Share

207. BUKA MATAMU

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2025-03-10 15:59:14

Puspita membuka matanya perlahan. Cahaya putih dari lampu rumah sakit membuatnya menyipit. Tubuhnya terasa lemas, tapi ada kelegaan yang menghangatkan dadanya. Ia masih hidup. Ia telah berhasil melewati ini meski tanpa pendampingan seseorang yang diharapkannya. Meski juga belum tahu hasilnya.

Suara alat medis berbunyi pelan di sampingnya, memberikan ritme tenang yang mengingatkannya bahwa ia masih di dunia ini. Sesuatu yang lembut menyentuh tangannya, hangat dan penuh perhatian.

"Bu …?"

Suara Farah.

Puspita menoleh sedikit, meski pergerakannya masih terbatas. Perawat itu tersenyum lega, matanya berkaca-kaca. “Ibu hebat. Ibu melewati ini semua dengan sangat tenang. Saya bangga sama Ibu."

Puspita mencoba tersenyum, tapi wajahnya masih terasa kaku. Ada perban yang membungkus sebagian besar wajahnya, menghalangi ekspresi yang biasa ia tunjukkan.

"Sudah berapa lama aku tertidur?" suaranya serak, nyaris seperti bisikan.

Farah mengusap tangannya lembut. "Hampir dua hari. Operasinya berjalan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Tanti Ngapak Vlog
ayo dong thor up lagy dongggg
goodnovel comment avatar
Dhivia Rifki
akhirnya dtg jg yg diharap2 tp ego Puspita msh ada ayooo mba author semangats up lg yaaaa
goodnovel comment avatar
Annisa Ayu
semoga mereka bahagia, menurut firasatku selama ini Pram TDK pulang ke Indonesia hanya pindah kamar & ttp memantau keadaan pita
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   208. BUKAN ILUSI

    Puspita masih membeku di tempatnya, menatap sosok yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya. Jantungnya berdetak kencang, dan dalam kepalanya, berbagai pertanyaan berdesakan tanpa bisa diungkapkan.Pram ada di sini.Pram benar-benar ada di sini.Ini bukan ilusi. Ia tidak sedang bermimpi.Dunia terasa mendadak hening di telinga Puspita. Tidak ada suara apa pun selain isi kepalanya yang sangat berisik.Pram berjalan mendekat. Tatapannya masih untuknya. Tidak berpaling sedikit pun. Sang pria berhenti tepat satu langkah di depannya.Entah apa ada instruksi sebelumnya, dokter dan paramedis lainnya berpamitan, meninggalkan dirinya, Pram, dan juga Farah di sana.Entah apa lagi yang dokter katakan sebelum pergi, Puspita sama sekali tidak tahu. Ia tidak mendengar apa pun saat ini.Pram masih menatapnya dengan tatapan yang semakin jelas dalam jarak dekat. Jelas penuh arti. Hati Puspita yang mendadak nyeri memerintahkan matanya menjadi panas menampung air mata. Saat tangan Pram terulur in

    Last Updated : 2025-03-11
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   209. FAKTA TAK TERDUGA

    Puspita menoleh ke arah Farah dengan tatapan penuh tanya. Jantungnya berdetak kencang, tubuhnya tegang.“Apa maksudmu?” tanyanya lirih, hampir tak terdengar.Farah menarik napas panjang, seolah tengah menyiapkan dirinya untuk menceritakan sesuatu yang berat. “Pak Pram tidak pernah benar-benar meninggalkan Ibu. Sejak awal, beliau meminta saya untuk selalu mengawasi keadaan Ibu. Beliau ingin tahu setiap detail perkembangan Ibu selama di sini. Setiap saat.”Puspita mengerjap, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia menoleh ke arah Pram, mencari jawaban di wajah pria itu. Namun, Pram tetap diam. Hanya matanya yang berbicara, menyiratkan sesuatu yang sulit Puspita pahami.“Pak Pram memintaku untuk selalu mengirim kabar tentang kondisi Ibu,” lanjut Farah. “Mulai dari kondisi kesehatan Ibu, emosi Ibu, bahkan seberapa besar Ibu merasa kesepian. Setiap hari, aku mengabarkan semuanya.”Puspita merasakan dadanya mulai sesak. Tangannya mengepal di atas selimutnya, berusaha keras memah

    Last Updated : 2025-03-12
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   210. INTROSPEKSI DIRI

    Puspita duduk bersandar di kepala ranjang dengan tubuh yang masih terasa lelah. Mereka sudah kembali ke apartemen setelah dokter menyatakan operasi wajahnya berhasil. Terapi kakinya dilakukan secara berkala dan tidak mengharuskan tetap tinggal di rumah sakit.Pram mengambil selimut dan menutup bagian kakinya, perhatian kecil yang membuat hatinya kembali bergetar. Rasanya ia jatuh cinta lagi dengan pria itu. Pria yang kini duduk di tepi ranjang dan tersenyum padanya."Akhirnya, kita kembali ke sini, ya," ujar Pram seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Semua masih tampak sama dengan sebelum kepulangannya ke tanah air."Aku pikir akan tidur sendiri selamanya di sini," sindir Puspita.Pram tersenyum tipis. "Apa kamu merindukan, Mas?" godanya sembari memiringkan kepala."Lebih dari itu, Mas. Aku hampir gila."Pram menarik napas panjang dan membuangnya perlahan."Kamu pikir Mas tidak?"Puspita tertegun. Matanya menatap nanar sang suami."Kalau bicara gila, Mas yang paling gila d

    Last Updated : 2025-03-13
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   211. FOKUS

    “Mas … ber-canda, kan?” Suara Puspita bergetar. Ia mencoba tidak mempercayai apa yang barusan Pram katakan.Pram menatapnya lekat, ada kesedihan dalam sorot matanya. Sungguh, ia tidak tega mengatakan ini pada Puspita dalam kondisinya yang masih belum sepenuhnya pulih. Puspita baru saja bernapas lega karena salah satu cacat di tubuhnya telah berhasil dipulihkan. Kini, siap tidak siap, istrinya harus mendengar berita yang pastinya membuat hatinya hancur.“Mas ….” panggil Puspita lagi dengan bibir bergetar. “Tolong katakan jika barusan aku salah mendengar. Semua baik-baik saja, kan? Opa, Oma, dan Bang Prabu baik-baik saja, kan? Semuanya berjalan lancar dan mereka sedang menungguku sembuh?”Terlihat pergerakan di leher Pram, tanda pria itu menelan ludahnya. Matanya menatap iba, sungguh baru saja mulai bicara, ia sudah tidak tega melihat Puspita seperti ini. Kalau boleh memilih, Puspita lebih baik tidak tahu saja masalah ini agar tidak menjadi beban pikirannya.Namun, ia berhak tahu, bukan

    Last Updated : 2025-03-13
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   212. KANGEN

    Puspita berbaring menghadap dinding. Raganya di sini, tapi pikirannya entah di mana. Barusan Prabu menghubungi Pram, tapi sama sekali tidak ingin bicara dengannya. Hanya menitip salam dan memintanya menjaga kesehatan. Sama sekali bukan Prabu yang ia kenal sebelum berangkat ke sini.Ataukah memang ia sama sekali tidak berarti dalam keluarga itu?Ia bahkan tidak berani lagi menghubungi Opa Rangga atau kediaman Bimantara. Mungkin untuk saat ini ia melupakan saja jika bagian keluarga itu. Ya, sepertinya lebih baik seperti itu. Mungkin dengan begitu ia bisa fokus dengan kesehatannya sendiri. Ia ingin cepat sembuh dan kembali ke tanah air. Bukan untuk keluarga itu, tetapi untuk dirinya sendiri. Puspita tak ingin terus-terusan menyusahkan Pram yang harus bolak-balik dua negara.Lagi-lagi ia bersyukur memiliki Pram dalam hidupnya, karena orang lain belum tentu bisa selalu ada untuknya. Namun, seorang suami akan tetap membersamainya selamanya.Puspita mengerjap saat merasakan sebuah tangan mel

    Last Updated : 2025-03-14
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   213.

    Pram bangkit setelah melepaskan tangan Puspita dengan hati-hati. Ia mengambil piyamanya yang terserak di lantai, lalu memakainya kembali. Matanya tak lepas menatap wajah pulas itu. Wajah yang terlihat lelah penuh peluh, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum puas.Bibir Pram ikut tersenyum sebelum mendekatkan wajah. Satu kecupan lembut ia daratkan di kening itu. Punggung tangannya mengusap peluh yang membasahi pelipis istrinya. Terbayang bagaimana tegangnya Puspita tadi karena takut kakinya yang belum pulih akan membuatnya kesakitan. Tapi ia terus meyakinkan sang istri bahwa dirinya akan melakukannya dengan sangat hati-hati agar tidak menyakitinya.Seolah kemarau panjang yang terhapus hanya oleh hujan sehari, kerinduan yang menggunung dan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan terbayarkan dengan memadu kasih barusan. Sebenarnya, ia masih bisa bertahan lebih lama jika Puspita memilih menunda lagi. Toh dulu pun bersama Soraya ia bisa bertahan lama. Namun, sambutan yang tulus dari Pus

    Last Updated : 2025-03-15
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   214. APAKAH INI ADIL?

    “Apa kamu yakin, Pak Prabu?” tanya Irena dengan pandangan lurus ke depan. Kedua tangannya menggenggam erat handel stir. Pundaknya terlihat tegang meski ia sudah berusaha setenang mungkin.Ya, ia memang sudah berpengalaman berumah tangga. Ia pernah menikah. Ini bukan pertama baginya, tetapi tentu saja situasinya berbeda. Pernikahan pertamanya dengan Radit dilakukan tidak mendadak dan tidak tanpa restu seperti ini. Dulu, ia juga menikah secara normal dengan pesta cukup meriah.Tapi kini, bersama pria yang duduk di sampingnya?“Kamu masih memanggilku Pak?” tanya Prabu jengah. Ia melirik tak berminat. Pria itu justru terlihat lebih tenang dan santai meski ini pengalaman pertamanya baginya. “Aku ini bukan siapa-siapa sekarang, Bu Dokter. Bukan CEO, bukan presdir, bahkan saat ini pekerjaan saja aku tidak punya,” lanjutnya lemah.Irena mengerjap dan menarik napas. Setelah memutuskan pergi dari rumah keluarganya, Prabu memang sangat sensitif.“Mau kupanggil apa?” tanya Irena lirih tetap tanpa

    Last Updated : 2025-03-16
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   215. PEMBANGKANG

    Prabu menatap jalan di depannya dengan sorot mata tajam. Irena, yang duduk di sampingnya, menggenggam setir erat, matanya sesekali melirik ke spion dengan gelisah."Ada yang mengikuti kita," ucap Irena dengan suara lirih, nyaris berbisik.Prabu menoleh sekilas ke kaca spion. Ia melihat beberapa mobil hitam yang familier di belakang mereka. Pria-pria berbadan tegap dengan wajah yang tampak tak bersahabat di dalamnya."Jangan panik." Prabu berusaha terdengar tenang. "Tetap melaju seperti biasa. Kita akan lihat apa yang mereka mau."Prabu sangat yakin jika mereka adalah orang-orang Opanya. Sejenak ia menyesali mengapa bukan dirinya yang mengemudi. Ia takut Irena ketakutan dan panik. Tadi, Irena memang memaksa menyetir mungkin karena melihat dirinya yang lelah. Namun, nyatanya wanita itu tetap tenang. Mengemudikan mobilnya seolah tidak terjadi sesuatu.Ya, tentu saja. Irena wanita matang yang ia yakin bukan hanya matang secara umur, tapi juga secara emosional. Apalagi ia seorang dokter ya

    Last Updated : 2025-03-17

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   294

    Meeting siang itu akhirnya selesai setelah lebih dari satu jam diskusi yang cukup padat. Para peserta mulai beranjak dari kursi masing-masing—beberapa langsung sibuk dengan ponsel, sementara yang lain merapikan dokumen dan bersiap kembali ke meja kerja. Ruangan mulai lengang, hanya tersisa percakapan kecil dan suara langkah kaki.Pram yang sedari tadi tampak sibuk mencatat selama meeting, akhirnya menoleh ke samping—tempat Prabu duduk sepanjang pertemuan dengan senyum yang tidak biasa.Pram mengernyit pelan. Sebenarnya sejak awal meeting dimulai, ia sudah menyadari ada yang berbeda dari wajah Prabu hari ini. Tidak ada kerutan di dahi, tidak ada gumaman kesal seperti kemarin. Justru sebaliknya—mata Prabu tampak berbinar, dan sesekali ia bahkan terlihat menahan tawa kecil ketika mendengar beberapa presentasi. Pram mengamati, mencoba meraba apakah Prabu sedang menyembunyikan sesuatu.Setelah peserta meeting lain pergi satu per satu, Pram mendekat dan menyenggol lengan Prabu dengan pelan.

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   293

    Andini terbangun di malam yang sunyi. Hening yang menyelimuti kamar seolah menggema ke dalam dadanya. Lampu tidur berwarna kekuningan menyinari sebagian wajah Prabu yang tertidur pulas di sampingnya. Lelaki itu terlihat tenang, napasnya teratur, dan wajah tampannya … ah, wajah itu, begitu lekat dalam memorinya. Sudah berapa tahun ia bermimpi tentang lelaki ini?Namun, meski wajah itu membuat hatinya hangat, perasaan sesak justru merayap perlahan ke dadanya. Andini tak tahu harus merasa bahagia atau sedih. Ia menarik napas pelan, lalu memejamkan mata sejenak. Tapi, ketidaknyamanan di tubuhnya membuatnya tak bisa terus diam. Ada nyeri yang menusuk di pangkal pahanya, rasa sakit yang membuktikan bahwa malam itu benar-benar terjadi. Malam ketika ia menyerahkan segalanya.Perlahan, Andini beringsut hendak bangkit dari tempat tidur, berusaha tak membuat suara. Tapi saat ia baru saja mengangkat tubuhnya, suara berat itu terdengar lirih.“Mau ke mana?”Andini terhenti. Ia menoleh pelan. Prabu

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   292

    Suhu ruangan perlahan memanas seiring serangan Prabu yang tak terbendung lagi. Bukan hanya di bibir Andini, kini ciumannya sudah beralih ke leher dan pundak sang istri yang sengaja ia buka. Logika Prabu tak lagi bekerja. Yang ia tahu, ia ingin memiliki Andini seutuhnya saat ini juga.Tubuh Andini menggelinjang. Tak tahan dengan semua sentuhan Prabu yang menciptakan sensasi asing di tubuhnya. Sensasi yang untuk pertama kalinya ia rasakan. Ternyata… indah dan memabukkan.Namun berbeda dengan Prabu yang logikanya sudah tak berfungsi, Andini masih berusaha untuk sadar dan tak larut terlalu jauh. Di antara serangan panas Prabu, ia berusaha menghentikannya. Kedua tangannya menahan dada Prabu, berusaha mendorongnya.“Mas... hentikan, tolong...” ucapnya lirih di antara napasnya yang tersengal. Entah berapa lama Prabu merampas hak bernapasnya.Namun Prabu tak menghentikan cumbuan itu. Ciumannya berpindah dari leher Andini ke pundak, lalu kembali ke bibir wanita yang telah sah menjadi istrinya,

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   291

    “Andini, minggirlah,” ujar Prabu dengan suara berat.Andini tetap berdiri tegak di depan nakas, menutupi laci yang tadi nyaris terbuka. Napasnya masih memburu, keringat di pelipis belum juga mengering. Ia menggigit bibirnya, seolah berusaha menahan ketakutan yang mulai menguasai hatinya.“Mas, tolong… jangan buka laci ini,” ucap Andini pelan.“Mengapa?” Prabu melangkah satu langkah lebih dekat. “Apa yang kamu sembunyikan? Ponselmu, ‘kan?”Andini tak menjawab. Sorot matanya cemas, tubuhnya terlihat kaku. Prabu makin mencurigai sesuatu yang besar tengah ia tutupi.“Apa kamu … punya hubungan dengan seseorang? Sampai ponselmu begitu kamu lindungi seperti ini?” tuduh Prabu, nada suaranya menajam.Andini menegang. Matanya membulat. “Apa maksudmu, Mas?”Prabu memicingkan mata. “Jangan pura-pura tak paham. Kamu bersikap seolah ada rahasia besar di ponsel itu.”“Mas, jangan mengada-ada,” ujar Andini cepat.“Kalau begitu, tunjukkan saja. Biar aku lihat sendiri isinya. Selesai.” Kedua tangan Pra

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   290

    “Siapa yang ngirim pesan barusan?”Andini terperanjat. Ia berbalik cepat. Tangannya menyelipkan ponsel ke bawah bantal. Entah sejak kapan Prabu ikut terbangun dan kini menatapnya penuh selidik.“Tidak ada,” jawab Andini setelah bisa menguasai dirinya. Ia menganggap pesan yang masuk barusan tidak penting untuk diketahui Prabu. Buat apa? Ia sendiri tidak tahu siapa pengirim pesan itu.“Aku… cuma matikan alarm, Mas,” lanjutnya datar.“Jam berapa sekarang? Alarm buat apa?” Prabu tidak puas begitu saja.Andini terdiam sejenak, lalu perlahan menaruh ponsel ke laci nakas di samping tempat tidur.“Dulu aku sering mengetel alarm dini hari waktu kerja di lepas pantai. Lupa kalau belum aku setting ulang.” Dengan santainya Andini menjawab lagi. “Udah, kan? Sekarang tidur lagi.”Tanpa memberi kesempatan Prabu bertanya lagi, Andini kembali merebahkan diri. Punggungnya sengaja menghadap ke Prabu. Ia memejamkan mata.Prabu memandangi punggung Andini lama. Ada yang tak biasa. Cara Andini menjawab. Car

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   289

    Malam ini, Prabu menatap langit-langit kamar. Lampu temaram membuat garis wajahnya tampak lebih dalam, tajam, dan penuh pikir. Andini baru saja naik ke ranjang setelah merapikan sesuatu di kamar mandi. Sepertinya setelah menginap di kediaman keluarga Bimantara semalam, pria itu tidak ragu lagi untuk tidur satu ranjang bersamanya. Padahal biasanya Prabu memilih tidur di sofa atau karpet demi kenyamanan Andini. Kecuali jika ia benar-benar lelah hingga tak sadar tertidur di ranjang. Atau yang paling masuk akal, ia sudah terlelap duluan sebelum Andini masuk kamar. Kini, Prabu masih terjaga, tapi ia sudah berada di atas kasur. Bahkan saat Andini naik ranjang pun, ia tetap di sana. Pria itu diam. Namun ketika Andini menarik selimut, suara beratnya memecah kesunyian malam. “Laki-laki tadi di kantor, siapa dia?” tanyanya tanpa menoleh ke arah Andini. Andini mengernyit. Ia duduk di ujung ranjang, memandangi wajah Prabu dari samping. “Yang mana?” “Yang memanggilmu dengan sebutan

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   288

    Sementara wajah Pram seketika tegang. Kekakuan menyelimuti mereka, sebelum kekehan Pram terdengar lagi. Tangannya mencubit kecil hidung Puspita.“Jangan berani-berani. Dosen, mahasiswa, semua laki-laki, tetap laki-laki. Sekali kamu berpaling, aku culik kamu, bawa kabur, dan kunci di kamar tidak akan membukanya lagi.”Tawa Puspita makin riuh. Lega. Pram tidak salah paham tentang dosen muda. Tentang … Haidar.Setelah tawanya mereda, Puspita kembali bersandar di dada Pram, merasa damai. Ia bisa mendengar detak jantung suaminya yang stabil, menjadi irama tenang di telinganya.“Mas, menurutmu … bagaimana hubungan Bang Prabu dan Andini bisa harmonis seperti kita tidak?” Puspita mengalihkan obrolan.“Bisa, Sayang. Percayalah,” jawab Pram mantap. Ia mengelus punggung Puspita perlahan. “Mas bisa melihat ada benih cinta di mata mereka. Ada iri dan cemburu juga jika melihat kita mesra, kan?”“Kamu sengaja ya, Mas bikin mereka panas?” Puspita mengerucutkan bibir, setengah mencibir.“Ya tentu saja.

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   287.

    “Mas ….”Puspita melangkah ringan memasuki ruang kerja suaminya. Senyum manis mengembang di wajah cantiknya, memancarkan semangat yang sulit disembunyikan. Rok panjang berwarna pastel dan blus sederhana yang dikenakannya malah menonjolkan kecantikannya yang alami.Pram yang sedang membalikkan berkas-berkas di meja kerjanya, mengangkat wajah, matanya langsung berbinar melihat kedatangan istrinya. Ini memang bukan kali pertama Puspita datang ke sana tanpa memberi kabar dulu, namun, setiap kedatangan itu menjadi surprise untuknya. Di luar kejutan-kejutan lain yang selalu disiapkan istrinya itu.Kejutan-kejutan yang walaupun kecil dan sepele, tetapi sangat berarti hingga menciptakan keharmonisan dan kebahagiaan yang tiada tara bagi Pram.Pram tidak pernah menyangka pernikahannya akan sebahagia ini bersama istri mudanya itu. Istri muda yang benar-benar masih muda dan penuh energi untuk menularinya semangat menjalani hidup.Hidup memang penuh kejutan. Rasa benci yang begitu besar terhadap P

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   286

    “Kok, pergi?” Prabu bergumam heran, tubuhnya otomatis bangkit berdiri dari belakang meja.Tanpa menghiraukan panggilan sekretarisnya yang terdengar risih, Prabu segera melangkah cepat ke arah pintu.“Pak Prabu, ini belum selesai tanda tangannya—”Tapi Prabu tidak mendengarkan. Langkahnya mantap, menyusul sosok wanita yang baru saja keluar dengan wajah dingin dan sorot mata menusuk.“Andini!” panggilnya dari belakang.Namun wanita itu tak menoleh. Ia terus berjalan cepat melewati lorong kantor yang dipenuhi aktivitas siang hari. Tumit sneakers-nya berdetak keras melawan lantai marmer, berpacu dengan degup jantungnya yang tak kalah gaduh.“Andini! Tunggu!”Panggilan itu tak dihiraukan. Perasaan aneh mulai bercokol di dada Andini. Ia menyesal datang. Menyesal membawa sesuatu yang bahkan sekarang terasa konyol. Di tangannya tergenggam kotak makan berisi grilled salmon, makanan kesukaan Prabu. Ia tahu dari Oma tadi pagi.Andini sengaja memasak sendiri. Ia ingin memberi kejutan dengan tiba-

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status