Home / Romansa / Nabrak Jodoh / 2. Apa Kamu Mencintainya?

Share

2. Apa Kamu Mencintainya?

Author: Rindu Rinjani
last update Huling Na-update: 2023-02-12 18:13:55

Dengan langkah gontai Radit menuju sofa di depan kamar tidurnya setelah merekam adegan Naura selama tiga puluh detik. Sejenak memejamkan mata dan menghirup udara dalam-dalam.

"Tidak! Aku tak boleh menunjukkan kalau aku terluka. Aku tak boleh marah, aku harus tahu apa keinginan Naura yang sebenarnya." Radit kemudian mengacak-acak rambutnya, wajahnya mulai panas karena pemandangan yang tadi ia lihat.

Kado yang rencananya akan diberikan pada istri diletakkan di samping. Mengambil ponsel pintarnya dan mencoba untuk fokus di sana. Walau sebenarnya telinga masih terasa sakit mendengar suara desahan dan kikikan manja dari Naura, yang biasanya selalu dilewatkan bersama dirinya.

Batin Radit terasa sakit saat mendengar Naura menjerit, dan menyebut nama seorang laki-laki dan bukan namanya. Radit mengepalkan tangan dan meremas kuat-kuat, melangkah ke pantry untuk mengambil air dingin dan mendinginkan pikiran.

"Sungguh tak disangka," sesal Radit sambil melirik ke arah pintu kamarnya yang belum juga terbuka lebar. Ia kembali meminum air dingin dan menghabiskannya dengan cepat lalu memejamkan mata dan menghembuskan napas secara perlahan-lahan.

Dengan lebih tenang, Radit mulai melangkah menuju sofa tempat ia duduk tadi. Ia masih ingin memberi kejutan bagi Naura. Namun sekarang, ia yang mendapatkan kejutan itu.

                        ***

Naura telah merapikan penampilannya setelah bergumul dengan laki-laki yang bersamanya. Rambut panjangnya kembali digulung rapi.

Wanita di awal tiga puluh itu terlihat begitu bahagia. Wajahnya terlihat lebih cerah dibanding pagi tadi.

Di belakangnya, tampak seorang pria tengah merapikan dasi. Pria itu pun tak kalah rapi dengan Naura, walau rambutnya masih sedikit basah karena tidak menggunakan hair dryer.

"Kamu pinter banget deh sayang," puji Naura mendaratkan bibir merekahnya pada pipi laki-laki itu. Lelaki itu adalah Fajar yang bekerja di gedung yang sama dengan Naura.

"Apa sih yang nggak buat kamu, Sayangku," balas Fajar kemudian mengecup punggung tangan Naura.

"Kita balik kantor yuk!" ajak wanita berkulit putih itu menggandeng tangan Fajar.

Dengan manja, Naura melangkah berdempetan dengan sang kekasih. Bersikap seperti layaknya pasangan pengantin baru yang tak ingin berjauhan satu sama lain.

Perlahan, Fajar membuka pintu kamar Naura, dan saat itulah sebuah suara mengejutkan mereka berdua,— "Kalian sudah selesai?"

Deg! Naura seolah tertembak. Tak mampu berkata atau berbuat apa-apa begitu melihat sosok yang menegur mereka. Ia pun memilih untuk mengalihkan muka dan menyembuyikan rasa malu akibat tertangkap basah.

Naura melepaskan gandengan Fajar dan berganti meremas-remas tangannya sendiri dengan gugup. Fajar pun berusaha untuk memandang ke arah pria yang menegurnya, tapi tetap tak bisa menutupi kegugupannya. Walau wajahnya terangkat, tapi beberapa kali bola matanya mengarah ke bawah.

Kekesalan dan kegelisahan Radit sendiri sudah pergi. Ia sudah lebih tenang dan siap menghadapi segala kemungkinan yang akan datang.

"Eh, Mas Radit, sudah lama Mas?" tanya Naura dengan suara yang terdengar dipaksakan.

Saat ini Naura berharap kalau suaminya tidak tahu apa yang dilakukan bersama Fajar di kamar. Namun sepertinya itu harapan yang konyol. Radit sudah melihatnya keluar kamar bersama laki-laki lain. Hal yang tak lazim dilakukan oleh tamu yang datang ke rumah.

"Kenapa kalian berdua terlihat gugup begitu, duduklah sini!" Radit menepuk sofa dan mengundang mereka untuk duduk di hadapannya. Sikap Radit yang tenang ini jelas membuat pasangan selingkuh ini salah tingkah.

"Naura, tolong buatkan minum untuk kita bertiga!" perintah Radit.

Cepat-cepat Naura melakukan apa yang diminta oleh suaminya, tanpa bertanya untuk apa. Ia pun memilih es sirup untuk disajikan di siang yang panas ini. Membuatnya dengan tangan yang bergetar.

Takut-takut, Fajar mulai mendekat ke arah Radit dan duduk di hadapannya.

"Silakan duduk! Siapa namamu?" tanya Radit tenang sekan tak terjadi apa-apa.

"Saya Fajar, Pak."

Diam-diam Radit mengamati sosok Fajar dari atas ke bawah. Ukuran dan bentuk tubuhnya tak jauh beda darinya. Hanya sepertinya Fajar terlihat lebih muda.

"Kerja dimana?" tanya Radit lagi.

Fajar justru terlihat bingung dengan sikap Radit yang menanyainya seperti seorang Ayah pada pria yang akan mengajak kencan putrinya. Tak ada nada kemarahan atau makian yang keluar dari mulut pria di hadapannya.

"Saya bekerja di PT. Gilang Persada, Pak."

"Apa jabatanmu?"

"Saya pimpinan cabang kantor Wahidin," jawabnya berusaha tenang dan masih memikirkan apa yang akan dilakukan oleh suami Naura padanya.

Radit mengernyitkan dahi mendengar jawaban dari Fajar. Mengingat Jl.Dr. Wahidin adalah area tempat Naura bekerja. Mungkinkah hubungan mereka sudah lama?

"Sudah lama kenal Naura?"

"Lumayan, kebetulan kami satu gedung."

"Hmm," jawab Radit misterius lalu mengangguk-angguk.

"Apa kamu sudah menikah?" tanya Radit lagi sambil diam-diam memperhatikan jemari Fajar, mencari-cari apakah ada cincin yang melingkar di sana.

Fajar diam sejenak, kemudian menggeleng. Berharap agar pembicaraannya dengan suami Naura yang misterius ini berakhir.

Naura pun tiba-tiba datang sambil membawa tiga buah gelas es sirup dan duduk di samping Radit dengan kepala menunduk. Ia tak berani menatap suami serta selingkuhannya.

"Silakan diminum, tenang saja yang buat Naura bukan saya, jadi tak akan ada racun atau obat tidur di situ," kata Radit dengan penuh satir.

Masih dengan penuh tanda tanya, Fajar pun mengambil dan meminum es sirup buatan Naura perlahan. Radit sendiri menegaknya dengan cepat. Berusaha mendinginkan pikirannya lagi, takut kalau-kalau ia emosi saat mengajukan pertanyaan berikutnya.

"Fajar, apa kamu mencintai Naura?" tanya Radit lagi sambil memandang ke arah Fajar dan Naura bergantian.

Kini Naura pun ikut bingung dengan sikap suaminya. Wanita itu menunduk dan memperhatikan rok nya yang tersingkap lalu menutupnya dengan bantal sofa.

Radit tersenyum sinis, dalam hati ia ingin tertawa. Untuk apa menutupi paha sekarang, bukankah ia dan Fajar sudah pernah melihat Naura tanpa busana dan merasakan tubuhnya.

Kembali Radit mendekatkan wajahnya pada Fajar. Lalu mengulang pertanyaan yang sama.

"Maaf," balas Fajar.

"Saya tidak meminta Anda untuk meminta maaf, saya hanya ingin tahu apakah Anda mencintai Naura atau tidak," kata Radit dengan tenang namun membuat Fajar dan Naura merasa bersalah.

"Ya, saya mencintainya,” jawab Fajar.

Radit meletakkan jari pada dagunya dan mengangguk. Merasa cukup dengan informasi yang dibutuhkannya.

"Baiklah kalau begitu, saya rasa Anda bisa tinggalkan kami dulu. Biar saya selesaikan masalah saya dengan Naura, yang saat ini masih sah menjadi istri saya," usir Radit dengan halus sambil menekankan kata masih sah menjadi istri saya pada Fajar.

"Keputusannya nanti akan disampaikan oleh Naura," tambah Radit.

 Kini hanya Naura yang tampak berkaca-kaca dan bimbang memperhatikan Fajar yang sekarang membelakanginya menuju pintu keluar. Radit yang melihat ini pun berkata pada Naura, “Silakan, kalau kamu mau mengantar tamumu!”

                            

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Nabrak Jodoh   114. Wedding Day

    Kali ini Mila duduk di depan meja rias sambil mengenakan kebaya putih yang panjang. Rambutnya yang hitam legam sudah disanggul modern.Ia mengusap-ngusapkan telapak tangannya yang terasa dingin. Bu Laely yang menganakn kebaya kuning gading pun menepuk pundak putrinya yang belum juga beranjak dari meja rias.“Ma, apa Mas Radit udah datang?” tanyanya masih menatap ke depan kaca.“Sudah sayang, keluarganya sudah datang semua. Penghulu pun juga sudah datang.”Mila pun berdiri perlahan. Kali ini ia terlihat begitu anggun, dan lebih cantik dari biasanya. Balutan kebaya yang melekat di tubuhnya menunjukkan siluet yang indah.“Kamu cantik sekali nak. Akhirnya hari ini tiba juga,” kata Bu Laely sambil memperhatikan putrinya.“Makasih Ma. Kira-kira Mas Radit suka nggak ya? Apa Mas Radit nggak bakal batalin pernikahan ini?” tanya Mila.Bu Laely menggandeng tangan putrinya yang saat ini dihiasi oleh hena. “Mila, kenapa kamu berpikir begitu? Radit adalah laki-laki yang tepat untukmu. Apa kamu tida

  • Nabrak Jodoh   113. Salah Orang Bung!

    Mila menghembuskan napas panjang, “Sebenarnya kasihan juga, tapi aku takut mereka akan menyakiti Kinan.”“Mereka nggak akan berani. Di sini ada Mas, Mbak Rima, Mas Rangga dan Mas Andar. Mereka semua akan bantu Mas untuk menjaga kalian berdua.”Mila memperhatikan sekitar. Calon kakak iparnya benar-benar pasang badan sekarang ini. Radit duduk bersebelahan dengan Doni. Mas Rangga berada di dekat pintu keluar, Mbak Rima dekat dengan Ibu Doni, mas Andar dekat dengan ayah Doni.“Sepertinya mereka akan sulit untuk berbuat macam-macam,” batin Mila kemudian mengangguk.“Baik, aku ijinkan kalian untuk menggendong dan memeluk Kinan. Namun aku tidak mengijinkan kalian membawanya pergi!” kata Mila dengan tegas.“Makasih nak Mila.”Mila pun mulai melonggarkan pelukannya pada Kinan dan bersiap menyerahkan putrinya pada Doni. Namun belum sempat bayinya berpindah, Radit sudah mencegah.“Tunggu sebentar! Meskipun kalian ada hubungan darah dengan Kinan, tapi kalian harus tahu kalau dia masih bayi dan ti

  • Nabrak Jodoh   112. Ada Apa Hari Ini

    Mila mempererat pelukannya pada putri kesayangannya dan bersembunyi di balik punggung Radit. Saat ini napas Mila terdengar memburu, jelas ia mulai ketakutan dengan kehadiran seseorang yang ada di depannya.Radit yang melihat keadaan Mila yang merasa tidak nyaman pun menoleh sekilas ke arah Mila. “Kamu masuk dulu ke mobil sama Kinan, biar Mas yang urus dia!”Mila yang sedang ketakutan pun mengangguk dan langsung meraih kunci mobil Radit untuk segera masuk ke dalam SUV putih dan menguncinya rapat-rapat.Radit memicingkan mata lalu berdiri sambil berkacak pinggang. “Ada apa kamu datang kemari? Apa masih kurang puas dengan pelajaran yang saya berikan kemarin? Kamu masih mau mengganggu calon istri dan anak saya?”Laki-laki yang ada di depan Radit sekarang adalah Doni. Beberapa waktu sebelumnya, Doni pernah membuat masalah dengan Mila dan meneror Mila hingga menyisakan trauma.Namun Radit tidak tinggal diam dan dengan mudahnya membuat Doni tak bisa berkutik. Saat itulah Doni berjanji untuk

  • Nabrak Jodoh   111. Kesiapan Menikah

    Radit membalas ucapan ayah Naura dengan senyum. Kemudian dengan ramah, Radit pun menawarkan tumpangan pada mantan mertuanya itu.Meskipun Naura dan ibunya bertingkah menyebalkan, tapi tidak dengan Bapaknya. Pria yang berdiri di hadapannya selama ini benar-benar menjadi sosok yang mengayomi dan bisa menjadi panutan.“Nak Radit, tidak perlu. Saya masih bisa naik bis nanti,” tolak Pak Rustam.Radit tahu, ucapan pria di hadapannya memang benar-benar tulus, bukan sekedar basa-basi. Semasa jadi mertuanya pun, pria ini sama sekali tidak pernah merepotkannya.Apa yag dilakukan oleh Radit saat ini semata-mata karena rasa kemanusiaan pada pria yang ada di hadapannya itu. Usia Pak Rustam yang tidak muda lagi tentu akan sangat mudah lelah jika harus menggunakan bis ke kampung halamannya. Belum lagi, saat turun di terminal beliau harus menumpang sebuah mobil angkutan ke terminal kampung dan naik ojek sejauh 8 kilometer lagi.“Tidak masalah Pak, setidaknya nanti Bapak bisa menghemat waktu.”Namun a

  • Nabrak Jodoh   110. Minta Maaf

    Ayah Naura melirik jam tangang begitu turun dari bis kota. Kemudian ia pun bergumam lirih, “Alhamdulillah tidak terlalu siang.”Sudah hampir seminggu Pak Rustam berada di kampung halaman bersama istri dan Naura. Keseharian Naura dan istrinya di sana benar-benar tidak bahagia.Tidak sekali dua kali istri dan putri tunggalnya memohon unutk kembali ke kota dan hidup normal seperti dulu. Mereka benar-benar tidak cocok dengan kehidupan di kampung yang menurutnya terlalu jauh dari kata modern.Kadang-kadang ayah Naura pun kasihan saat melihat istri dan anaknya harus bangun pagi-pagi karena di sana tidak memiliki kompor gas. Untuk memasak masih harus menggunakan tungku. Belum lagi cibiran dari keluarga besar tentang kehamilan Naura.Meskipun tidak benar-benar membuka aib putrinya karena Pak Rustam mengatakan kalau Naura dan suaminya bercerai tapi tidak mengatakan tentang perselingkuhan putrinya. Namun tetap saja orang-orang menganggap ada apa-apa dengan pernikahan mereka berdua.Naura sering

  • Nabrak Jodoh   109. Rencana Yang Terbongkar

    Langit senja berwarna jingga menghiasi kota, suasana yang indah itu berbanding terbalik dengan Naura memasuki pintu rumahnya dengan langkah lesu. Wajahnya mencerminkan kepedihan yang dalam, matanya merah akibat tangis yang tak terbendung. Ia baru saja pulang dari rumah Radit melakukan rencana yang telah diatur bersama ibunya. Namun yang didapat, jangankan keberhasilan, ia justru diusir oleh mantan kakak iparnya itu.Naura yang kelelahan karena berbadan dua, ia pun duduk di kursi makan sambil menikmati air dingin. Hatinya betul-betul merasa sakit, bukan karena dia tidak mendapatkan kasih sayang Radit lagi, tapi tidak bisa mendapatkan kejelasan untuk masa depan dia dan anaknya.“Kamu udah pulang Naura?” tanya Bu Fatma tiba-tiba kemudian duduk di kursi yang berada di hadapan Naura.“Iya Ma,” jawab Naura dengan malas.“Udah ketemu Radit? Tadi dia antar kamu pulang kan?” tanya Bu Fatma antusias.“Hmm boro-boro antar pulang, ngobrol enak aja nggak,” jawab Naura kesal.“Maksud kamu? Dia jah

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status