Pagi-pagi aku sudah bangun untuk melakukan aktivitasku seperti biasanya namun aku terkejut saat melihat adikku tak ada di sisi kasur di sampingku. Aku pun berjalan keluar kamar dan mencarinya di ruang tamu, kodnisi rumah yang sudah bersih serta semua macam cucian yang sudah bersih membuat aku bingung siapa yang mengerjakan semua ini. Bahkan sarapan sudah terhidang di atas meja, makanan sederhana berupa tempe, tahu, ikan, dan sayur namun terlihat lezat dan nikmat.
"Dimana, Nasya?"
"Siapa yang melakukan semua ini?"
"Apakah Nasya yang melakukannya?"
Semua pertanyaan dalam diriku terjawab saat aku melihat adikku sudah rapi dengan seragam sekolahnya, dia tersenyum saat melihat aku sudah bangun lalu menuntunku untuk duduk di lantai untuk makan bersama kemudian memindahkan makanan dari meja ke lantai. Senyum manis menghiasi bibirnya, lalu dia menaruh nasi dan lauk di piringku.
"Hari ini aku sengaja ba
Aku masih terdiam di tempat sambil menatap bangunan tinggi di depanku ini yang merupakan perusahaan Jagat Sejahtera, tempat aku akan melakukan tes wawancara. Dalam hatiku sedikit ada keraguan untuk melangkah masuk ke dalam, entah kenapa hati kecilku mengatakan bahwa aku ini jahat, berbohong untuk mengkhianati perusahaan lamaku yaitu Pradipta Group. Tanganku sedikit meremas tali tas selempang yang terlampir di bahuku, berusaha menyangkal kata hatiku dan lebih mengutamakan logikaku."Aku tak akan melakukan ini jika Pak Gilbert adalah bos yang menghormati bawahannya. Ini bukan salahku."Aku hendak melangkah masuk ke dalam namun langkahku tertahan saat mendengar suara dering ponsel dari tasku, aku pun langsung mengambil ponselku dan mematikan ponselku saat tahu yang meneleponku adalah bosku."Entah bekerja atau tidak, di kantor atau di luar kantor, dia terus saja mengganggu aku. Sangat menyebalkan, untungnya aku akan segera menda
Pagi ini, aktivitasku berjalan seperti biasanya walaupun rasa bersalah menghantui diriku atas kejadian kemarin, namun aku tak menyesal telah melakukannya karena memang itu hakku dan sudah tercantum dalam kontrak kerja, aku hanya merasa bersalah pada Namiya karena membuatnya sedih.Aku baru saja datang ke kantor dan melihat meja sekretaris masih kosong, aku memaklumi jika Namiya tak datang hari ini ke kantor. Pasti Namiya masih merasa sakit di tubuh dan hatinya akibat perlakuanku semalam. Aku hanya bisa menghela nafas kasar, ingin sekali aku meneleponnya namun saat aku sudah membuka kontak nomornya di ponselku, jariku terasa begitu berat untuk menekan tombol hijau panggil."Aku terlalu pengecut untuk menghadapi Namiya sekarang, mungkin nanti aku akan menghubunginya untuk menanyakan kabarnya."Aku pun langsung masuk ke dalam kantor dan mulai melakukan tugasku sebagai bos di kantor walaupun nyatanya aku tidak fokus dengan pekerjaan kantor karena pikiranku masih tertuj
Nasya yang sedari tadi duduk menunggu kakaknya datang akhirnya berdiri dari kursi kayu yang ia duduki ketika melihat kakaknya datang dengan wajah pucat, mata memerah, tak lupa gerak tubuh seperti orang ketakutan. Ia pun langsung memeluk kakaknya dengan lembut, sedangkan Namiya langsung mendorong tubuh adiknya dengan pelan dan mundur menjauh. Ia tak mau adiknya jadi kotor karena bersentuhan dengan wanita kotor sepertinya."Kak.""Kau baik-baik saja?""Ada apa? Kenapa kau tidak pulang ke rumah kemarin?""Apa ada yang menyakitimu?"Namiya hanya membalas dengan gelengan kepala dan menoleh ke belakang, ia menjadi lebih takut ketika tahu bahwa mobil mewah berwarna hitam legam itu masih saja mengikutinya hingga akhirnya ia pulang. Ia tahu itu adalah mobil Gilbert, ia pun langsung masuk ke dalam secepat mungkin. Di sisi lain, Nasya menjadi merasa aneh dan bingung dengan perilaku kakaknya, ia menoleh ke arah pandangan kakaknya mengarah dan ternyata ke arah mobil
Namiya sudah duduk manis di kursi sekretarisnya yang berada di depan ruang kerja bosnya sambil menggenggam sebuah amplop putih berisi sebuah surat. Surat ini adalah keputusan finalnya setelah apa yang terjadi sebelumnya.Sebenarnya ia belum siap menghadapi dan bicara lagi dengan bosnya yaitu Pak Gilbert namun ia terpaksa harus berinteraksi lagi dengan pria itu untuk mengakhiri semua ini. Seharusnya ia sadar bahwa dari awal pekerjaan ini sudah salah saat ia melihat poin terakhir dalam kontrak kerja namun karena keterpaksaan ekonomi membuatnya menyetujui kontrak kerja itu tapi tidak lagi. Ia sadar bahwa lebih baik hidup miskin dan mendapat pekerjaan bergaji kecil dari pada bergaji besar namun tidak punya harga diri.Lamunan Namiya buyar saat mendengar suara ketukan sepatu, ia menoleh ke arah suara itu lalu langsung berdiri dan berjalan menghampiri bosnya sambil mengulurkan amplop tersebut ke arah bosnya.Gilbert yang baru saja datang sudah terkejut dengan kehad
Di sebuah restoran dekat perusahaan Pradipta Group, seorang pria dengan pakaian rapi dan formal yaitu kemeja putih dipadu jas abu-abu dan celana bahan panjang berwarna abu-abu sedang makan malam bersama seorang wanita cantik dan seksi dengan gaun setengah paha dan ketat berwarna abu-abu. Jika dilihat mereka seperti sepasang kekasih namun nyatanya mereka adalah dua insan yang terjebak dalam perjodohan dua keluarga. Sebelum orang tua Gilbert meninggal, mereka telah menjodohkan Gilbert dengan Niola bahkan mereka sudah bertunangan, hal ini terjadi karena orang tua Gilbert dan Niola adalah teman semasa kuliah.Gilbert terpaksa menyetujui perjodohan ini demi memenuhi permintaan orang tuanya walaupun ia tak mempunyai rasa pada Niola. Namun tidak dengan Niola, dia punya rasa dan jatuh cinta pada Gilbert sejak lama ketika melihat pria itu di acara peresmian pemimpin Pradipta Group, ia melihat bagaimana gagah, berwibawa, dan tegasnya seorang Gilbert yang membuatnya langsung terpes
Namiya memutuskan pergi ke rumah sakit dimana Gilbert dirawat, ia langsung bertanya pada resepsionis mengenai letak kamar Gilbert, setelah mendapat jawaban, ia pun langsung memutuskan berjalan ke arah ruang rawat Gilbert tanpa peduli tatapan mencemooh dari orang-orang yang ia lewati. Ia harus menebalkan wajahnya dan menekan rasa malu akibat tatapan mencemooh semua orang yang pasti sudah tahu siapa dirinya dari kasus Gilbert.Untungnya ruang tunggu Gilbert masih kosong, belum ada yang menjenguk pria itu sehingga Namiya memiliki kesempatan untuk bicara berdua dengan Gilbert mengenai kasus yang menyeret adiknya dan pria itu. Ia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruang rawat pria itu dan melihat Gilbert yang sudah terbangun dan sudah diobati dokter, luka di kepala pria itu sudah diperban dan kondisinya yang terlihat baik-baik saja membuktikan bahwa kejadian pelemparan batu itu tidak memberikan cidera berat hingga merusak organ dalam kepala pria itu. Tanpa Namiya sadari, ia
Keesokkan harinya, Gilbert mengajak Namiya ke kantor polisi untuk menemui adik wanita itu, sepanjang jalan dari parkiran ke dalam kantor polisi, Gilbert terus saja merangkul pinggang ramping Namiya, bahkan sesekali mencium pipi wanita itu, menunjukkan kemesraan di tempat yang bukan semestinya, bahkan matanya sudah dibutakan nafsu hingga tak bisa lagi melihat bahwa Namiya tak menyukai sentuhannya dan merasa risih."Saya mencabut tuntutat akan kasus percobaan pembunuhan yang terjadi pada saya yang melibatkan seorang remaja perempuan bernama Nasya, lepaskan dia sekarang.""Tapi kenapa Anda melakukan itu, Pak Gilbert?"Ucapan Gilbert yang langsung bicara maksud kedatangannya ke tempat ini membuat inspektur yang duduk di kursi kebesarannya menjadi bingung, ia pun bertanya ke arah Gilbert karena ia tak habis pikir dengan Gilbert yang mau melepaskan orang yang mencoba membunuhnya. Di sisi lain, Namiya langsung melepaskan tangan Gilbert dari pinggangnya dan berlari ke arah
"Namiya!""Namiya!""Kamu dimana Namiya?!"Gilbert terus berteriak dan berjalan menjelajahi rumahnya, mencari keberadaan Namiya karena ia mempunyai sesuatu yang ingin ia berikan pada Gilbert. Senyumnya terlihat begitu merekah di bibirnya ketika mencari Namiya, akhirnya ia menemukan wanita itu berada di kamar mereka dan sedang bermain piano yang baru saja ia belikan tiga hari lalu sebagai hadiah untuk Namiya agar tidak kesepian selama ia bekerja di luar karena sekarang wanita itu telah ia larang bekerja.Gilbert pun berjalan dengan pelan agar tak menimbulkan suara yang membuat Namiya menyadari kehadirannya, baru akhirnya ia menutup mata wanita itu dari belakang dengan telapak tangannya. Hal itu membuat Namiya terkejut dan berusaha mengenali siapa yang menutup matanya dengan meraba tangan orang yang menutup matanya."Gilbert, ada apa? Kenapa menutup mata aku?""Aku punya hadiah buat kamu.""Baru beberapa hari lalu kamu kasih hadiah ke aku, bua