Share

Bab 7

Kurang lebih dua jam tibalah mereka. Kang Deni, Raka dan Reno meminta izin pada warga desa Berbura yang berada di kaki gunung untuk naik gunung. Warga menyambut hangat kedatangan mereka.

"Kita absen dulu baru naik ke atas sebelum gelap," teriak Reno. Para alumni hanya memantau dan memberi bantuan, selanjutnya para pengurus PA yang bertindak.

"Udah berapa bulan gue di rumah aja, lumayan bosan. Kalau udah gitu, gunung jadi tujuan gue," ucap Doni tersenyum melihat pemandangan pepohonan.

"Di gunung kita bisa berdamai dengan diri sendiri, sekaligus belajar menghargai kehidupan dan alam," ucap Kang Deni yang mengenakan pakaian serba hitam. Tidak lupa ia mengelus jenggotnya.

"Denger Don, mencintai alam berarti menjaga kebersihan. Lo buang puntung rokok sembarangan!" semprot Erga melihat Doni baru saja membuang bekas rokoknya.

"Khilaf gue, beneran. Sumpah!" Doni buru-buru mengambil yang dia buang.

Tampak jelas Raka yang berdiri di samping Doni memperhatikan gerak-gerik Nayla, cewek itu sesekali mengusap keningnya karena keringat yang berjatuhan. Belum lagi mulai udah keringatan.

Raka yang sudah biasa naik gunung, berjalan santai naik ke atas. Hal paling dirindukan para pecinta alam adalah perjalanan menuju puncak, cuacah yang dingin dan minum kopi bersama.

"Boy sini. Sini boy," ditengah perjalanan Doni memanggil cowok di depannya. Jangan heran, semua cowok dipanggil boy sama Doni karena faktor kebiasaan. Alias pelupa nama orang.

"Lo bawain tas Tina, kasian dia mulai lemes," kata Doni seraya melepaskan tas ransel Tina dan memberikan ke si boy itu. Doni memberikan itu karena melihat laki-laki itu hanya membawa hand bag saja.

"Lo kan cowok dia cewek. Otomatis tenaga lo lebih banyak dong." Ucap Doni. Tina mengiyakan memberi tasnya.

"Maaf ya ngerepotin," ucap Tina menarik nafas lega.

"Cewek cantik mah menang banyak," cibir salah satu perempuan yang melewati mereka. Di belakang mereka tampak Nayla dan Beca yang mulai kelelahan.

"Lo masih kuat kan, La?" tanya Beca yang berjalan beriringan Nayla dan Rangga.

"Santui, Bek," terdengar nafas Nayla yang berat. Sejujurnya ini pertama kali dia buang tenaga paling banyak.

"Abis ini kalau lo nggak kuat, kita keluar aja dari PA ya," suara Beca pelan, seperti berbisik.

"Keluar? Bukannya lo antusias banget ikut ginian.Kan banyak cowok ganteng anak kuliah, alumninya ganteng-ganteng, macho-machoo," runtuk Nayla dengan ngegas. Karena Beca sangat mengidolakan cowok anak kuliahan.

"Gue udah dapet gebetan. Yang ini lebih mantep. Perfect pokoknya," jawab Beca pasti.

"Kepala otak lo nggak jauh-jauh dari cowok Bek, nggak mikirin pinggang gue udah encok ini," keluh Rangga dengan mata melotot.

"Sabar napa, ini belum ada apa-apanya Ga." Beca menepuk bahu cowok itu.

Terlalu sibuk melihat jalan Nayla tidak mendengar dengan jelas perkataan Beca. Membiarkan kedua temannya itu berdebat.

Mereka terpecah namun selalu ada alumni yang mendampingi mereka. Sekeliling tampak pepohonan dan juga rumput liar. Kaum cowok sesekali membabat tanaman liar yang mengganggu jalan mereka.

"Kita akan membentuk tenda di sini, besok pagi kita akan naik kepuncak gunung," ucap Kang Deni, menunjukkan sudut-sudut yang akan mereka pasang tenda. Semua anggota melakukan tugas mereka.

"Pada bawa bontot kan? Kumpul di sini, kita makan bareng." Galih wakil presiden PA meletakkan daun pisang.

Ellena, Nita dan Sisil mengambil bekal makanan semua orang dan mencampurnya ke dalam daun pisang yang sudah di sediakan, Begitulah cara kebersamaan mereka untuk makan malam hari ini.

               * Nayla *

Setelah tenda dome berdiri, Reno membagi setiap tenda empat orang. Nayla, Beca, Tina, dan Desy satu tenda bersamaan. Tina sudah lebih dulu request pada Reno. Setiap tenda diberikan satu headlamp untuk menerangi tenda mereka.

Prittt! Priit! Prittt!

Tanda mereka berkumpul.

"Semuanya kumpul bentuk barisan, yang anggota baru sebelah kanan karena akan di orientasi," teriak Galih. "Buat anak lama akan membantu masa orientasi berlangsung." Mereka pun melakukan apa yang diperintahkan Galih.

Disudut kiri tenda mereka ada air mancur yang berasal dari mata air. Sepertinya itu sengaja dibuat warga untuk memudahkan pendaki gunung. Sebagian anggota ada yang memasak, ada juga yang ikut ambil bagian sebagai petugas orientasi.

"Waktunya JJM, jalan-jalan malam. Prosesnya adalah kalian akan jalan ke depan mengikuti petunjuk dan menemukan para petugas orientasi. Nanti, mereka akan orientasi kalian dengan pertanyaan atau melakukan sesuatu. Sampai titik akhir kalian kembali ke sini," ucap Galih melihat wajah cemas anggota baru.

"Mimpi apa gue bisa ikutan kegiatan frontal kaya gini. Jahat kalian bawa gue latihan militer malam-malam," runtuk Rangga yang berdiri di samping Nayla. Cowok itu menyentakkan kakinya antara kesal dan takut. Nayla mengelus lengan Rangga pelan, seakan merasakan hal yang sama.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status