"Dengar Kak, Randy belum pulang, aku berbohong padamu bahwa dia tidak ingin makan malam jika tidak bersamamu, tetapi keluar lah dari sini dan bantu aku menemukan di mana putramu itu."Ucapan dari Reynaldi membuat Sarah langsung membangkitkan tubuhnya, dia tentu panik mendengarkan apa yang dikatakan Reynaldi tetapi dia juga tahu bahwa adiknya itu adalah orang yang sudah berbohong sehingga dia berharap bahwa apa yang dikatakan sang adik tidak lah benar. "Kau selalu berbohong padaku, kau selalu menyatakan sesuatu yang tidak aku sukai, jadi aku mohon kali ini jangan gunakan putraku untuk membuatku memakan sesuatu," jelas Sarah yang sudah sangat keletihan, bahkan dia letih hanya dengan berbaring menangis dan meratapi putrinya.Dalam pikiran Sarah dia tidak pernah sebelumnya memikirkan tentang Martin, dan sampai saat ini yang dipikirkan Sarah hanyalah anak-anaknya. Andai dia bisa melakukan sesuatu selain berada di atas ranjang. Apa yang telah dilakukan para polisi sekarang. Sudah banyak se
Martin Dailuna tengah mengendarai mobilnya, raut datar selalu nampak di wajah kharismatiknya. Seperti biasa, tak ada yang menarik, baik di kantor maupun di rumah, semuanya monoton! Itulah pikirnya, bahkan istrinya pun sudah tidak menarik di matanya.Pria berusia 43 tahun itu sama sekali tak tertarik lagi dengan apapun. Kerja, pulang, sarapan, dan tidur, hanya itu rutinitasnya setiap hari. Hal biasa yang tak menantang. Gurat lelah setelah bekerja terlihat di matanya yang dibingkai kacamata minus. Dan akhirnya mobil warna putih miliknya memasuki gerbang besar, yang dibuka oleh seorang satpam di kediaman Dailuna. Kini, Martin berada tepat di depan pintu rumahnya. "Sial," umpatnya saat sadar bahwa dia lupa membawa kunci rumahnya, dia terpaksa harus menekan bel di rumahnya sendiri. Ting Tong! Ting Tong! "Apa aku harus menekan lagi?" Kesal karena sudah sebanyak 2 kali dia menekan bel namun tidak ada yang membuka pintu. Dia lalu menggedor-gedor pintunya deng
Tringgggg! Mendengar suara itu Martin langsung terbangun dari tidurnya, dan sadar bahwa Istrinya sudah tidak ada di sampingnya. Martin langsung mematikan alarm yang membuatnya tersadar dari tidur nyenyaknya. "Oh tidak sudah jam 8 pagi," ucapnya saat sadar bahwa dia terlambat untuk bekerja. Dengan lincah dia berdiri dan menuju kamarm andi, Martin melakukannya dengan sangatc epat, dia terlihat tergesa-gesa, setelah mandid ia memilih baju yang akan dia kenakan, seperti biasa rompi hitam, kemeja putih dan celana kain hitam, itulah pilihan seorang Martin Dailuna. Setelah membereskan segalanya, Martinb erjalan cepat menuruni tangga, namun saat perjalanan menuju pintu matanya kemudian tersangkut dengan Andira yang sudah membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di meja makanan. Seketika Martin lupa tujuannya, dia berjalan pela
Untuk pertama kalinya seorang Martin Dailuna mungkin akan mengeluarkan emosinya pada pembantu yang di rumahnya. Emosi sudah memuncak karena dia baru saja diberi saus kacang dimana dia alergi dengan saus kacang.Martin Dailuna menancap gas mobilnyadengan penuh kekesalan, kenapa tidak? Andira, baru saja memberi pria malang itu makanan yang sama sekali tidak ingin dimakan oleh seorang Martin Dailuna."Berani sekali dia menaruh kacangdi makananku, dia pikir dia siapa! Awas saja jika aku sampai di rumah, dia akanntahu, siapa Martin Dailuna sebenaranya!" oceh Martin saat dia sedang mengendarai mobilnya menuju rumah. Bukan hanya itu, dia juga memukul-mukul stir mobilnya karena begitu kesalnya pada gadis yang baru kemarin ia kenal.Martin langsung turun dari mobilnya saat sampai tepat di hadapan istana besar miliknya. Untung saja pintu rumahnya tidak terkunci membuat Martin tidak perlu mengetuk atau mengoceh di luar pintu. Oh ya, sebenarnya Martin suda
Tidak lama kemudian sejenak saat Martin Dailuna duduk dengan menyilangkan kakinya di atas sofa mewah yang berlantaikan rumput yang begitu hijau nan cerha, membuat Martin sadar bahwa ada bagian dari rumahnya yang berbeda, bagian yang memiliki suasana yang begitu indahnya, dan nyaman untuk ditempati, dan selama ini, Martin tidak tahu bahwa bagian indah itu ternyata jarang sekali ia kunjungi.Hidung mancung miliknya menghirup udara segar, merasakan hembusan udara menempel di kulitnya yang berwarna eksotis.Matanya memandang bunga-bunga indah yang berjejer menghiasi halaman belakang rumahnya, dia begitu menikmati suasan indah, udara segar, bersih dan terawat. Dan tak lama kemudian Andira datang membawa minuman dingin yang diminta oleh Martin, majikannya.Andira menaruh minuman itu di meja tepat di hadapan Martin, tidak seperti biasa mata Martin sengaja tidak memandang ke arah Andira, matanya fokus pada kupu-kupu yang berterbangan indah pada bunga-bunga d
***Aku Martin Dailuna, seorang pengusaha yang banyak disegani, yang memiliki segalanya, segala hal yang kuinginkan, apapun yang kuinginkan akan aku dapatkan, dan harus aku dapatkan.Walau hal yang kuinginkan mengandung dosa yang mungkin akan meleburkan aku ke dalam api, yang membakar setiap pecahan diriku hanya karena hal yang kuinginkan adalah yang terlarang.Dalam setiap hariku, setiap detik nafasku, aku menemukan seorang pria yang membosankan dalam diriku, seorang pria pengecut yang bersembunyi di balik jas kebesarannya dan takut menunjukan sisi lainnya. Lalu dia datang, yang membuatku terpaksa menunjuka sisi gila yang sudah lama tersembunyi. Dia yang menghilangkan rasa pengecut, dan ambisiku kemudian meningkat untuk memiliki segalanya, apapun itu, yang kuinginkan akan menjadi milikku. Aku pria yang mungkin bisa terlihat hina. Aku yang mungkin kehilangan sisi takutku, karena seorang gadis yang mencintai putraku, yang membuatku harus bersaing dengan putraku sendiri. Aku
Andira terlihat membersihkan ruang kerja Martin Dailuna yang terlihat lebih luas dari sebuah kamar, di dalamnya akan ditemukan rak-rak buku yang yang berisikan buku-buku yang banyak, dengan meja kerja yang di atasnya berkas-berkas penting, dan sebuah brangkas yang berada tepat di belakang meja Martin.Andira merapikan semuanya, hingga dia menemukan sebuah laci yang tak bisa terbuka, karena terkunci. Laci yang mampu membuat Andira merasa penasaran akan laci tersebut.Lama berada di sana, tiba-tiba seseorang membuka pintu. Menyadari itu Andira kembali merapikan berkas-berkas yang berserakan dan membersihkan debu yang menempel di buku-buku milik Martin.Yang membuka pintu ruangan Martin adalah seorang gadis yang tidak lain adalah Nadira.Dia masuk ke dalamnya dan matanya mengabaikan Andira karena melihat brangkas yang sama seperti brangkas di kantor Martin."Hei, kalau kau selsai keluar saja," ucap Nadira pada Andira yang
Sikap tenang walau sedang marah selalu di nampak kan oleh pria berkacamata ini, pria yang memiliki wajah kharismatik namun selalu bersikap dingin.Martin Dailuna, dia marah karena baru saja seseorang mencuri uang miliknya, dan dalam benaknya muncul pertanyaan, bagaimana bisa seseorang mengetahui kode brangkasnya.Setidaknya itulah yang dipikirkan Martin. Pria berkacamata itu kembali duduk di kursinya dan masih berfikir, tidak mungkin seseorangnmengetahui kodenya sedang istrinya saja tak tahu kode milik Martin.Uang yang disimpan Martin itu adalah uang untuk pegawai rumahnya, mulai dari pembantunya, tukang kebun, sopir pribadi anak-anaknya, hingga satpam di rumahnya.Walau Martin berfikir keras dia tidak menemukan kemungkinan siapa yang mencuri uangnya, tidak mungkin pekerja rumahnya, mereka mana ada yang berani, dan tidak mungkin keluarganya sendiri. Lama terdiam, Martin memilih untuk menunggu hingga makan malam dimana keluarganya