Setelah mendengar penuturan dari Mila hatiku menjadi terbakar luar biasa, tebak terbakar atas sesuatu yang seharusnya membuatku sadar bahwa perbuatan yang kulakukan sangat tidak etis. situasi yang kupilih memang tidak menguntungkan untuk istriku bahkan untuk diriku sendiri, tapi, aku tetap ingin bersama dengan Mila. ku hentikan mobilku di depan garasi, aku turun dari sana dan membuka pintu rumah dengan kasar, perasaanku terbakar luar biasa Dan aku ingin segera melampiaskan emosi itu dengan menampar wajah Fatia. wanita itu bukan saja sudah melibatkan orang tuaku terlalu jauh tapi dia juga sudah cari muka.brak!pintu kamarku gebrakan Fathia yang sedang membaca Alquran terkejut melihat kedatanganku. melihat mataku yang berkilat-kilat wanita itu semakin menggigil dan mencoba untuk menetralisir perasaannya."berdiri dan tunjukkan keberanianmu!""kenapa Mas?""beraninya kau melibatkan orang tuaku dalam urusan yang seharusnya bukan hakmu! beraninya kau bersikap sejauh itu!""Apa yang kau
"... apa yang kunilai tentang dirimu semuanya salah, kupikir aku bisa mengandalkan dan mempercayai suamiku tapi semuanya hanya sandiwara di ujung bibirmu. kau telah mengabaikan dan meremehkan derajatku sebagai istri!""fat, tolonglah jangan bersikap begitu dramatis.""harus bagaimana aku menghadapi perselingkuhanmu! aku telah menghimbau dan memintamu berkali-kali untuk berpisah dengan wanita itu bahkan aku sampai melakukan tindakan ekstrem melapor kepada atasan kalian tapi semuanya tidak digubris satupun. apa ini semua!""itu artinya hubunganku dan dia sangat kuat jadi, berhentilah untuk mengusik kami!""maka tinggalkan aku dan hiduplah bahagia dengan dia. Aku tidak pernah berdiri menjadi penghalang untuk cita-cita bahagia kalian. cukup Ceraikan aku dan silakan bahagia dengannya."Aku makin kesal begitu ia menghembuskan kata perceraian dan menantangkuku seperti laki-laki yang takut pada istrinya, aku seakan amat menjadikan perceraian sebagai momok yang mengerikan. Sebenarnya aku tidak
semuanya baik-baik saja setelah aku pindah ke apartemen Mila. 2 hari berjalan dengan normal pekerjaan lancar dan semua urusanku lancar, sampai tiba-tiba Ibu menelponku dan memintaku untuk datang ke rumahnya."segeralah datang ke rumah ibu!""jika ibumu membahas hal yang sama maka aku tak mau!""Aku tidak mengerti, kau masih menilaiku sebagai ibumu atau kau sudah durhaka kepadaku!""Apa maksud ibu?""jika kau masih menghargaiku sebagai orang tua maka sebaiknya kau kembali ke rumah istrimu, dan perbaiki hubungan yang kau rusak begitu saja.""tidak mungkin Bu, aku dan dia sudah tidak cocok lagi bersama. setiap kali bertemu kami hanya bertengkar dan pertengkaran itu tentu saja membuat anak kami sedih dan mengganggu mental mereka.""maka sebagai suami, kau harus memperbaiki keadaan dan membuat anakmu kembali bahagia! kau harus memperbaiki semuanya alih-alih merusaknya." "Bu, aku sudah sepakat dengan Fathia untuk berpisah dan aku sudah mengambil barang-barangku!""aku tidak peduli, Kevin,
sehari berikutnya,sengaja mencuri waktu di jeda istirahat siang aku meluncur ke rumah ibuku, sengaja mengambil waktu tersebut agar aku punya alasan untuk tidak berdebat panjang dan segera meninggalkannya bila pembicaraan kami tidak kondusif. "assalamualaikum."ibu yang saat itu sedang menjahit renda di atas kerudungnya langsung beralih dan menatapku dari atas ke bawah."kau berangkat kerja dari mana?" lihat kue rapi dengan pakaian kerja tentu saja Ibu merasa heran."Aku tinggal di apartemen sekarang jadi begitulah .....""Aku tidak mengerti Jalan pikiranmu, Kevin. kau punya istri yang baik serta anak-anak yang manis menunggumu di rumah, tapi kau lebih memilih untuk tinggal sendirian bersama cinta dan petualanganmu yang entah apa akhirnya!" "bundaa, Aku kan sudah bilang kalau aku ingin mengejar Cinta dan impianku, aku lebih bahagia bersama Mila jadi izinkan aku untuk bersamanya!""astaga ... bila ini hanya tentang cinta anak muda mungkin ibu tidak akan ikut campur tapi masalahnya k
*jadi setelah bicara dengan Mila aku memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuaku, Dia menjaga perasaan Ibuku agar tidak disudutkan oleh keluarga besarnya maka aku memutuskan untuk pura-pura kabur ke rumah Ibuku demi menjaga jarak dengan Fatia.hari itu, siapa pulang kerja aku menemukan rumah Ibuku begitu ramai dengan keluarga mertua serta adik-adiknya Fathia. melihatku datang mereka langsung berdiri dan menyalami diri ini secara bergantian."apa kabar Nak?""baik, Ayah.""Ayah tidak menyangka bahwa situasimu dan Fatiah semurup ini, anak ayah tidak pernah cerita tentang masalah rumah tangga dan kepergian suaminya jadi ini sangat mengejutkan."ayah mertua adalah lelaki yang baik dan bijaksana, dia selalu berkata dengan lembut dan memuliakan diriku sebagai menantunya, Andai anaknya lebih bijak dan menerima keputusanku mungkin aku tidak akan meninggalkannya. Apa susahnya untuk menerima poligami sementara dia akan tetap mendapatkan jatah uang dan nafkah. ah, entah kenapa Fathia sangat su
Kukendarai mobilku dengan wanita yang tidak kudambakan kehadirannya di sampingku, pemandangan indah, pepohonan rindang dengan jalanan berkelok membelah gunung, sama sekali tak menghibur pandangan mataku. bahkan aku segera berharap bahwa ini akan berakhir dengan gagal dan selesai begitu saja, tidak harus menunggu dalam dua atau tiga hari aku harap sesampainya sana kami langsung bubar dan pulang lagi. "Apa kau mendukung rencana Ibu dan ayahku?""entahlah," jawabnya dingin.wanita itu bersandar ke sisi jendela yang ada di dekatnya, tatapannya lurus tanpa menggubris diriku sedikitpun. "kurasa ini akan gagal.""aku hanya mencoba saran.""dan bagaimana kalau tetap gagal? bagaimanapun ini ide buruk bagi dua orang yang mau bercerai!" aku menegaskannya sekali lagi agar dia tidak berharap yang macam-macam.tempat yang indah pegunungan yang asri dan penginapan romantis adalah kombinasi yang akan menciptakan suasana penuh percintaan antara kekasih, tapi dia tidak boleh berharap padaku, aku
ada yang bilang bahwa seseorang yang akan melakukan perjalanan harus melakukannya dengan hati yang bersih tulus, ikhlas serta penuh dengan kepasrahan kepada Tuhan. jika seseorang melakukannya dengan hati yang jengkel dan tidak tenang pasti, akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Sekitar separuh perjalanan saat aku dan dia berada di hutan yang cukup lebat dan hanya sedikit sinar matahari yang bisa masuk tiba-tiba mobil kami berhenti dengan sendirinya, mogok, entahlah, dia tidak mau menyala. suruh kali aku mencoba menghidupkan tapi itu gagal saja.aku turun sambil merutuki Fatiya, aku menyalahkan ya Mengapa juga ia harus mengajakku liburan ke tempat ini, Timur jauh ke antah berantah dan berakhir terjebak di tengah hutan."salahmu Kenapa harus ke tempat ini kenapa tidak libur di tengah kota saja!""tapi itu pilihan ibu!""dan kau mendukungnya seperti orang bodoh!" "aku tak bodoh!" seperti biasa wanita itu menatapku dengan tajam sambil melipat tangannya di dada dengan aksi yang sa
"Apa kau baik-baik saja?" aku mendekat padanya sambil memeriksa keningnya Dia sedikit berturut dan mencoba menghindar karena pertengkaran kita tadi, namun aku yang kasihan padanya karena menggigil mencoba memberinya pertolongan. "fat, bajumu basah, sebaiknya lepas saja jaket itu," ujarku."biarlah," ucap wanita itu lirih, kekecewaannya padaku tidak mampu ia sembunyikan, seharusnya masih ada dua hari lagi untuk tinggal di hotel dan menghabiskan waktu untuk berdamai tapi aku memaksanya untuk menyudahi omong kosong itu dan pulang. "Aku mau minta maaf atas kesalahanku, Fat.""ga apa apa," balasnya, "sulit bagiku menyambung ranting yang patah, tidak ada yang bisa kulakukan selain pasrah," ujarnya dengan air mata meleleh.aku yang tidak tahan melihat kesedihan dan dirinya yang sakit itu langsung mendekat di sisinya dan memeluknya, mencoba membagikan panas tubuhku kepadanya meski ia lebih banyak ingin menghindariku."fat, biarkan Aku memelukmu, kau akan membutuhkannya.""tidak perlu.""ke