Share

2. Pakaian Seksi

Sinar matahari mulai mengintip dari balik tirai yang tersingkap, silaunya menyentuh kedua mata seorang perempuan yang masih tenggelam dalam kenikmatan tidur pulasnya.

Perempuan itu menggeliat berkali-kali. Sampai rasa tidak nyaman, sedikit nyeri ia rasakan di antara pangkal pahanya.

Zeta terjingkat bangun, ia langsung menyibak selimut yang tadi membungkus tubuhnya dengan manja. Betapa terkejutnya Zeta ketika mendapati tubuhnya polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupinya. Kedua matanya ia giring melihat bagian intinya. Maka semakin terkejutlah Zeta kala menemukan noda darah di selimut yang ia pakai.

Astaga, Siapa yang telah melakukan ini? Siapa pria yang telah merampas milikku yang berharga? Pikiran Zeta semakin rancau. Tak terasa beberapa butir kristal bening jatuh dari kedua pelupuk matanya. Zeta terisak, ia tak pernah menduga kalau ia akan merelakan kesuciannya dengan mudah. Zeta jijik dengan tubuhnya. Zeta merasa dirinya kotor, dia jalang.

Zeta kemudian berderap cepat ke kamar mandi tanpa melepas selimut dari badannya, namun suara gema kaki yang berbenturan dengan lantai mengurungkan niat Zeta tersebut. Alhasil dirinya masih terpaku di atas kasur, tangannya meremas selimut dan menaikkannya sampai semua tubuhnya terbungkus selimut.

Tok... Tok....

Suara pintu diketuk oleh seseorang di luar sana semakin memompa jantung Zeta dengan lebih cepat, hingga berdebar tak keruan.

"Siapa?" tanya Zeta memberanikan diri, setelahnya ia menunduk ketakutan. Takut kalau-kalau pria berengsek semalam kembali lagi dan menyerang Zeta tanpa ampun.

"Permisi, Nona. Saya mau memberikan baju ganti untuk Nona. Setelah ini saya akan mengantarkan Nona pulang jadi segeralah bersiap," ucap Aiden memanaskan telinga Zeta.

Itu pasti pria yang sudah merenggut keperawananku. Bisa-bisanya dia berbicara tanpa perasaan bersalah seperti itu, pikir Zeta meremas selimut dengan penuh amarah yang membuncah di dada hingga naik ke kepalanya.

"Tidak! Aku tidak butuh!" balas Zeta setengah membentak.

"Baiklah."

Suara ketukan sepatu samar-samar menghilang. Zeta masih mematung di tempatnya, dengan langkah yang tertatih-tatih ia berhasil berdiri di depan pintu. Perlahan namun pasti tangannya memutar gagang pintu, kepalanya mendongak keluar.

Tak didapatinya siapa pun di depan pintu, Zeta menyambar pakaian yang ia lihat dengan sebelah tangan. Ia mengernyit melihat pakaian seksi seperti wanita penghibur yang ia lihat kemarin di club. 

"Lebih baik memakai dress yang aku pakai kemarin," gumam Zeta menimbang-nimbang antara dress hitam miliknya atau pakaian super seksi yang ada di tangannya saat ini. Pada akhirnya Zeta memilih memakai kembali dressnya.

Zeta melangkah menuju kamar mandi, ia segera mengguyur tubuhnya dengan pancuran shower sambil sesekali berucap kalau dirinya sudah kotor, ia tak berbeda dengan para jalang pemuas pria hidung belang di luar sana.

"Maafkan aku..." Zeta membiarkan air matanya berderai kembali, menyatu dengan air shower yang mengucur deras dari atas. 

Zeta memeluk tubuhnya erat, ia bergeleng dan bergumam sendiri seakan menyuruh dirinya untuk tenang. Ini bukanlah akhir dari segalanya. 

Setelah membersihkan tubuhnya dari sisa percintaan semalam, Zeta memakai kembali dressnya.

Zeta becermin pada kaca yang ada di dalam kamar tersebut, ia mengusap bibirnya kasar dan menghentikan gerak tangannya ketika bibirnya terasa perih.

"Aww... Sebenarnya apa sih yang pria itu lakukan semalam?" tanya Zeta pada dirinya sendiri dengan kesal. Bibirnya sobek sedikit hingga menimbulkan noda warna merah.

Zeta tak mau berlama-lama di tempat yang seperti neraka ini. Zeta bergegas mengambil ponselnya yang tergeletak di meja, namun tak ada sebuah ponsel di sana.

"Astaga, aku lupa ponselku masih ada di club semalam," gumam Zeta menepuk jidatnya keras. Dengan kata-kata, ia mulai merutuki kebodohannya.

Zeta berderap menuju pintu, tangannya memutar gagang pintu perlahan. Kepala ia dongakkan ke luar untuk memeriksa keadaan sekitar. Setelah memastikan sekitarnya sepi, ia melangkah dengan cepat keluar dari kamar.

Zeta terus berjalan dengan sedikit berlari, ia tak mau tertangkap oleh orang-orang jahat yang akan mengurungnya di dalam kamar. Bayangan ketakutan segera menyelubunginya sehingga membuat Zeta tetap melangkah cepat meski di bagian tengah pangkal pahanya masih sangat sakit.

Seorang pria terus menatap ke arah perginya Zeta. Kemudian pria itu merogoh ponsel di saku celananya untuk menghubungi seseorang.

-To Be Continued-

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Kelurahan Sumberrejo
novelnya bergairah
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
keren thor jangan lupa mampir di karya receh istri yang Tak Dirindukan
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
kasihan zeta, gimana nasib km serelah ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status