Share

NAYARA And the Lost of Naga Sasra
NAYARA And the Lost of Naga Sasra
Penulis: Enno Ramelan

Pekerjaan Nayara

Motor hitam ala Brat Bobber berhenti di depan gedung berlantai dua berwarna biru muda. Di depan gedung itu terpasang baliho besar bertuliskan nama sebuah perusahaan. Gadis muda pengendara motor tersebut berkerja di sana.

Dia memarkirkan motornya di samping gedung. Mengenakan kaos putih lengan pendek, dipadukan dengan jaket denim berwarna hitam, serta celana jeans warna senada. Tak lupa sebuah kaca mata hitam tersemat di wajahnya.

Tubuhnya proposional dengan tinggi semampai. Rambut hitam sebahu dia biarkan tergerai. Nay, begitu dia biasa disapa.

Bekerja pada bagian survey untuk perusahaan jasa renovasi rumah-rumah tua. Usianya mendekati kepala tiga. Cukup matang memang, tetapi dia belum memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya. Menikah bukan prioritas utama. Baginya, bekerja dirasa jauh lebih penting dan menyenangkan. Bisa bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman. Terkadang penuh kejutan dan seru.

Pagi ini Nay diminta untuk menemui salah satu klien. Perusahaan tempatnya bekerja mendapat proyek pengerjaan renovasi rumah tua. Kemarin Pak Oey, atasannya, memberikan foto sebuah rumah tua besar dengan halaman yang sangat luas. Konon rumah tersebut peninggalan tuan tanah jaman Belanda.

"Nay, temui Pak Hans jam 09.00. Alamat dan nomor HP-nya sudah saya kirim kemarin ke WA kamu. Cek apakah rumah itu aman untuk dikerjakan. Ini bawa mobil saya saja." Sebuah kunci dia angsurkan ke depan Nay.

"Oke, Boss!" Tangan Nay mengambil kunci di meja atasannya itu lalu dia masukkan ke dalam saku jaket "Saya berangkat, Pak." Pak Oey tersenyum seraya mengacungkan jempolnya

Menggunakan mobil hitam jenis sedan milik Pak Oey, Nay meluncur menyopiri mobilnya sendiri. Seperti biasa, pemandangan hampir di setiap ruas jalan raya di jam-jam sibuk, selalu rapat dengan kendaraan. Tidak bisa memacu dengan cepat, paling hanya saling mengumpat dalam hati bila kendaraan di depan tak kunjung bergerak.

Hampir dua jam perjalanan dari kantor sampai ke rumah yang dimaksud. Setibanya di sana, Pak Hans sudah menunggu. Dia tersenyum hangat menyambut kedatangan Nayara.

"Selamat pagi, Pak. Maaf saya terlambat." Nay santun mengucap salam.

"Pagi. Tidak apa, saya juga baru datang. Kamu, Nayara?" tanya Pak Hans.

"Iya, Pak, saya."

"Mari silahkan masuk. Kata Pak Oey, kamu akan melihat bagian dalam dan sekeliling halaman rumah ini."

"Iya, Pak."

"Mari saya antar." Pak Hans berjalan masuk ke dalam rumah, diikuti Nay di belakangnya.

Begitu langkahnya menapaki lantai ruang depan, aroma kotoran kelelawar tercium samar. Beberapa lubang terlihat di langit-langit rumah.

Sekelebat bayangan hitam mondar-mandir di dalam ruangan. Sepertinya mereka mulai merasa terganggu dengan kehadiran Nay. Terlebih ketika Pak Hans mengajak Nay menapaki tangga menuju lantai dua.

"Mau apa kau di sini?" Suara parau seorang wanita tua bertanya kepada Nay. Dia duduk di dekat tangga.

"Hanya ingin melihat-lihat saja." Nay menjawab dengan batinnya.

"Mau mengusir kami dari sini?" tanya perempuan itu lagi.

"Bisa jadi." Nay menyeringai tipis.

"Awas kau!" Perempuan itu mengancam lalu pergi melayang ke arah taman.

Energi wanita itu biasa saja. Makhluk sejenis itu sudah sering dia temui saat sedang melakukan tugas. Tidak perlu dicemaskan, dia hanya mengganggu saja.

"Ini kamar utama," bisik Pak Hans seraya membuka pintu kamar di depan mereka. "Kamar pribadi Opa Buyut dan Opa saya," sambung Pak Hans.

"Sudah berapa lama ruangan ini tidak dibuka, Pak? Udaranya sangat lembab dan bau."

"Terakhir saya berkunjung ke sini sekitar dua puluh tahun yang lalu. Ketika Opa saya meninggal dunia. Setelah itu saya tidak pernah berkunjung lagi. Ada tukang kebun yang sesekali datang membersihkan lingkungan di sekitar sini."

"Oh, begitu. Berarti sudah cukup lama tidak ditinggali. Pantas saja keadaannya seperti ini."

Nay menggeser kursi di depan cermin meja rias. Dia duduk di sana lalu membuka laci yang ternyata hanya berisi sisir yang sudah usang. Tiba-tiba muncul seseorang berdiri di belakangnya.

"Pagi, Opa," sapa Nay sopan lalu kembali melihat sudut lain ruangan tersebut.

Laki-laki tadi tidak menjawab. Matanya penuh selidik melihat Nay berdiri lalu berkeliling di dalam kamar.

"Mari, kita lihat ruangan lainnya," ajak Pak Hans pada Nay.

"Oh, iya, Pak. Mari."

Mereka menuju ruangan di sebelahnya. Nay mendongak melihat plafon yang berlubang di beberapa bagian. Berpasang mata terlihat dari lubang gelap itu. Merah dan menyala. Nay tersenyum tipis. Mereka sedang mengawasi dan ingin tahu apa yang sedang Nay dan Pak Hans lakukan.

"Sepertinya ruangan ini yang paling banyak kerusakannya ya, Pak."

"Iya. Kata Ibu saya di sini tempat berkumpul keluarga. Setelah direnovasi nanti fungsinya akan tetap sama."

"Oh, begitu."

Nay mengambil kamera dari dalam tasnya. Memfoto beberapa bagian yang mengalami kerusakan cukup parah di ruangan itu.

Ketika Nay mengambil gambar di sudut ruangan, sesosok wanita berparas cantik dengan rambut terikat pita berwarna biru mendekatinya. Dia tersenyum. Energinya terasa lembut. Tidak jahat seperti beberapa yang ada di atap sana.

"Selamat datang." Perempuan itu menyapa dengan dialek Belandanya.

"Terima kasih." Nay tersenyum ramah membalas sapaannya.

Perempuan itu hanya mematung dekat jendela. Matanya mengikuti kemana Nay dan Pak Hans bergerak. Sepertinya dia senang rumah itu akhirnya akan direnovasi.

Ponsel Nay bergetar. Ada pesan masuk di WA-nya. Sigap Nay memeriksanya. Ternyata pesan dari Pak Oey.

[Nay, kembali ke kantor]

[Oke, Bos]

"Maaf, Pak. Saya harus kembali ke kantor. Pak Oey mengirimkan pesan ke WA saya. Kemungkinan besok saya akan kembali lagi. Nanti saya konfirmasi lagi ke Bapak."

"Baiklah, saya akan titipkan saja kuncinya pada Pak Manto penjaga kebun. Rumahnya di belakang rumah ini."

"Iya, Pak. Saya pamit dulu. Permisi."

Nay meninggalkan rumah Pak Hans dengan terburu-buru. Ada sesuatu yang tidak beres terjadi. Dia bisa merasakan itu. Butuh konsentrasi lebih untuk bisa melihatnya.

Nay memacu mobilnya. Suasana jalanan tidak sepadat saat dia pergi tadi. Di perjalanan Nay berusaha berkonsentrasi menghubungkan energinya ke kantor.

Damn! beberapa pekerja kerasukan. Nampaknya ada yang sengaja mengirim mereka untuk mengacau.

Setibanya di kantor Nay bergegas menuju ruangan Pak Oey. Beberapa pekerja terlihat berteriak-teriak, melotot dan bergerak tanpa aturan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Senya
Wah seru banget, nay indigo?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status