Mendengar jawabanku sontak lelaki yang yang tertidur itu, langsung berdiri dalam satu sentakan. Dia terbelalak dan mencoba meraih ponselnya dariku.
Aku mengelak dan bersurut beberapa langkah darinya. Setelah ku matikan ponsel tadi, aku langsung ingin berbicara secara serius dengannya."Jadi kontak yang kau tulis ratuku itu adalah seorang wanita!""Aku ... Itu adalah nomor ...""Jangan bilang itu nomor ibumu, aku mengenal betul suara mertuaku dengan jelas!" jawabku tegas."Baiklah baiklah biar kujelaskan....""Setelah membuat satu kebohongan, lalu akan timbul kebohongan-kebohongan yang lain dan tidak akan pernah berhenti kebohongan itu, sampai semuanya terungkap dan ketahuan.""Dengar dulu," bujuknya."Aku mencoba mendengarmu Meski aku tidak akan mempercayainya! Ayo katakan dia siapa? Menurutmu dia adalah ratumu, jadi dialah yang bertahta di hatimu?""Dengar, begini, dia itu atasanku jadi karena semua perintah dan keinginannya harus dituruti dan dilakukan secepatnya jadi Kami memparodikan dia sebagai ratu.""Parodi?""Iya sebagai bahan bercandaan saja, karena dia suka sekali memerintah dan memaksa.""Berarti dia atasanmu, siapa namanya?""Mila."Dengan cepat dia menjawab, tapi aku tidak percaya dia akan semudah itu memberitahuku nama dari orang yang dia sembunyikan."Aku akan mencoba konfirmasi ke beberapa temanmu Apakah benar di kantor kalian ada atasan yang bernama Mila!""Tidak usah, kau akan menyulitkanku karena ini.""Jangan gugup saat kau berbohong, karena itu menunjukkan segalanya. Kau menyimpan nama kontaknya sebagai ratu, lalu kau bilang dia ibumu dan sekarang kau mengaku kau ia atasanmu!""Sebenarnya ... Ah, a-aku...." Mas Kevin gelagapan, sulit baginya menjelaskan sesuatu dan membuat kebohongan secepat kilat."Ironisnya setelah kutanyakan wanita itu malah menjawab kalau dia adalah sahabat terdekatmu, jadi dia itu adalah ibumu, sahabatmu atau bosmu?""Ah, ya Tuhan!""Lalu kenapa kau panik dan susah sendiri... padahal jika kau jujur itu tidak akan terdengar begitu rumit dan tidak masuk akal! Sepertinya kau memang menyembunyikan sesuatu," jawabku."Tidak, tolong kembalikan ponselku biar kuhapus nomor tersebut.""Beraninya kau menghapus nomor seorang ratu. Apa kau yakin kau bisa menghilangkan dia dari kehidupanmu? mengingat ia adalah ratu di hatimu?""Ya ampun jangan melantur, sebaiknya pergilah tidur dan besok kita bicarakan semuanya aku benar-benar lelah sekali dari bandara, besok pagi jam 07.00 pun aku harus berangkat. Tolong biarkan Aku istirahat," ucapnya mencoba membujuk sambil tersenyum padaku, namun aku benar-benar kehilangan kepercayaan dan hanya menatapnya dengan sinis, sambil mendecih."Terserah kau.""Aku takut melihatmu marah jadi aku selalu berhati-hati ketika kau bertanya, makanya itu membuatku lebih sering berbohong.""Selama ini aku mengenalmu sebagai orang yang lurus dan jujur tapi sekarang kau sudah pandai jadi pengarang?""Tidak, Aku hanya tidak ingin perasaan dan hati istriku menjadi gelisah aku sudah tahu betapa repot dan sibuknya dia mengurusi kedua anakku dan rumah tangga kami jadi aku tidak ingin kau pusing makanya aku terpaksa menyembunyikannya.""Mengingat bahwa kau sudah punya istri dan statusmu sebagai seorang suami dan ayah seharusnya tidak perlu ada yang disembunyikan... Entah dia sahabat atau bos seharusnya kau bersikap biasa saja dan bila perlu kau kenalkan aku padanya!""Baiklah, demi meredakan keresahan hatimu lain kali aku akan mengajaknya dan memperkenalkannya padamu, sekarang aku mohon, tolong berhentilah curiga," balasnya."Baiklah, Aku Tak sabar menunggu perjumpaanku dengan ratu itu!" jawabku sinis."Bund, please Bund, Jangan perlakukan aku seperti penjahat sepanjang waktu aku bekerja dan hanya memokuskan kepentingan kalian. Tolong jangan curigai aku seperti itu.""Aku tidak pernah curiga berlebihan kecuali saat melihat gelagat mu yang mulai terlihat aneh. Rapi-rapilah menyembunyikan sesuatu jika kau tidak ingin hal itu terungkap sebab kalau aku sudah tahu segalanya itu akan membahayakan kita!""Demi Allah Bund, Aku tidak ingin terjadi apapun dalam keluarga kita.""Baguslah kalau kau sadar Mas!""Tolong kembalilah jadi fatia yang baik dan lembut hatinya, jangan terus marah-marah dan curiga seperti ini, aku benar-benar tidak nyaman.""Aku juga tidak nyaman bertengkar denganmu, tapi jika kau terbukti melakukan kesalahan tertentu, maka aku akan memberimu pelajaran!" jawab sambil meninggalkannya dan masuk kembali ke dalam kamarku.setelah rangkaian kesulitan hidup yang susah sekali dikembalikan untuk jadi lebih baik, perlahan aku mulai berjuang untuk Mila, mulai membuka hati dan serius mencintainya. mulai menerima kenyataan bahwa Fathia bukan jodohku dan istriku sekarang adalah Mila. Aku berhenti mengejar Fatia dan berharap dia akan bersimpati padaku, aku memutuskan untuk menerima kenyataan, berdamai dengan apa yang kumiliki dan menjalani apa yang bisa kujalani. Aku tahu aku punya banyak hutang pada Mas Fadli yang itu merupakan suami Fatia, meski ingin sekali keluar dari tempat ini tapi aku terikat kontrak dengan mereka sehingga aku harus bertahan untuk melunasi semua itu sembari bertahan hidup untuk istriku. Hutang pengobatan Mila juga masih ada padaku, berikut juga dengan PR untuk memperbaiki apartemen kami serta mengembalikan sisa uang pembeli yang tempo hari membatalkan pembeliannya. hidupku seakan di lantai oleh hutang-hutang yang tidak terhitung banyaknya. jika aku menanggapi itu dengan pikiran ke rumah
Besok hari, sebelum berangkat kerja aku mampir ke rumah ibuku, Aku ingin bicara sedikit dengan beliau dan mendiskusikan tentang istriku. ucapkan salam dan kebetulan Ibu sedang ada di meja makan, beliau sedang sarapan dan menikmati secangkir kopi bersama ayah. "selamat pagi bunda?" "pagi sayang." Ibu menerima kecupan dariku, dan ayah juga kucium tangannya. "tumben mampir kemari, biasanya kau akan langsung ke gudang dan pabrik kakakmu?""Aku rindu dengan ibu karena sudah lama tidak mampir, Aku benar-benar merindukan kalian.""ah kau ini...." Ibu menepuk bahuku sambil tertawa. "Bu aku ingin bicara sedikit denganmu.""ada apa?" Ibu mengalihkan perhatian dan menatapku. "meski sulit dan menyebalkan ... tapi aku benar-benar berharap Ibu mau memaafkan kami... Tolong maafkan aku dan berilah mila kesempatan untuk jadi menantu yang baik," pintaku dengan nada yang berhati-hati. "tumben bilang begitu?" Ayah yang heran menatap diri ini dengan lekat. "kemarin itu ucapan Bunda membuat istrik
karena diusir sedemikian rupa kami tidak punya pilihan lain selain pergi. ku bawa istriku kembali lalu bersama dengannya kami menaiki mobil perusahaan untuk kembali ke rumah. "kupikir ibumu ada benarnya Mas," desah wanita itu memecah keheningan di mobil kami. "apa maksudmu?""baginya menantunya hanya Mbak Fathia, dia menyayanginya dan wanita itu memang pantas mendapatkan kasih sayang yang besar.""tapi dia bukan lagi istriku, jadi Ibuku harus menerima kenyataan bahwa kamulah satu-satunya menantu." aku menggenggam tangannya, berusaha membuat dia tenang. terasa sekali kasarnya kulit karena bekas luka bakar, membuat hati ini terenyuh. aku tahu istriku salah terlalu banyak bersikap sombong dan arogan, tapi kekesalan jadi kecemburuannya setiap hari bertemu dengan Fathia terpatik gara-gara diriku. andai aku lebih bisa menjaga hati dan perasaannya mungkin semua musibah itu tidak akan terjadi. mungkin jika istriku akan lebih tenang tidak perlu terjadi musibah yang betul-betul membuat di
"sepertinya kau terkesan dengan kebaikan fatia barusan?"tanya istriku saat aku dan dia mencuci piring dan Fathia sudah pulang. "aku terkesan karena dia mau memaafkan kita dan mau turun tangan membersihkan tempat ini untuk membantumu," jawabku. "aku sendiri terpukau dengan kebaikan mantan istrimu itu. kupikir dia akan terus memusuhi kita tapi ternyata dia punya ketulusan yang tidak kubayangkan." istriku mencuci tangannya dan mengeringkannya disobek, aku tidak mengerti maksud tetapannya tapi sepertinya dia sedikit resah. "mungkin wajar saja jika kau masih mencintai dan berharap bisa berhubungan baik dengannya."aku segera meraih tanganmu lah begitu mendengar dia mengatakan hal tersebut. tersenyum diri ini sambil mengetuk keningnya dan kupeluk dia dengan erat. "dia memang sebaik itu tapi sekarang hanya kau satu-satunya cinta di hatiku.""tidak usah menghiburku dengan kalimat itu,"jawab Mila sambil mendorong dada ini dengan ujung jemarinya, wanita yang kulit wajahnya belum begitu rata
hampir 20 menit berkendara dengan segala kegalauan hati memikirkan apakah apartemen itu masih layak dihuni atau tidak mengingat hampir 1 tahun tidak di sana kupikir sudah ada beberapa bagian yang merembes, kamar mandi juga merembes dengan cat dinding yang sudah mengelupas, beberapa bagian dinding juga retak dan tidak layak, mereka juga lembab dan jamuran tapi aku bisa apa hanya itu satu-satunya tempat yang bisa dituju untuk sementara ini. mungkin aku bisa membayar kontrakan, tapi bagaimana aku akan mencukupi pengobatan Mila, sementara uang itu juga untuk makan dan transportasi sehari-hari. aku harus berusaha mencukupi gajiku ditambah dengan potongan perusahaan yang sempat ku pinjam untuk operasi istriku. kupandangi wajah Mila dan raut kesedihan yang terlihat di matanya, dia berkaca-kaca tapi wanita itu berusaha menyembunyikan kesedihannya. rumah ibunya terlalu nyaman selama ini kami tidak pernah berpisah dengan mereka jadi mungkin istriku harus membiasakan diri dan merasakan kerin
"mau kemana?" Tanya istriku cemas."aku mau pergi, sudah terlalu lama kita diinjak-injak, aku sudah tak sanggup lagi.""tapi...." Mila nampak ragu melihatku yang terus berkemas, dia sepertinya bimbang hendak tetap berada di sini ataukah ikut dengan suaminya yang tidak berdaya ini."aku tahu aku harus menghargai mertua, Aku tahu aku harus menjunjung mereka tapi ini benar-benar keterlaluan, Mil. aku masih punya harga diri.""sebagai orang tua mami pasti terlalu mengkhawatirkanku sehingga dia berkata seperti itu.""aku juga memposisikan diriku sebagai dia. Aku membayangkan putriku harus hidup dalam kesulitan bersama suami yang dicintainya. tapi, aku akan menahan diri dari ucapan menghina orang lain," balasku Dengan hati Yang benar-benar Sakit. ingin rasanya menangis tapi aku malu pada genderku sendiri. aku laki-laki yang harus terlihat tegar tapi ada kalanya perasaan ini rapuh dan sedih. "aku sudah berusaha sekuat tenaga Tapi saat tuhan hanya memberi terbatas, aku bisa apa!! Aku juga ma