Air mata Zeira semakin mengalir deras saat bola mata birunya menatap Chintia yang tersenyum bahagia keluar dari kamarnya yang berada di lantai 2 mansion itu. "Ya Tuhan kuatkan hatiku" ucap dalam hati Zeira sambil mengelus perut buncitnya.
"Ra...kamu harus tenang, aku percaya pak Reyhan melakukan ini semua, hanya demi menyelamatkan kamu dan janin yang ada di dalam kandungan kamu" bujuk Vivi.
"Hm.." jawab singkat Zeira sambil mengusap air mata dengan kedua jarinya.
Chintia tersenyum bahagia saat keluar dari kamarnya. Namun sayang senyum itu hanya bertahan sebentar.
""AW...." Jerit Chintia saat satu kakinya salah melangkah. Ia ingin melangkah di tangga kedua, namun kakinya terlanjur ke tangga yang ke tiga sehingga membuat ia hilang keseimbangan dan terguling hingga ke lantai satu.
Semua orang menjerit begitu juga dengan Zeira dan Vivi sontak bangkit dari tempatnya dan berlari ke arah Chintia. Zeira memejamkan kedua matanya karena tidak sanggup melihat
Setelah memberikan surat pengunduran diri kepada Rian, Vivi langsung menuju perusahaan DUBER GRUP. Ia sangat gugup saat tiba di gedung tinggi yang berlantai 45 itu. Di mana hari ini ia akan interview sebagai calon sekretaris di perusahaan milik suami sahabatnya itu dan mantan Bosnya di RN GRUP.Vivi menghirup udara dari hidungnya dan melepaskannya dari mulut, setelah itu itu memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan Reyhan.Tok....tok....tok...."Masuk" suara bariton dari dalam ruangan."Permisi pak" Vivi mendorong pintu dan menjulurkan kepalanya."Silahkan duduk" ucap Reyhan dengan santai sambil menutup map biru yang dari tadi ia bolak-balik."Ini berkas-berkas saya pak" ucap Vivi dengan gugup sambil meletakkan map coklat yang ia bawa dari rumahnya di atas meja.Reyhan meraih map coklat yang di berikan Vivi, lalu membuka dan melihat berkasnya sambil tersenyum tipis. "Ternyata kamu lulusan S1" ucap Reyhan sambil membolak-balik le
Mata Carles tidak bisa berkedip melihat wanita hamil yang sedang bergandeng tangan dengan sahabatnya itu. Perut buncit Zeira membuat wanita bermata biru itu semakin cantik dan mempesona, bahkan semua tamu yang ada di kafe itu, ikut kagum melihat Zeira. begitu juga dengan Vivi yang ikut bengong melihat pesona sahabatnya itu."Selama datang Bro" sapa Carles sambil memeluk punggung Reyhan dengan akrab."Wts...jangan" Reyhan melentangkan tangannya untuk menghalangi Carles yang ingin memeluk istrinya "cukup berjabat tangan saja, enggak usah pakai peluk-peluk" lanjut Reyhan setelah Carles memundurkan dadanya."Ini kan pelukan tanda sahabat Bro" bantah Carles."Kamu peluk aku saja, sini kamu peluk aku" Reyhan membentangkan kedua tangannya."Enggak usah. Tadi kan kita uda pelukan" tolak Carles.Zeira dan Vivi kompak tertawa, melihat tingkah kekanak-kanakan kedua pria tampan yang ada di hadapan mereka."Ini acara apa sih Bro?" Tanya Reyh
Pagi ini Reyhan dan Zeira sengaja bangun lebih awal di bandingkan hari sebelumnya.mereka sudah berencana untuk mengantar Carles ke bandara.Tepat pukul 6 pagi Reyhan dan Zeira sudah tiba di apartemen Carles. Mata Reyhan sempat melirik ke arah pintu apartemen milik almarhum Chintia yang berada di samping apartemen Carles. Seketika wajahnya berubah menjadi sedih. Walaupun ia tidak cinta kepada Chintia tetapi hatinya sedih mengingat kenangan sewaktu mereka masih kecil saat masih tinggal di Prancis. Chintia juga memiliki peran berharga selama ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan milik Reyhan. Hal itu tidak akan pernah Reyhan lupakan.Zeira yang melihat perubahan wajah Reyhan, akhirnya membuka mulut "mas sedih ya?" Tanya Zeira sambil mengelus pundak Reyhan."Enggak sayang, cuma teringat aja sewaktu kami masih anak-anak, dia itu wanita yang ceriah, aku tidak menyangka kalau ia akan pergi secepat ini""Sabar ya mas" sahut Zeira, dan hanya di balas senyum
Zeira membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Ia merasa lelah karena satu hari ini menemani Reyhan di kantor. Perutnya yang semakin membesar membuat ia merasa lebih muda untuk lelah. Perbincangannya dengan Vivi saat makan siang di kantin, membuat banyak tanda tanya di dalam hatinya. Ia kembali bangkit dari ranjang dan melangkah keluar dari kamar menuju ruang kerja Reyhan di lantai tiga."Tok....tok...tok...apa aku bisa masuk mas?" Tanya Zeira dari pintu. Zeira sangat jarang menemui Reyhan ke ruang kerjanya, bisa di katakan dalam satu tahun ini, Zeira hanya 2 kali menginjakkan kaki di ruang kerja Reyhan."Hm...masuk saja sayang" sahut Reyhan tanpa melihat Zeira."Mas sibuk?" Ucap Zeira setelah masuk dan duduk di atas sofa di dekat jendela ruang kerja Reyhan."Sedikit" sahut Reyhan dengan singkat."Hm..." Jawab Zeira dengan singkat. Sebenarnya ia ingin mengatakan apa yang ada di dalam hati dan otaknya, namun karena Reyhan terlihat sibuk dengan berkas-
Reyhan berlari masuk ke dalam rumah tanpa mematikan mesin mobilnya. "Sayang" jerit Reyhan sambil menaiki anak tangga menuju kamarnya dan Zeira.Para pelayan menoleh ke arah suara Reyhan, tidak biasanya Reyhan mengeluarkan nada tinggi, pria itu paling tidak suka dengan keributan. "Ada apa dengan tuan" tanya satu pelayan ke pada pelayan Siti"Aku tidak tahu, coba saya tanya pak bara" Siti keluar dan menemui bara yang sedang bercerita dengan security di pos yang di dekat gerbang."Pak bara apa kita bicara sebentar" ajak Siti."Iya ada apa buk" sahut bara setelah mereka menjauh dari pos security."Pak, kenapa tuan tiba-tiba pulang dan berteriak-teriak memanggil nyonya" tanya Siti dengan setengah berbisik."Aku juga tidak tahu buk. Tadi nyonya pas baru sampai di kantor tuan, tiba-tiba sudah turun lagi dan meminta pulang, di perjalanan juga beliau menangis" jawab bara yang juga ikut bingung."Pasti tuan melakukan kesalahan. Maklum lah
Di saat makan malam, tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponsel Reyhan. Tetapi Reyhan hanya mengabaikannya saja dan fokus dengan makan malamnya sambil bercanda dengan Zeira.Makan malam kali ini sangat berbeda dari yang biasanya, Reyhan benar-benar memanjakan Zeira, Ia menyuapi Zeira layaknya seorang anak kecil. Yang membuat hati wanita hamil itu menjadi berbunga-bunga."Mas Kenapa jadi berlebihan seperti ini ya?" Ucap Zeira kepada Reyhan."Ini bukan berlebihan sayang, aku lagi belajar aja, nanti di saat Anak kita sudah lahir aku sudah terbiasa untuk memberinya makan" sahut Reyhan sambil tersenyum."Hm..." Jawab singkat Zeira sambil tersenyum. Hatinya semakin luluh karena Reyhan adalah calon Ayah yang siaga. Pria tampan itu sudah memikirkan calon baby-nya. Sedangkan Zeira belum berpikir sejauh itu."Mas, Aku boleh bertanya sesuatu enggak?" Tanya Zeira setelah ia menyelesaikan makanya."Mau tanya apa sayang?""Mas kemarin kan aku sempat ce
Saat tiba di kantor, Reyhan merasa ragu menerima undangan yang di titipkan Sarah kepada Vivi. Namun baru saja hal itu terlintas di pikirannya, tiba-tiba Vivi sudah muncul di pintu ruangan Reyhan yang saat ini tidak tertutup."Permisi pak" ucap Vivi yang berdiri di bibir pintu, dengan membawa sesuatu di kedua tangannya."Iya Vivi, masuklah" sahut Reyhan yang duduk di bangku kerajaannya. Sedangkan Zeira duduk di sofa yang ada di ruangan Reyhan."Ini ada titipan undangan dari artis Sarah Bellareah, pak, beliau datang tadi dan baru saja pergi" ucap Vivi dengan hormat sambil meletakkan kartu undangan yang ada di genggamannya di atas meja Reyhan. Walaupun pria tampan yang ada di hadapannya saat ini adalah suami dari Sahabatnya. Tetapi ia harus tetap sopan dan hormat karena pria itu juga adalah Bosnya."Baiklah. Terima kasih" sahut Reyhan dengan santai. Namun ia hanya melihat kertas itu sekilas tanpa menyentuhnya."Permisi pak, ibu" pamit Vivi yang membua
Zeira mondar mandir di dalam kamar, hatinya tidak tenang karena Reyhan belum kembali sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 4 subuh, rasa penyesalan muncul di dalam hatinya karena sudah memaksa Reyhan pergi menghadiri pesta ulang tahun Sarah. Yang berujung membuat dirinya tidak bisa tenang.Ia berulang kali menghubungi nomor ponsel Reyhan namun yang menjawab suara wanita cantik *nomor yang anda tujuh sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi" ia bingung harus menghubungi siapa lagi. Akhirnya ia mencoba menenangkan pikirannya yang sudah kacau balau seperti benang yang kusut. Di saat itu juga ia teringat dengan Bara sang sopir pribadi Reyhan. Dengan sigap ia mengusap layar ponselnya dan mencari nama bara di dalam kontaknya."Iya Nyonya" suara serak Bara. Sepertinya pria itu terbangun saat mendengar panggilan dari Zeira."Apa paman sedang bersama mas Reyhan" tanya Zeira pada intinya."Tidak Nyonya. Tadi malam aku han