Share

SUDAH MENGERTI

Kim merasa tidak tega melihat Eun Tak  yang kelihatan sangat terpukul. Ia memeluk sahabatnya berusaha untuk memberikan kekuatan dan semangat. 

"Hyun Jae, bisakah kau duduk di ruang makan saja? Ada yang mau ibu bicarakan dengan bibimu, tidak apa kan Eun kalau dia menunggu di sana?"

"Tentu, ayo bibi antar. Kebetulan bibi baru saja membuat kue beras. Kau pasti menyukainya." 

Hyun Jae mengangguk dengan mata berbinar-binar. Dan ia mengikuti langkah Eun Tak menuju meja makan. Eun Tak memberikan beberapa potong kue dan segelas susu coklat untuk Hyun Jae. Kemudian, dia kembali ke sofa untuk berbincang dengan Kim. 

 

    888 menatap Hyun Jae dengan tatapan tajam dan dingin. Hyun Jae ternyata bukanlah gadis penakut. Dia balas menatap 888 dengan tajam juga. 

"Kenapa kau mau mengambil jiwa bibi Eun?"tanya Hyun Jae perlahan. Dia tidak ingin suaranya sampai terdengar oleh Ibunya. 

"Tugasku memang menjemput jiwa yang sudah mendekati kematiannya. Jadi, aku harus disini. Ini bukan mauku. Tapi, perintah raja langit," jawab 888 kesal. Hyun Jae memicingkan matanya. 

"Bukankah kita pernah bertemu? Aaah, aku ingat di halte bis kan? Aku melihat banyak yang berpakaian sepertimu. Apa seragam kalian harus serba hitam? Masing-masing jiwa diapit oleh dua diantara kalian. Lalu, kemana kalian membawa jiwa- jiwa itu?" tanya Hyun Jae sedikit berbisik. 

 

    444 langsung duduk di dekat Hyun Jae. Dia senang sekali bertemu orang yang bisa melihat kehadiran mereka. 

"Kau ... eh, sejak kapan kau bisa melihat kami?" tanya 444. Hyun Jae menghela napas sambil menelan kue berasnya. "Aku bisa melihat kalian mungkin sejak aku dilahirkan. Aku melihat saat orang-orang berpakaian hitam seperti kalian datang ke rumahku seminggu sebelum kematian ayahku. Untuk pertama kalinya aku bicara dengan orang-orang seperti kalian. Ayah dan Ibu tidak bisa melihatnya. Aku ingat mereka menyebut nama mereka 114 dan 555. Mereka bilang akan menjemput ayah. Dan, sebelum menjemput ayah, mereka harus menemani ayah selama seminggu. Dulu aku tidak tau, jika mereka adalah malaikat maut. Jadi, aku tidak sempat memperingatkan ayah. Kalian berbeda dengan roh yang lain yang biasa aku lihat," celoteh Hyun Jae. 

 

    888 berjalan mendekat, lalu menatap Hyun Jae tajam. "Selain kami, kau bisa melihat roh lain?" tanya 888.

"Tentu saja, aku sering berbicara dengan mereka. Katanya mereka adalah roh yang hilang. Mereka belum mau pergi karena masih ada yang harus mereka selesaikan di dunia ini. Dan, mereka selalu lari jika melihat kalian." 

888 menghela napas panjang. Ia tidak mengerti kenapa manusia bisa melihat roh dan melihat mereka. 888 mengusap wajahnya dan mendengus kesal. "Hei,anak kecil. Apa kau tau kalau aku masih kesal kepadamu?"

 

    Hyun Jae mengerutkan dahinya. "Kesal, kepadaku? Apa kau tidak salah. Apa yang sudah aku lakukan sampai-sampai membuatmu kesal,hah?" 

"Kau menyelamatkan pemuda itu ketika di halte bis. Seharusnya, hari itu dia sudah kami bawa menghadap raja langit." 

"Hei, apa kau tau apa tugas manusia?"

"Apa?!" 

"Berbuat baik dan menyelamatkan manusia yang lainnya. Dasar bodoh ... Berapa sih umurmu?!" hardik Hyun Jae.

 

    444 tersedak menahan tawa mendengar jawaban Hyun Jae. Sementara 888 langsung melotot tajam. 

"Kau ini sok tau sekali,menyebalkan!" rutuk 888.

"Kau jauh lebih menyebalkan. Kau lihat wajahmu itu, tampan tapi, menyebalkan. Apa kau tidak bisa tersenyum, huh?!"

"Aku ini malaikat maut."

"Memang ada larangan bagi malaikat maut untuk tersenyum? Liat itu rekanmu. Dia bisa tersenyum. Ish, menyebalkan sekali. Sudah sana- sana, jangan ganggu aku. Ingat ya, aku pasti akan menyelamatkan bibiku. Dia orang baik, kalian jemput saja jiwa- jiwa orang- orang jahat. Tapi, jangan bibiku," rutuk Hyun Jae.

 

    888 bertambah melotot. "Ais, kau ini. Aku ini malaikat maut, bukan pembunuh. Memangnya ini mauku , raja langit yang memberikan perintah. Aku hanya menjalankan saja. Kau suruh aku menjemput jiwa orang- orang jahat, aku harus membunuhnya dulu begitu?" 

"Orang jahat memang harus di lenyapkan. Itu sebabnya jika besar nanti aku akan menjadi polisi. Akan kubunuh orang- orang jahat . Dan, kau tinggal jemput jiwanya," ujar Hyun Jae dengan mantap. 

 

    888 tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Hyun Jae. Tentu saja 444 dan Hyun Jae sendiri merasa heran. Terlebih lagi 444, selama 50 tahun dia belum pernah melihat 888 tertawa lepas seperti ini. 

"Apa dia sudah gila?" tanya Hyun Jae pada 444 sambil menggelengkan kepala dan mengerutkan dahinya.

"Kau ini lucu. Apa kau yakin kau bisa menjadi seorang polisi? Gadis manja sepertimu? Hahahaha ...." 

 

    Hyun Jae mengerucutkan bibirnya dan memicingkan matanya sambil menatap 888.

"Kau mau bertaruh?" katanya. 

888 susah payah menghentikan tawanya. "Bertaruh apa? Manusia sepertimu menantang malaikat maut, ah lucu sekali. Tapi, baiklah. Ayo sebutkan taruhannya."

"Jika aku bisa menjadi seorang polisi, kau harus membantuku menangkap yang jahat. Tapi, jika aku gagal menjadi Polisi aku berjanji, tidak akan menggangu tugasmu. Aku tidak akan memperingatkan orang yang jiwanya akan kau ambil, bagaimana?" ujar Hyun Jae sambil mengulurkan tangan. 

 

    888 sejenak ragu. Ia tidak bisa menyentuh manusia , sebab jika ia menyentuh mereka gambaran masa lalu mereka di kehidupan sebelumnya akan terlihat olehnya. Tapi, demi gengsinya ia menyambut uluran tangan Hyun Jae. Hanya beberapa detik, ia langsung melepaskan jabatan tangan mereka. Ia merasa debaran keras di jantungnya saat melihat kehidupan masa lalu Hyun Jae.

 

    Wajah 888 menegang seketika. 

"Apa?!kau pasti takut kan, kalau kau akan kalah dariku?" tuduh Hyun Jae. 888 mencibir, "Gadis kecil sok tau. Aku hanya melihat sesuatu saat aku menjabat tanganmu tadi," jawab 888. Hyun Jae berbinar seketika, "Waah, betulkah? Ceritakan kepadaku, bagaimana aku di kehidupanku sebelumnya? Apa aku seorang putri raja yang cantik? Atau aku seorang panglima perang? Pengawal Kaisar ? Atau apa? Ayo cepat ceritakan," desak Hyun Jae dengan semangat. 

 

    888 menggeleng, "Itu rahasia langit. Mana boleh aku menceritakan kepadamu," elak 888. Hyun Jae hanya mengerucutkan bibirnya dan melanjutkan memakan kue berasnya dengan nikmat sambil meminum susu coklatnya. 

 

    Sementara itu, 888 menghela napasnya. Saat ia menjabat tangan Hyun Jae, ia melihat kilas balik Hyun Jae di kehidupan sebelumnya. Ia melihat seorang putri yang begitu cantik. Ia sedang berlari- lari kecil diikuti oleh dayang- dayangnya yang memanggilnya, tuan putri 'Yue Liang'. Beberapa orang akan di beri anugrah memiliki wajah yang sama seperti wajahnya di kehidupan sebelumnya. Ada juga yang tidak. Namun, sepertinya Hyun Jae memiliki wajah yang sama seperti kehidupan yang sebelumnya. Begitu pula dengan malaikat maut. Ada yang memiliki wajah yang sama seperti saat menjadi manusia. Ada pula yang memiliki wajah yang berbeda. Semua itu tergantung pada kebijakan raja langit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status