Gera memekik keras hingga memenuhi ruangan dengan suara pekikan frustasi. Ia jambak-jambak rambutnya yang sudah kacau.
Luis dan Ros bahkan tak mau lagi melihatnya. Apa masalah keluarga Swara dengan keluarganya? Ia bingung setengah mati. Dan ingin menuntut penjelasan pada Papanya.
Kini tentu saja Roy sudah tak membutuhkan dirinya. Lalu ke mana ia harus pergi? Hatinya sangat berat jika harus pergi meninggalkan Roy. Ia sudah terlanjur mencintai pria dingin dan keras itu.
"Ge, bukalah!" Itu Luis. Namun entah kenapa Gera seperti malas menyahutinya.
"Masuk saja," jawab Gera dingin. Bagaimanapun juga ini bukan salah Luis. Dia tidak punya kendali atas ini semua.
Luis menghampiri Gera dengan langkah pelan. Duduk di sebelah wanita yang
"Kumohon jangan membuat dirimu repot seperti melayani tamu, Luisa," pinta Gera saat melihat wanita itu sibuk dengan beberapa kresek di kedua tangannya."Kau memang tamuku, Nona Gera," Luisa mencoba bercanda."Jika kau ingin tamu ini betah di sini, tolong bersikap biasa saja. Jika aku membutuhkan sesuatu, aku akan melakukannya sendiri. Jangan membuatku merasa tak enak hati," bantah Gera tak mau kalah. Setelah mengemasi barang-barang di kamar yang sudah Luisa sediakan, Gera memilih untuk berjalan-jalan ke arah pantai. Banyak anak-anak di sana. Gera jadi semakin tertarik dan ingin ikut bermain. Ini kali pertamanya dia akan tinggal di dekat laut. Bermain bersama beberapa anak desa membuatnya sejenak rehat dari pikiran beratnya. Otaknya terasa panas dan kebas sebelumnya. Namun ia sangat bersyu
Seperti biasa, dengan cepat Luis bisa mengendalikan rasa terkejutnya. "Ah, Pak David. Maaf mengganggu. Tetapi ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda," tutur Luis sopan. "Tidak apa-apa, nak. Silahkan masuk." Luis disambut hangat oleh David. Karena sejatinya, David tidak pernah memusuhi Roy atau siapapun. Perseteruan di antara mereka hanya kesalahpahaman Roy saja. David sering sekali ingin menjelaskan semuanya secara rinci agar masalah terselesaikan secepatnya. Namun belum saja berbicara, Roy selalu ingin mengamuk. David paham betul sifat Roy. Karena David sudah melihat anak itu semenjak dia masih kecil. Iya, keluarga David dan keluarga Swara dulunya adalah kerabat dekat. Bahkan sangat dekat. Namun karena ada kesalahpahaman antara Roy yang menjadi penerus perusahaan terhadap David, jadi beginilah sekarang. "Ada apa kau kemari, Luis? Apa perintah dari Roy hingg
"Ge, apa kau baik-baik saja bersama Luisa?" tanya Luis dari seberang sana."Aku tak apa, Luis. Di sini sangat damai. Aku sedikit lebih tenang dan bisa melupakan masalahku," tutur Gera."Syukurlah. Roy sedang sangat gencar mencarimu di sini. Bahkan ia sampai datang ke rumahmu." Gera tersentak kaget."Luis, cegah dia. Jangan biarkan dia menyakiti Papaku," Entah darimana air mata Gera menetes begitu saja."Papamu aman, Ge. Untung saja aku sudah lebih dulu ke sana dan menjelaskan semuanya pada Papamu. Beliau sangat khawatir dan ingin menemuimu. Tapi sudah aku larang."Gera menghela napas lega."Syukurlah kalau begitu. Tolong jaga Papaku, Luis.""Tentu, Gera. Jaga diri baik-baik." Sambungan terputus, tetapi air mata Gera terus saja mengalir deras. Sat
Bukan karena itu Luis tak mau bertemu dengan Gera. Terlebih karena masalah kemarin, Roy yang berhubungan lagi dengan wanita bernama Dewi. Luis tak sanggup menatap mata wanita malang itu. Perjalanan panjang mereka lalui hingga Gera pun tertidur. Luisa tersenyum melihatnya. Ia gemas melihat wanita yang semakin hari semakin melebar dan berisi. "Dasar bumil! Kau sudah seperti saudaraku. Aku tidak akan membiarkan pria itu melukaimu lahir dan batin," lirih Luisa. Ia memiliki hati yang sama seperti Luis. Mereka berdua sangat menyayangi Gera. Beberapa jam perjalanan mereka sampai. "Tunggu saja. Akan terbuka otomatis." "Wah. Rumahmu sangat canggih. Kau pasti hidup enak dengan keluarga sekaya ini," ujar Luisa takjub. Ia berdecak kagum melihat kecanggihan dari rumah keluarga Gera. "Big no! Aku sama sekali tidak bangga dengan kekayaan Papaku. Aku bahkan sangat ri
"Nenek?" panggil Roy tanpa keraguan. Ia yakin wanita berumur itu sangat mirip dengan Neneknya. Merasa dipanggil, Nek Rita berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya. "Aroy?""Ternyata memang benar Nenek," ujar Roy sembari memeluk erat Nek Rita. Beliau juga sangat senang bisa bertemu dengan cucunya yang nakal ini."Aku sangat merindukan Nenek! Kenapa Nenek tidak langsung datang ke rumah saja? Di sini sedang apa?" Roy melayangkan pertanyaan bertubi-tubi."Nenek juga sangat merindukanmu, Roy. Nenek sengaja tinggal di villa sebelum datang menemuimu. Entah kenapa Nenek sangat malas bertemu dengan orang keras kepala sepertimu," jawab Nek Rita dengan ekspresi yang sengaja dibuat acuh. Steve datang dan menunduk hormat pada Nek Rita. Dia memang merupakan pengawal seni
"Iya, sayang. Kenapa kau mudah sekali terpengaruh oleh wanita macam dia? Ya Tuhan! Apa kau tidak jijik jika mencicipi wanita bekas orang? Apa kau sudi? Nenek saja jijik melihatnya!" olok Rita dengan suara keras. Ia mencemooh Dewi yang masih dengan tidak tahu malunya berdiri tanpa busana."Apa maksudmu, Nyonya?" bentak Dewi."Hei! Berani sekali kau membentakku! Dasar wanita aneh! Kau mau tahu siapa aku? Aku Neneknya Roy. Nyonya Besar di rumah ini. Kau salah sasaran!" Rita tertawa menggelegar memenuhi ruangan itu. Roy hanya diam tak berkutik melihat Neneknya beraksi. Dewi menatap Rita dengan mata melotot. Ia tak bisa berkata-kata. "Berani sekali kau memanfaatkan cucuku yang sedang frustasi ini untuk menyelamatkan reputasi burukmu itu! Anak dalam kandunganmu tidak akan menjadi anak dari cucuku! Kemarin kau menyuruh David untuk tanggung jawab. Setelah ditolak
Dokter itu tersenyum. "Dia sedang hamil empat Minggu, Bu. Anda harus menjaganya lebih hati-hati lagi. Jangan membiarkannya bekerja berat apalagi hingga kelelahan." Mendengar itu, Rita terharu. Dirinya semakin menua sekarang. Roy akan mempunyai anak. Rita segera memberitahu Luis dan Luisa. "Seperti yang kita tebak," ujar Luis tersenyum. Mereka berdua ikut bahagia dengan keadaan Gera. Rita menyuruh mereka berdua lebih sering menemani Gera agar wanita itu tidak bosan. Rita juga meminta tolong kepada mereka agar menuruti semua yang Gera inginkan. Dengan senang hati mereka mengiyakan itu. "Nek, apa yang terjadi? Kalian terlihat sangat senang," ujar Gera bingung saat dirinya bangun. "Kau mau tahu kenapa kami sangat senang?" tanya Luisa dan diangguki Gera. "Sebentar lagi aku akan memiliki seorang keponakan!" seru Luisa girang. Ia meloncat-loncat di atas sofa membuat Rita tert
"Ten-tentu saja aku ya-yakin," jawabnya terbata-bata. "Tenanglah. Kau sangat gugup," sindir Luis yang menyadari kalau Dewi memang sedang gugup. Wanita licik itu berusaha menyembunyikan ekspresinya. Ia salah sasaran. Yang ia lawan adalah pakar ekspresi sehandal Luis. Pilihan yang salah. "Jika kau memang yakin, tolong beri kami Gera dan Pak David akan menikahimu dan menjadikanmu ratu di rumah mewah ini," jar Luis tak tahu harus berbuat apalagi. "Kau! Dia harus menikahiku dulu baru bisa membawa anaknya yang sangat menjadi pengganggu itu," pekik Dewi geram. Ia berusaha mengancam lalu membuat persetujuan yang merugikan pihak. "Tidak seperti itu. Pak David tidak berbelanja padamu. Tapi mengajakmu untuk bertukar. Gera kembali bersamamu kemari, dan Pak David akan bertanggung jawab atas anak itu," ujar Luis tenang. David panik bukan main dengan apa yang