atas matras, “tapi kenapa aku tidak takut melihatnya?”

“Aku juga merasakan hal yang sama, tapi kenapa?”

“Apa karena kita selalu melihatnya yang lemah lembut? Jadi merasa kalau ia melukai orang lain adalah hal yang tidak mungkin?”

Rudy tiba-tiba bangun dan menatapku, “benar! Dan melihatnya dalam bentuk Succubus membuatku sadar betapa cantiknya dia!”

“Hei! Jangan-jangan kau menyukainya Rudy!”

“Bukankah hal wajar kalau pria tertarik pada Succubus? Apalagi kalau hanya berdua seperti kalian tadi Ah... Aku akan menaiki tangga kedewasaan Au-“ belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, aku telah melemparkan sebuah bantal ke arahnya.

“Hentikan pikiran kotormu Rudy! Tidak pantas seorang bangsawan berkata seperti itu!” 

“Apa yang barusan kau katakan Rick?” Ia menatapku aneh.

Gawat aku tak sengaja berkata seperti itu!

Aku tidak boleh membocorkan rahasia bahwa ia seorang bangsawan!

Dalam rute Mary, ia cemburu pada seorang wanita yang mencari keberadaan Rudy. Dan wanita itu, Ibu kandung Rudy.

“Ah! Tidak! Aku tidak berkata apa-apa! Ayo tidur! Besok kita akan bersekolah bukan?” aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Besok ada ulangan! Dan kita belum belajar!” Rudy melemparkan bantal ke arahku.

“Hei! Ini bukan salahku!” aku menerima bantal darinya.

“Besok pagi! Kita harus belajar!” Rudy menatapku dengan penuh semangat.

“Baiklah, semoga aku merasa lebih baik besok.” Aku menarik selimut dan mulai menutup mata.

***** 

“Ricky! Bangun! Kau harus belajar!” suara Rudy memasuki telingaku bersamaan dengan tubuhku yang berguncang pelan.

“Hmmm...?” aku mengucek mataku dan bangun dari tidurku, “belajar?”

“Tentu saja! Ayo cepat!” Rudy menarikku dari tempat tidur.

“Hoamm! Ah!” aku memegang perutku sendiri, “aku lapar, aku belum makan malam kemarin, kau mau?”

“Tidak perlu ditanya, aku juga belum sempat makan malam hehehe!” Rudy menatapku sembari tertawa tak enak.

“Baiklah, tunggu sebentar!” aku beringsut ke kamar untuk mencuci muka.

Apa yang akan aku masak? Sesuatu yang mudah tentu saja! Mie instan saja hahaha!

Aku mengambil 2 bungkus mie instan, kemudian mulai memanaskan air. Sembari menunggu air mendidih, aku mencuci beberapa buah tomat kemudian memotongnya. 

Sedikit rasa asam dari tomat akan menyegarkan tubuh!

Setelah itu aku memasak mie instan seperti biasa, tetapi aku memasukkan potongan tomat ke dalamnya. Setelah mie matang, aku memasukkan susu sebagai pengganti kuahnya.

“Rudy! Ini!” aku memberikan semangkuk mie instan berhiaskan potongan tomat dengan kuah yang putih.

“Ini? Mie instan?” ia menatap aneh mangkuk yang kuberikan.

“Sudah makan saja, aku yakin kau akan suka!” aku meletakkannya di atas meja, “aku akan belajar di meja makan.”

Aku mengambil sebuah buku dari dalam rak kemudian pergi meninggalkan Rudy.

“Rick kau tidak mau menggunakan meja belajarmu?”  Rudy tampak tak enak.

“Sudah pakai saja, aku tahu kau tidak bisa berkonsentrasi kalau ribut bukan?” Aku menepuk bahunya, “semangat Rudy!”

“Terima kasih Rick!” Rudy mengangguk lalu tersenyum.

Aku membalas senyumannya lalu pergi meninggalkannya menuju dapur.

***** 

“Rudy apa kau tidak aneh dengan ujian kali ini?” aku mengetukkan jari ke meja.

Pertanyaan tentang pengetahuan umum, tapi sepertinya jangkauannya lebih luas. Bukan seperti pelajaran umum yang kami pelajari.

“Benar, ini seperti soal untuk seleksi perlombaan waktu itu. Pengetahuan umumnya lebih luas dan mendetail.” Rudy tampak menimbang pertanyaanku dalam benaknya.

“Selamat siang semua, maaf Saya lupa memberi tahu bahwa siapa pun yang mendapatkan nilai paling tinggi akan menjadi anggota pengganti pada perlombaan antar sekolah 2 minggu lagi.” tuan Frederick, guru pengetahuan umum memberikan pengumuman tiba-tiba.

“Maaf bukannya yang menjadi anggota pengganti murid dari kelas sebelah?” Rudy yang ikut menjadi salah satu anggota tim angkat bicara.

“Kemarin sore, ia ditemukan tewas. Saya tidak bisa menjelaskan lebih lanjut karena saya tidak tahu apa-apa.” Tuan Frederick tampak menyembunyikan sesuatu.

Jangan-jangan! Ia yang telah Mary bunuh!

“Ricky kau kenapa?” Rudy tampak melihat tanya dalam benakku.

“Apa Mary yang membunuhnya?” aku menatap Mary yang tampak duduk tenang di barisan depan.

“Eh? Ada apa dengan Mary?” tiba-tiba suara Judy menyentak kaget kami berdua.

“Ju-judy! Kau mengagetkanku!” aku memegang dadaku sendiri.

“Iya mengagetkan saja! Haha!” tawa Rudy yang terdengar tak alami.

“Kenapa? Ada apa dengan Mary?” Judy tersenyum sembari menatap kami bergantian, “Apa ada yang kalian sembunyikan?”

Bagaimana ini? Bagaimana ini? Bagaimana ini!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status