Share

Nabrak Jodoh
Nabrak Jodoh
Penulis: Rindu Rinjani

1. Kejutan Anniversary

Pria berkulit sawo matang tampak berdiri sambil mengerutkan alis. Sudah beberapa menit ia di situ sambil memegang seutas kalung berlian. Sesekali ia memperhatikan koleksi lain yang berada di balik kaca lalu mengangguk.

 

"Sepertinya ini sangat cocok," gumam Radit memperhatikan kalung emas putih yang dihiasi liontin simpul cinta bertahtakan berlian yang sejak tadi ia pegang.

 

Sambil tersenyum, ia membayangkan leher jenjang Naura istrinya yang dihiasi kalung itu. Kulitnya yang putih mulus benar-benar pasangan yang ideal untuk hadiah yang dia pilih.

 

Radit melirik harga yang dikaitkan pada pengait kalung, dan kembali tersenyum. Enam puluh juta tak ada artinya bagi seorang pengusaha kuliner sukses sepertinya, terlebih ia mengeluarkannya untuk wanita yang sangat dikasihi.

 

Wanita yang begitu setia dan sabar menghadapi cobaan dan gonjang ganjing rumah tangga mereka. Wanita yang tetap mendampingi saat Radit kehilangan pekerjaan karena perusahaan tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan, dan menjadikan dirinya sebagai tulang punggung keluarga untuk sementara.

 

Wanita yang tetap bergeming saat sebagian keluarga besar dan teman-temannya menyarankan untuk bercerai. Ia justru menanggapinya dengan senyum dan melupakan desakan-desakan itu.

 

Kesetiaan dan keteguhan Naura itulah yang membawa Radit pada posisinya sekarang. Naura yang percaya akan kemampuan Radit dalam mengolah makanan hingga membuatnya sukses menjadi seorang pengusaha kuliner.

 

Begitu beruntungnya Radit memiliki istri seperti Naura. Wajah yang cantik dengan mata seperti kacang almond, dagu belah, tubuh yang proporsional, tidak kurus nan tak gemuk. Naura juga seorang wanita cerdas dengan karir gemilang. Di usianya yang baru 34 tahun, ia sudah menduduki posisi wakil direktur di perusahaan. Hal terpenting adalah, Naura tak pernah lelah untuk mendukung Radit dalam menjalani pengobatan mengatasi mani encer yang membuat mereka berdua tak juga mendapat keturunan setelah delapan tahun menikah.

 

"Mas nggak usah kecil hati, Dokter kan bilang kalau itu bukan permanen, dan masih bisa disembuhkan. Yang penting mas nggak stres, lagipula dengan begini kita bisa lama pacarannya." Kalimat menghibur seperti itulah yang selalu diucapkan Naura kala dirinya sedang terpuruk lantaran belum juga menghadirkan keturunan.

 

Pria mana yang tak bahagia mendapatkan dukungan seperti itu. Apalagi saat mengatakannya, Naura memeluk erat Radit dan menyandarkan kepala pada dada bidangnya.

 

Radit tersenyum kala mengingat itu semua, dan perhatiannya kembali pada seuntai kalung di hadapannya. Naura sungguh istri yang manis.

 

"Saya ambil yang ini, Mbak," kata Radit pada pelayan toko perhiasan.

 

"Baik Pak, apakah Bapak perlu kotak kado atau mungkin kartu ucapan?" kata pelayan yang di seragamnya tersemat name tag bertuliskan Yessi itu.

 

"Boleh keduanya Mbak, kalau ada kotak kado berwarna merah. Istri saya sangat menyukai warna merah," papar Radit pada Yessi.

 

"Tunggu sebentar, biar saya siapkan dulu."

Radit mengangguk dan menunggu Yessi memberikan kotak dan kartu ucapan untuknya. Saat pesanannya datang, ia pun segera menuliskan pesan mesra untuk istrinya.

 

Naura sayang, terima kasih untuk selalu menjadi matahari bagiku. Selamat hari Anniversary yang ke-8

                Radit, Yang Selalu Mencintaimu

 

Setelah menulis pesan singkat pada kartu, Radit pun menyerahkan kartu kredit platinumnya kepada pelayan toko.

 

                            ***

 

Dengan bersiul-siul, Radit mengemudikan mobilnya ke rumah. Sesekali ia melirik pada jok di sampingnya dan membayangkan reaksi istrinya.

"Semoga saja Naura senang akan hadiahku," gumamnya.

 

Pria betkulit sawo matang itu, sengaja pulang lebih awal untuk mempersiapkan kejutan ulang tahun perkawinannya. Ia akan menyiapkan hidangan istimewa untuk istri tercintanya.

 

Setelah dari toko perhiasan Amore, Pria dengan tinggi hampir 180 senti itu menyempatkan diri untuk pergi ke supermarket, membeli bahan makanan untuk makan malam mereka. Steak salmon, soup kepiting asparagus dan juga pudding kelapa muda akan menjadi hidangan istimewa.

 

"Aku akan memberikan kejutan untukmu, Sayang." Radit berbicara sendiri sambil mengemudi.

 

Perasaannya kali ini seperti perasaan seorang anak remaja laki-laki yang tengah mengenal cinta monyet. Berbunga-bunga, tak sabar ingin segera mengajak pujaan hatinya untuk makan bakso di kantin sekolah. Sungguh lucu, tapi seperti itulah jatuh cinta, ya Radit selalu jatuh cinta pada Naura setiap hari.

 

"Hmm sampai juga," gumam Radit ketika mobil SUV nya berhenti di halaman rumah dengan pekarangan yang cukup luas.

 

Rumah Radit dan Naura memang terlihat berbeda dibanding rumah di kanan kirinya. Umumnya rumah di perumahan bangunannya hampir sama, namun tidak dengan tempat tinggalnya. Rumah Radit terlihat lebih kecil dibanding tetangganya. Karena dirinya minta desain khusus saat membeli rumah ini. Meminta halaman yang lebih luas daripada bangunan.

 

Ada sesuatu yang sedikit berbeda di sekitar rumah Radit siang itu. Sebuah mobil BMW Hitam yang asing terparkir di depan pagar rumahnya.

Sejenak, pria 37 tahun ini mempertanyakan siapa pemilik mobil itu dan kenapa parkir di depan rumahnya. Istrinya masih berada di kantor dan hari ini sedang tidak membawa mobil karena masuk bengkel.

 

"Ah sudahlah," batinnya. 

 

Radit menganggap mungkin saja itu mobil dari tamu tetangga kanan atau kirinya, maka dari itu ia tak pernah melihatnya. Radit pun segera masuk ke dalam rumahnya dan memulai persiapan kejutannya.

 

Pria bertubuh tegap ini mencoba untuk membuka kunci pintu utama rumahnya. Memutar kunci ke arah kiri, namun ternyata tak bisa seperti sedang tidak terkunci. Ketika mendorong, pintu pun tak juga terbuka. Hal ini membuatnya merasa ada yang janggal.

 

"Apa mungkin mobil di depan punya kantor Naura ya, dan dia sedang di rumah karena ada keperluan. Tapi kalau itu Naura, kenapa mobilnya tak dibawa masuk saja."

 

Radit kembali mengingat-ingat apa yang ia lakukan pagi itu. Berdiam sejenak dan mulai berpikir, sampai akhirnya ia menyadari kalau pagi tadi Radit berangkat lewat pintu belakang. Mungkin saja tadi ia hanya mengunci pintu depan dengan grendel.

Pria berkulit kecoklatan ini pun berjalan menuju pintu belakang. Mengambil kunci yang diletakkan di bawah pot bunga.

 

"Akhirnya terbuka juga," Ia bergumam, kemudian melangkah dan meletakkan belanjaannya di dapur.

 

Sambil berjalan santai, Radit pun bermaksud ke kamarnya untuk menyimpan hadiah kejutan.

Sayup-sayup ia mendengarkan suara musik dari arah kamar tidurnya. Ia pun mengernyitkan alis tebalnya dan menduga ada pencuri yang memasuki rumahnya.

 

"Kenapa ada yang menyalakan musik, apa ada pencuri di rumahku?" pikirnya.

 

Radit mencoba untuk menduga-duga bagaimana pencuri itu bisa masuk. Apakah mungkin rumahnya sudah lama diincar?

 

Dengan segenap keberanian yang terkumpul, segeralah ia berjalan mengendap-ngendap sambil membawa tongkat golf yang ada di depannya. Perlahan-lahan bersiap untuk menghajar pencurinya.

 

Pintu kamarnya sedikit terbuka, dan Radit mendorong pelan-pelan sambil mengintip siapa yang ada di sana. Saat itu ia dihadapkan sebuah kejutan yang luar biasa. Pemandangan yang membuat dadanya terasa sakit tiba-tiba.

 

Hampir saja Radit menjatuhkan kotak hadiah dalam genggamannya. Namun ia mencoba untuk menghela napas lega, tak ingin ada keributan dan menggunakan sedikit akal sehatnya.

 

Meletakkan tongkat golf di lantai dan meraih ponselnya agar bisa merekam apa yang dilihatnya, hanya untuk berjaga-jaga. Melakukannya dengan penuh pergolakan dalam batin.

 

Sepasang pria dan wanita tengah bergelut di atas ranjang dan tanpa berbusana. Wanita yang ada di sana adalah Naura, istri yang sangat dikasihinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status