Share

Bab 43

"Aku nggak tau mesti sedih apa senang, yang jelas aku lega, Sa."

Putri memelukku erat, seakan menyalurkan kekuatan padaku.

"Kamu kuat ya, sama anak-anak. Pokoknya panggil aku jangan sungkan kalau butuh. Kamu nggak sendirian, ingat itu," ujarnya menegaskan.

"Iya, makasih ya, tuan Putri."

Kami menangis haru bersama. Hampir tiga bulan menjalani proses sidang yang alot karena Mas Ari menolak.

Namun begitu rekaman perbincangan mereka kujadikan bukti dan sebab pengajuan cerai, akhirnya hakim memutuskan menyetujui gugatanku.

Ditambah lagi dengan video kiriman Mas Imam, semakin memuluskan permohonanku.

Hak asuh anak jatuh ke tanganku. Mas Ari meradang, begitu juga dengan Mama.

Selama tiga bulan pula Mas Ari tak henti memohon supaya aku berubah pikiran.

"Pikirkan anak-anak yang akan tumbuh tanpa orang tua yang lengkap, Dek," ujarnya memohon.

Bukan aku tak memikirkan hal itu. Namun anak-anak butu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status