Setelah sampai di bawah semua tamu undangan terkesima dengan penampilan Sulthan yang mau memakai pakaian couple bersama anak dan istrinya.Mereka pun di minta untuk berfoto bersama. Sulthan terus memandang Ida yang tampil cantik malam itu.Ida sangat mengetahui kalau Sulthan curi-curi pandang terhadapnya, namun karena ego nya lebih tinggi sehingga tidak mau mengungkapkannya.“Than, ada satu permintaan lagi tolong kamu mengucapkan ikrar pernikahan kamu sekali lagi, Ummi ingin setelah Ida sembuh kalian kembali resmi menjadi suami yang tak terpisahkan?” jelas Ummi Syifa.“Baiklah Ummi, terserah Ummi saja!” ucapnya sedikit grogi.“Terima kasih, Sayang!” jawab Ummi bahagia.Sulthan pun mengikrarkan pernikahan mereka dan memperkenalkan Ida sebagai istrinya di depan penghulu yang sengaja dihadirkan sebagai saksi dan juga kepada para tamu undangan.Semua orang kaget dengan sikap Sulthan yang begitu bersahabat, entah angin apa Sulthan bisa berubah seketika.Terlebih lagi Ummi Syifa sangat bah
“Apa kamu bilang, ini rumahku, dan ini kamarku dan selalu menjadi kamarku, jadi saya tidak perlu meminta izin untuk masuk ke kamarku sendiri!” celetuk Sulthan.“Lagian kamu bisa kan memakai pakaianmu di kamar mandi tidak harus keluar memakai seperti ini!” ucapnya sembari mencari pakaian ganti di lemari.“Iya maaf Mas, nggak lagi deh!” sahut Ida malas.“Terus Mas mau ngapain!” tanya Ida saat melihat Sulthan ingin berganti pakaian.“Ya ganti pakaian lah, masa mau tidur pakai seperti ini!”“Iya aku tahu, tapi Mas bisa gantinya di kamar mandi!” tanyanya sedikit takut dan bergidik ngeri saat melihat dada Sulthan yang banyak ditumbuhi bulu-bulu halus.Ida langsung buru-buru ke kamar mandi dan berganti pakaian lalu kembali keluar dengan cepat seperti kilat.“Kenapa ... kenapa saya harus menggantinya di sana, atau kamu ...” “Mas aku mau tidur sudah dulu berdebatnya,” ucap Ida lalu bergegas naik ke tempat tidur membelakangi Sulthan dan menarik selimut tebalnya.Sulthan tersenyum tipis meliha
“Iya benar juga kamu, Sulthan itu suka membaca apalagi novel-novel gitu, dulu waktu masih ada abinya pernah dia menulis juga sebuah cerita, tetapi abinya tidak suka kalau anak laki-lakinya mempunyai hobi menulis,” ucap Umi Syifa yang mengingat masa lalu.“Kenapa almarhum Abi nggak mengizinkan Mas Sulthan menulis Umi?” tanya Ida penasaran.“Dulu beliau ingin melihat anak laki-lakinya sukses menjadi pendakwah sekaligus seorang pengusaha, tetapi Sulthan tidak terlalu suka dengan kegiatan seperti itu, dia lebih suka menjadi seorang penulis.”“Makanya kalau kamu lihat perpustakaan Sulthan di ruang kerjanya banyak buku-buku yang bertemakan cinta ketimbang tentang agama, walaupun ada juga sih buku-buku tentang agama yang dia baca-baca tetapi dia lebih banyak novel-novel dari religi, kesehatan, inspirasi, maupun romantis, ada semua,” jelas Umi Syifa tersenyum.“Masa Mi, tapi sikapnya sama Ida dingin banget, nggak sesuai dengan dia suka novel begituan?” tanya Ida bingung.“Terus kenapa setela
Saat Agnes masuk, terlihat Sulthan sedang melamun dan tersenyum kembali, wajahnya yang tampan kini semakin kelihatan bercahaya karena ada senyuman yang mengukir bibirnya.“Ah, Bos Sulthan pantas saja banyak orang yang menyukaimu, ternyata kamu memang tampan, menggoda imanku!” ucap Agnes melihat wajah tampan Sulthan.Seketika wajah suaminya Agnes dengan marah pun terlintas begitu saja, membuyarkan pikiran Agnes mengkhayal wajah bosnya itu.“Astagfirullah, Mas!”“Padahal cuma bilang tampan, eh wajah Mas Iqbal marah!”“Iya Mas Iqbal kamu yang paling tampan, karena aku memilihmu sebagai suamiku, puas Mas!” gerutunya dalam hati.“Selamat pagi, Pak!”“Pak Sulthan ... selamat Pagi ...!”“Duh Sulthan ini dipanggil nggak nyahut-nyahut!” gerutunya lagi.Agnes lalu mendekati Sulthan, lalu membisikkan sesuatu di telinga Sulthan.“Maaf ya Bos, lagi jatuh cinta ya!” tanya Agnes.“Sepertinya iya, bagaimana ya jadi malu sendiri!” “Sama siapa Bos, boleh tahu nggak!”“Siapa lagi kalau sama yang di rum
“Oke deh, terserah kamu saja, tapi ingat ya Da, jam dua siang kamu pergi ke tempatnya Bu Romlah pengajian, nggak enak kalau nggak datang!” sahut Umi Syifa mengingatkan.“Iya Umi, terima kasih sudah diingatkan!” ucap Ida tersenyum hangat.Ida pun kembali fokus menulis sebuah cerita tentang kehidupan remaja.Cerita yang di tulis oleh Ida adalah sedikit memiliki kesamaan dengan kehidupannya di dunia nyata, tetapi sedikit diubah.Ida sangat pandai memainkan kata demi kata yang dikemas secara apik dalam sebuah cerita.Menceritakan tentang gadis remaja yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya dalam kecelakaan pesawat.Sehingga gadis ini harus hidup atas belas kasihan adik ayahnya yang kebetulan tidak mempunyai anak.Adinda namanya di dalam cerita yang di buat oleh Ida, menggambar sosok gadis manis, ceria, dan suka menolong orang.Namun akibat kecelakaan itu membuat Dinda nama panggilannya itu menjadi gadis pendiam.Sampai akhirnya hingga dewasa dia pun di jodohkan dengan pria yang dia t
“Nah itu dia, jadi lupa lagi, pasti dia akan datang kemari soalnya dia bilang mantan terindahnya bos kita, berarti ....” “Benar Sis, itu adalah Fina mantan tunangan bos kita yang menghilang lima tahun yang lalu,” ucap Agnes sembari menyeruput es jeruk yang ketiga kalinya.“Sekarang dia sudah berani mendatangi Ida di rumah sakit, tanpa memberitahukan siapa dia sebenarnya saat berkenalan dengan Ida.”“Malahan dia ingin memberikan kejutan saat ulang tahun Sulthan Sabtu nanti,” jelas Agnes santai.“Loh ... kamu tahu dari mana kalau wanita itu datang ke rumah sakit?” tanya Siska penasaran.“Ya Ida lah, dia ternyata sudah tahu kalau yang datang itu pasti mantan nya Sulthan!” celetuknya lagi.“Terus ...terus!”“Ya gitu deh!”“Si Ida itu selalu menghadapi masalah apa pun dengan tenang, tidak grasah-grusuh seperti kita,” sahut Agnes tersenyum renyah.“Wah keterlaluan banget kalau wanita itu datang hanya untuk mengganggu rumah tangga bos kita, ini tidak bisa dibiarkan!” ucap Manda kesal.“Jus
Sepuluh menit berlalu, semua Ibu-ibu dan beberapa tamu undangan dengan khusuk mendengarkan lantunan selawat yang begitu menyejukkan hati.Tiba-tiba seorang Ibu yang ditunjuk untuk mengaji terbatuk-batuk sehingga berhenti sesaat untuk membuat batuknya reda.Namun Ibu itu kembali batuk-batuk membuat suaranya menjadi serak.“Bagaimana ini Bu, kasihan Bu Wulan masih batuk-batuk, sebaiknya ganti saja biar bisa istirahat!” ucap Bu Romlah merasa kasihan dengan Bu Wulan yang tiba-tiba suaranya menjadi serak.“Maaf Bu, saya nggak tahu juga tiba-tiba batuk-batuk,” jawab Bu Wulan merasa bersalah tidak bisa melanjutkan mengajinya.“Nggak apa-apa Bu, masa harus dipaksakan, Ibu istirahat dulu, nggak apa-apa!” ucap Romlah ramah.“Ya sudah biar Neng Ida saja yang menggantikan Ibu Wulan, kalau kami ini masih setengah-setengah, malu kalau salah di depan orang banyak!” celetuk Bu Minah malu-malu.“Iya betul itu Neng Ida paling jago kalau mengaji, mau ya Neng Ida, sudah lama juga kami tidak mendengarkan
“Maaf Bu, dipanggil Pak Ustaz, sepertinya mau pulang!” ucap Bu Minah.“Ayuk Bas, Pak Ustaz mau pulang!” sahut Bu Romlah sembari menarik tangan Abbas agar ikut dengannya menemui Pak Ustaz.Ida pun ingin berpamitan dengan Bu Romlah dan mencari beliau di dalam rumah.“Maaf Bu, saya permisi dulu, ada urusan lagi di luar!” ucap Pak Ustaz H. Karim tersenyum.“Oh iya pak, salam buat Bu Salma semoga lekas sembuh ya Pak!” sahut Bu Romlah balas tersenyum.“Nak Abbas selamat datang di kampung kami, mudah-mudahan betah di sini dan segera mendapatkan jodoh ya!” ucap Pak Ustaz H. Karim tersenyum.“Aamiin, terima kasih Pak, semoga langsung di segerakan!” sahutnya lagi.Tak lama kemudian Ida datang menghampiri Bu Romlah. Abbas diam terpaku saat melihat Ida dengan jelas tepat berada di depannya.Hatinya bergemuruh dengan cepat, jantungnya pun seakan-akan berhenti sejenak.Dia ingin mencari tahu siapa dia sebenarnya karena wajah itu mengingatkan masa lalu yang sangat membekas dihatinya.“Bu, Ida pulang