Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 5Aku terlena, saat Mas Reza meraih tanganku, membimbingku melewati karpet merah. Persis seperti sepasang pengantin yang tengah berbahagia. "Aku mencintaimu, Nana … maukah kamu hidup bersamaku? Kita wujudkan impian kita menjadi keluarga yang bahagia, bersama anak-anak kita nanti." Apa yang harus aku jawab? Imajinasiku Mas Reza mengatakan hal itu, akan tetapi nyatanya Mas Reza hanya berdiri di sampingku. Dia tidak meraih tanganku, ketika melihat ke bawah kedua tanganku masih dalam posisi semula. Sialan, bagaimana mungkin aku bisa membayangkan sejauh itu? Sadar Ai, sadar …. Aku bermonolog dengan diriku sendiri sampai kupukul kepalaku agar otakku tidak oleng seperti tadi.“Na, ayo,” ajak Mas Reza. “Ke mana?” tanyaku heran.“Ayolah.” Sedikit memaksa, Mas Reza menarik tanganku. berjalan melewati karpet merah dengan hiasan pada kanan dan kiri bunga mawar kini aku sudah sampai di sebuah meja dan kursi yang juga sudah tertata sedemikian rupa.
Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 6Aku tidak menjawab, gegas aku melangkah keluar dari ruko. Namun, saat membuka rolling door, justru aku kaget dengan sosok yang berdiri di depan pintu."Mas A–dit."Mati aku! Bagaimana kalau Mas Adit tahu apa yang terjadi di dalam? Batinku.Laki-laki yang memakai kaos kerah berwarna biru dengan nama toko bangunan tercetak lingkaran di dada itu menatapku lekat. Pun denganku yang yang dilanda rasa panik dan gugup. Baru kali ini aku merasakan seperti ini. Mungkin seperti ini rasanya ketika maling akan tertangkap tapi aku bukan maling tentunya. Aku hanya takut jika suamiku mengetahui apa yang terjadi di dalam walaupun aku tahu aku tidak melakukan apa pun. Salahku hanya bertemu dengan Mas Reza yang ternyata adalah mantanku, itu saja.Aku tidak selingkuh … iya aku tidak selingkuh kenapa aku harus takut? Aku hanya takut jika Mas Adit salah paham."Dek, lagi ngapain di sini?" tanya Mas Adit. Matanya mulai menelisik ke dalam kios yang pintunya mas
Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 7"Kamu hamil, Dek?" tanya Mas Adit. Aku mengangguk seraya tersenyum."Beneran?" Lagi, Mas Adit bertanya."Iya, Mas, aku hamil. Dua garis pada alat itu artinya aku sedang hamil.""Tidak bisa! Kamu harus gugurkan!"Suara lantang dari arah pintu sungguh membuatku kaget. Pun dengan Mas Adit yang seketika berdiri. Aku berbalik dari posisi yang tadinya membelakangi pintu kini jadi semakin jelas melihat siapa yang datang. Ya, wanita dengan memegang gelas besar berisi teh itu adalah ibu. Beliau meletakkan gelas itu di atas meja dan mendekat. Langkah demi langkah membuat posisi kami semakin seakan tidak ada jarak. Tanpa aku duga, beliau kemudian dengan cepat merebut alat tes kehamilan yang berada di tangan Mas Adit dan meremasnya. Aku tahu jika selama ini Ibu melarangku untuk hamil, tapi aku juga punya naluri. Setiap hari aku bersama anak-anak, setiap hari aku mendengar celotehan mereka, setiap hari juga aku melihat tingkah laku menggemaskan mer
Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 8"Jangan dipikirkan nanti, pokoknya kamu harus berhasil membujuk Ai. Kamu bisa kan?""Iya, Bu."Apa? Mas Adit mengiyakan? Itu artinya, Mas Adit setuju dengan Ibunya untuk menggugurkan kandunganku? Keterlaluan kamu, Mas!Tak tahan dengan apa yang akan mereka bicarakan kemudian aku menuju ke kamar. Rasa haus yang tadi menyerang kini menguar entah ke mana. Mungkin sudah hilang bersama dengan isak yang tertahan. Kembali ke kamar aku menjatuhkan bobot tubuhku pada ranjang, menutup kepalaku dengan bantal kemudian menumpahkan apa yang aku rasa.Bu … Ai pengen pulang … Ai kangen sama pelukan Ibu. Batinku menjerit. Saat seperti ini memang hanya pelukan ibu yang sangat aku butuhkan. Hanya saja jarak memisahkan antara aku dan ibu. Pagi menyapa, saat membuka mata tidak kutemukan Mas Adit berada di sisiku. Mungkin dia tidur di depan tv sesuai dengan kebiasaannya jika terjadi sesuatu antara aku dan ibu. Dia akan tidur terpisah denganku. Sebenarnya Mas
Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 9"Bu Ai." Panggil seseorang yang belum aku ketahui siapa. Sosoknya tertutup badan Mas Reza. Mas Reza kemudian sedikit bergeser hingga akhirnya aku bisa tahu jika yang memanggilku adalah Bu Eli. "Ya, Bu," jawabku."Dipanggil Bu Kepsek.""Iya, saya segera ke sana." Setelah itu, aku melewati begitu saja Mas Reza, dan tidak tahu kapan dia pergi yang jelas saat aku kembali ke kelas dia sudah tidak ada. Baguslah, jadi aku tidak dicecar penjelasan olehnya.Hari semakin siang, saatnya anak-anak untuk pulang. Seperti biasanya aku akan menunggu sampai orang tua murid datang menjemput. Saat itu juga, anak-anak berteriak kegirangan. Aku menoleh ke arah di mana anak-anak saat ini mengerumuni sosok yang memakai kostum superhero. Sosok yang memakai kostum Ultraman itu menari-nari mendekat ke arahku diikuti oleh anak-anak yang berteriak kegirangan. Zivanna yang tangannya berada dalam genggaman tanganku melepaskan tangannya dan ikut dalam kerumunan tema
Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 10Keterlaluan kalian! Janin yang saat ini ada dalam kandunganku adalah cucu dan keponakan kalian. Teganya kalian akan menggugurkannya. Bukankah itu sama saja dengan membunuhnya? Di mana nurani kalian?Dadaku semakin berdegup dengan kencang saat ini, ingin rasanya aku memaki atau sekalian saja aku melabrak dua orang yang masih belum mengetahui keberadaanku. Namun, setelah dipikir-pikir sepertinya itu bukan cara yang baik. Aku tidak akan bertindak bar-bar terlebih dahulu. Oke, kakak ipar dan ibu mertua, aku akan ikuti permainan kalian. Kita lihat saja apa yang akan terjadi. Aku akan berjuang untuk anakku.Niat awal yang sedianya untuk mengambil makanan aku urungkan. Beralih menuju ke kamar, menunggu kedatangan suami dan ingin membicarakan apa yang sudah aku dengar tadi. Setelah menunggu agak lama, laki-laki yang masih memakai seragam kerja masuk ke dalam kamar. Dia kemudian menghampiri dan duduk di sampingku. "Dek, Mas bawain nasi padang.
Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 11Gegas, Mas Adit berbalik dan bertanya pada ibunya."Iya, Bu, ada apa?""Dicari Pak Sabri itu di depan," ucap Ibu."Pak Sabri? Ada apa, ya?""Katanya mau diajak ke toko yang mau dibuka.""Sekarang?""Ya iya, masa tahun depan." Ibu kemudian keluar dari kamar setelah menjawab. Menyisakan aku dan suami yang masih berada di kamar."Mas pergi dulu, ya, Dek. Nanti pengin dibawain oleh-oleh apa?" Suamiku berkata seraya menangkupkan tangan di wajahku. "Ehm, pengin rujak aja, deh.""Oke, nanti Mas beliin. Tapi nggak boleh yang pedes, ya ….""Oke.""Jangan capek-capek, jam makan siang nanti Mas pulang."Aku mengangguk, kemudian mengantar kepergian suamiku sampai di teras. "Ngapain masih di sini? Tuh, cuci bajunya!" perintah Ibu sinis. Segera, aku berbalik kemudian menuju ke kamar mandi.Mood yang bagus benar-benar membuatku semangat untuk menjalani aktivitas. Bahkan tanpa terasa hari sudah beranjak siang ketika aku menyelesaikan pekerjaan rumah.
Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 12Aku punya buktinya, sekarang aku akan perlihatkan video ini pada Mas Adit. Kalau Mas Adit masih membela, maka siap-siap kalian masuk penjara.Aku kemudian berbalik, mengendap jangan sampai kalau ibu dan Mbak Ani tahu kalau aku sudah merekam apa yang mereka lakukan. Kamar menjadi pilihan yang tepat untukku. Aku tinggal menunggu panggilan dari ibu sesuai dengan apa yang mereka rencanakan. "Ai … Ai …." Nah, itu dia suara ibu sudah terdengar memanggilku. "Iya, Bu," jawabku juga dengan sedikit berteriak. Aku segera beranjak tapi sebelum itu aku menarik napas panjang kemudian menghembuskannya. "Oke, kita ikuti permainan kalian. Jangan dipikir aku lemah, jangan dipikir aku tidak bisa melawan," kataku sebelum aku melangkah. "Ai …!" "Iya, Bu, ini Ai lagi jalan," sahutku ketika aku baru sampai di dapur— ruang penghubung antara kamar mandi dan rumah. Kamar mandi letaknya berada di paling belakang dari rumah. "Ada apa, Bu?" tanyaku ketika sud