Masuk"Hay Om Harry," sapa Sarah dengan ceria.
"Hay sayang." Pria yang dipanggil Harry itu, memeluk Sarah dan mengecup keningnya.
Sungguh pemandangan yang begitu mengejutkan bagi Kayra.
"Om, Perkenalkan, ini teman yang aku ceritakan kemaren," ucap Sarah setelah melepaskan pelukannya.
Harry mengerutkan kening, "Bro, dia kan...."
Harry bukannya berkenalan dengan Kayra, tapi justru bertanya kepada Bram. Namun sebelum ia selesai bicara, Bram sudah menarik tangan Kayra, membawa wanita cantik itu masuk ke kamar mandi.
"Lepaskan tanganku Tuan," keluh Kayra, karena Bram mencengkram lengannya dengan kasar.
"Kamu benar-benar hebat, bisa melayani beberapa pria. Padahal kamu terikat kontrak dengan seseorang, tapi kamu tetap juga bermain dengan orang lain. Dasar wanita murahan." Bram berpikir demikian.
"Bu...bukan begitu Tuan, aku hanya menemani Sarah," jelas Kayra, namun sayang! Bram tak sedikitpun percaya.
"Segera akhiri kontrakmu dengan Asha, dan pergilah dari kediaman Nathan." Setelah mengatakannya, Bram membuka pintu dengan kasar lalu kembali menghampiri Harry dan Sarah.
Sementara Kayra masih bertahan di kamar mandi, pundaknya bersandar di tembok sambil kedua matanya meneteskan butiran bening. Tuhan benar-benar tidak adil baginya, sejak kecil ia sudah terbiasa hidup susah, bahkan setelah dewasa pun ia tetap menderita.
"Kayra," panggil Sarah sambil membuka pintu.
Ia melihat Kayra sedang mengusap air mata dari kedua pipinya. Walaupun Kayra belum bicara apapun, Sarah sudah mengerti.
"Kayra, aku minta maaf ya," ucap Sarah yang langsung memeluk Kayra.
"Tidak apa-apa, santai saja." Walaupun bibir Kayra tersenyum, tetapi sorot matanya menunjukkan seribu kesedihan.
"Pasti Om Bram marah, iya kan?" todong Sarah.
Ia yakin, karena Sarah sudah lama mengenal Bram. Sebab pria angkuh itu adalah sahabat dekat Harry, namun selama ini Sarah tidak tahu, bahwa pria yang diceritakan Kayra kepadanya adalah Bram.
"Hum...." sahut Kayra seiring dengan anggukan kepala.
"Kamu tenang ya, biar aku dan Om Harry yang bicara kepada Om Bram." Sarah berusaha meyakinkan Kayra.
Sebelum ke luar dari kamar mandi, Kayra terlebih dahulu membasuh wajah. Berusaha tersenyum untuk menutupi kesedihannya.
"Om jangan marah dong, aku yang mengajak Kayra. Sebenarnya kami mau ke acara ulang tahun temanku." Sarah bicara dengan serius.
"Aku tidak bertanya, dan aku tidak mau tahu." Bram bicara dengan angkuhnya.
"Bro, aku cabut dulu, ada urusan mendadak," lanjut Bram yang langsung pergi.
"Ok, hati-hati di jalan," balas Harry.
Setelah Bram menghilang di balik pintu, Kayra menceritakan yang sebenarnya kepada Harry. Pria tampan itu benar-benar terkejut, karena selama ini Bram tidak pernah menceritakan apapun kepadanya.
Sahabatnya itu benar-benar tertutup terhadap masalah pribadi. Tadinya Harry berpikir, Kayra memang pelayan baru di kediaman Nathan.
Begitu juga dengan Sarah, ia menceritakan tentang status hubungannya dengan Harry kepada Kayra.
"Aku benar-benar tidak percaya ini," ucap Kayra.
"Sulit dipercaya, tapi inilah kenyataannya Kayra." Keduanya berpelukan, berusaha untuk saling menguatkan.
Keduanya memiliki cerita hidup yang berbeda, Kayra dipaksa ayahnya menjadi ibu pengganti. Sedangkan Sarah dilecehkan oleh ayah tirinya, sehingga memutuskan ke Jakarta dan menjadi wanita simpanan.
"Kamu minum dulu," Sarah menyodorkan segelas minuman berwarna merah kepada Kayra.
Tanpa menolak, Kayra langsung meneguknya hingga tandas.
"Ra, minumannya kenapa rasanya aneh ya?" tanya Kayra dengan jujur.
"Aneh bagaimana?" Bukannya menjawab, Sarah justru balik bertanya.
"Kamu minum dari gelas ini?" sahut Harry.
"Iya Om."
Jawaban Kayra membuat Harry menepuk kening. Bagaimana tidak? Yang diminum Kayra bukanlah jus atau sirup, melainkan anggur merah.
Benar saja, hanya berselang 15 menit! Kayra mulai bicara sendiri. Wanita cantik itu mabuk, bahkan ke kamar mandi ia harus dibantu oleh Sarah.
"Aduh...bagaimana ini, Om?" keluh Sarah.
"Tunggu sebentar, aku hubungi Bram dulu."
Awalnya Bram menolak, tetapi Harry memaksanya. Akhirnya Bram kembali ke kafe untuk menjemput Kayra.
Ketika muncul dari balik pintu, wajah Bram terlihat marah dan kesal. Berbeda dengan Kayra, ia justru tersenyum manis.
"Selamat datang Tuan Bram, aku sudah lama menunggumu," ucap Kayra dengan nada khas mabuk."Ayo berdiri." Bram menarik lengan Kayra.
"Aow... pelan-pelan dong Tuan, jangan terburu-buru." Kayra kembali membuka mulut, yang membuat Bram semakin kesal.
"Om, biar aku antar Kayra ke mobil." Sarah menyodorkan diri, ia tidak tega melihat sikap kasar Bram terhadap sahabatnya.
"Hum, terima kasih," jawab singkat Bram.
Kedua pria itu ke luar dari kafe melalui pintu utama, sedangkan Sarah dan Kayra melalui pintu belakang, yaitu pintu karyawan.
"Aku titip Kayra, ya Om," ucap Sarah sebelum menutup pintu mobil Bram.
Mobil sport berwarna hitam itupun, melaju membelah jalan ibu kota, menuju kediaman Nathan.
Sepanjang perjalanan, Kayra tidak berhenti bicara. Namun Bram tidak merespon, ia hanya diam dan fokus dengan setir mobilnya.
Setibanya di kediaman Nathan, Bram membantu Kayra turun dari mobil, menuntunnya menaiki tangga menuju lantai dua.
Dengan kasar Bram menjatuhkan Kayra di atas tempat tidur, tetapi Kayra menarik kerah bajunya, sehingga Bram ikut terjatuh tepat di atas tubuh Kayra.
"Ayolah Tuan Bram, aku tahu kamu pasti menginginkannya," ucap Kayra sambil menggigit bibir bawahnya."Cukup, sudah cukup kamu membuatku kesal." Bram berusaha bangkit, tetapi Kayra justru melingkarkan kedua tangannya di pinggul Bram. Berusaha menahan pria tampan itu dengan sekuat tenaga.
"Ayolah Tuan, aku benar-benar menginginkannya." Suara Kayra terdengar mendesah.
Bram yang kesal, langsung menarik lengan gaun Kayra. Dengan emosi dan marah, ia mencumbu wanita cantik itu. Membasahi leher jenjangnya dengan saliva, sambil tangannya mengelus paha mulus Kayra.
Desahan demi desahan lolos dari mulut Kayra, ia benar-benar menikmati setiap sentuhan dari Bram.
Bram menghela napas, menyandarkan kepala di sandaran sofa sambil jarinya memijat kening. "Untuk apa kamu pusing Bro? Lagipula apa yang kamu harapkan dari Asha? Apa dia bisa memberimu keturunan? Tidak kan?" Harry menjajah Bram dengan berbagai pertanyaan. "Aku benar-benar pusing Har. Jika Asha benar memiliki hubungan dengan Alex, aku bisa hancur." Bram bicara sambil memejamkan mata."Kamu benar-benar bodoh Bro. Wanita tidak hanya Asha, masih banyak yang lebih cantik dari dia. Contohnya Kayra, apa bagimu dia tidak cantik? Bukan hanya cantik saja, dia juga bisa memberimu keturunan, pewaris keluarga Nathan."Bram refleks membuka mata mendengar ucapan Harry, ia benar-benar melupakan wanita hamil itu.Bram baru saja meraih ponselnya dari atas meja, tiba-tiba ponsel Harry berdering. "Anak buah," ucap Harry membaca nama yang muncul di sana. Ia mengusap layar ponselnya, "Iya Baby.""Sayang, aku menemani Kayra dulu ya?" Suara manja Sarah dari seberang sana.Harry sengaja membuat nama kontak
Sepanjang perjalanan Eric tidak berhenti bicara, ia menjajah Kayra dengan berbagai pertanyaan. Ia memancing wanita cantik itu untuk menceritakan tentang suaminya. Namun Kayra tidak terpancing, ia menutup rapat-rapat tentang hubungannya dengan keluarga Nathan. Kayra tidak mau melanggar perjanjian, karena hal itu akan menambah masalah. "Suami kamu tidak pernah pulang ya?" tanya Eric sambil melirik Kayra dari kaca spion. "Dia masih sibuk Pak Eric, jadi belum ada waktu untuk pulang." Kayra menjawab dengan santai. "Oh begitu, apa tidak sebaiknya kamu ikut dengannya? "Kayra tidak bisa meninggalkan ibunya sendirian. Pak Eric lihat sendiri kan, ibunya Kayra sudah mulai tua, jadi tidak mungkin ditinggal sendiri." Kali ini Sarah yang membuka mulut. "Iya juga sih, tapi kasihan Kayra. Dia lagi hamil, pasti butuh perhatian dari suaminya. Tapi tenang saja, masih ada aku yang siap membantu kapan saja dibutuhkan." Eric menatap Sarah sambil menggerakkan kedua alis mata. "Dasar playboy, perempua
Bram menunduk mendekatkan wajahnya ke wajah Kayra, "Aku datang untukmu Kayra, jadi kita harus tidur bersama."Bisikan Bram menembus telinga hingga jantung Kayra, yang membuat seluruh bulu kuduknya berdiri dan menari-nari. Kayra menegakkan kepala, matanya seketika beradu dengan kedua mata indah Bram."Aku...."Bram menempelkan bibirnya ke bibir Kayra, menutup mulut wanita hamil itu agar tidak bicara. Kakinya selangkah demi selangkah maju, yang membuat Kayra melangkah mundur, hingga membentur tembok. Tangan yang tadinya diam, kini melingkar di pinggang Bram. Ia memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan dari pria tampan itu."Kamu sudah basah Kayra," bisik Bram sambil menyentuh bagian sensitif Kayra. Ia mengangkat tubuh mungil Kayra, membaringkannya di atas tempat tidur dengan lembut. Membuka seluruh pakaian yang menempel di sana, kini tubuh wanita cantik itu terpampang bebas di hadapannya. Matanya menatap Kayra dari ujung rambut, seketika berhenti dibagian tengah. Perut yang duluny
Tepat pukul 7 malam, Sarah sudah meninggalkan apartemen. Namun sebelum pergi, ia sudah menghubungi Harry. Meminta kekasihnya itu untuk memberitahu Bram bahwa Kayra menginap di apartemennya.Sesuai harapan Sarah, Bram pun datang ke sana untuk menemui Kayra. Tentu kedatangan pria tampan itu membuat Kayra terkejut!"Tuan," ucap Kayra saat membuka pintu. "Aku boleh masuk?" tanya Bram karena Kayra berdiri di bibir pintu. "Hm, iya iya." Kayra menyingkir agar Bram bisa masuk. Ia menutup pintu lalu mengikuti Bram ke ruang tamu. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bram setelah menjatuhkan bokongnya di atas sofa. "Iya Tuan, aku baik-baik saja. Oh iya, Tuan kenapa bisa datang kemari?" Kayra bertanya hanya sekedar basa-basi, sebenarnya ia sudah tahu kalau Sarah yang memintanya untuk datang ke sana. "Ingin bertemu denganmu," jawab Bram tanpa melihat lawan bicaranya. Pria tampan itu fokus membuka jam tangan, lalu menaruhnya di atas meja. Setelah itu ia membuka tiga kancing bajunya, yang menunjuk
Suara kicauan burung dari hutan lindung membuat suasana kediaman Nathan semakin syahdu. Asha yang duduk di balkon kamar, seketika menyipitkan mata melihat sebuah mobil memasuki gerbang istana miliknya. Ia menatapnya dari kejauhan hingga mobil itu terparkir rapih."Itukan Kayra," ucap Asha saat melihat dua wanita turun dari mobil. Ia bergegas meninggalkan balkon, menuruni anak tangga menuju lantai satu. "Kayra," panggil Asha setibanya di ruang tamu. Ia sedikit terkejut dengan kedatangan Kayra."Mbak Asha, maaf saya datang tanpa memberitahu Mbak terlebih dahulu." Wajah Kayra terlihat bersalah "Apa Bram yang memintamu datang?" tanya Asha sambil menjatuhkan bokongnya di atas sofa.Kayra menggeleng, "Tidak Mbak, sayang kemari untuk bicara dengan Mbak Asha."Asha menaikkan alis, "Ada hal penting?""Tolong izinkan aku untuk menemui kedua orang tuaku Mbak. Aku rindu pada mereka, aku ingin tahu kondisi mereka. Aku mohon." Kayra menyatukan kedua telapak tangannya. "Maksudmu? Aku tidak meng
Tiga hari telah berlalu, saat ini Kayra sedang mengemas pakaiannya dan Bram ke dalam koper. Sore ini mereka akan kembali ke Indonesia. Setelah kejadian malam itu, keduanya merasa canggung. Apalagi Kayra selalu menjaga jarak, bahkan ia memilih tidur di sofa untuk menghindari Bram.Liburan pertanyaan dengan Bram benar-benar tidak memiliki kesan apapun. Padahal Bram selalu mengajaknya untuk keliling negara Singa itu, tetapi Kayra menolak. "Tuan, aku sudah bertemu dengan orang tua Kayra." Bram membaca pesan yang masuk di ponselnya.Iya, sebelum Bram dan Kayra terbang ke Singapura, ia menyuruh seseorang untuk mencari kedua orang tua Kayra."Baiklah, aku segera kembali." Setelah mengirim pesan itu, Bram memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Memutar tubuh kekarnya, melangkah menghampiri Kayra yang duduk di sofa."Ayo." Bram menarik tangan Kayra. "Ke mana Tuan?" tanya Kayra sambil mengikuti Bram."Temani aku berbelanja," jawab Bram.Kayra tidak menolak, ia hanya memberitahu Asha deng







