Share

Bab 2 Kesepakatan

Author: Lisandi Noera
last update Last Updated: 2023-01-04 00:18:24

Telak!

Beberapa kalimat dari Nicky berhasil menghujam tepat di dada Fiolina. Namun, Fiolina tak memiliki waktu untuk bersedih. Terlalu banyak hal yang harus dia lakukan sekarang.

Siapapun yang ingin pergi darinya, dia akan biarkan mereka pergi.

"Baiklah. Selamat tinggal kalau begitu!" Tanpa menunggu balasan, Fiolina meninggalkan mantan temannya itu.

Dengan tegar, Fiolina keluar dari kantor yang berisi banyak orang munafik itu.

Sayangnya, begitu tiba di parkiran, jantung Fiolina mendadak seperti jatuh ke perut.

Mobilnya nyaris tak terlihat karena tertutupi coretan cat yang dibuat entah oleh siapa!

[ MATI LO, PELAC*R MURAHAN ]

[ BIT*H ]

[ THE HYPOCRITE FICHOW ]

[ JALA*G ]

[ LON*E ]

Sederet kata yang berhasil dia baca tertulis di badan mobilnya. Bahkan, warna silver mobilnya tidak terlihat lagi.

Fiolina tak mau repot-repot memeriksa cctv. Terlalu banyak musuhnya di perusahaan ini.

Segera, Fiolina menuju mobil dan mengunci dirinya di sana.

Perempuan itu lalu menangis sejadi-jadinya. Air mata yang sedari tadi dia tahan untuk tidak menetes, akhirnya tumpah juga. Tangannya bergetar entah karena marah dan kecewa.

Dia tak menyangka dirinya akan berada pada titik ini.

Sebulan yang lalu dia masih model terkenal yang dicintai banyak orang. Orang tuanya kaya dan karirnya cemerlang–hidupnya sempurna!

Kini, semua itu telah dirampas dengan kejam secara tiba-tiba.

Dddrrtt!

Getar ponsel berhasil menjeda isak tangis Fiolina. Tampak, Fransisca–sang adik–meneleponnya.

"Ya, Sisca?" jawab Fiolina berusaha menormalkan suaranya. Jangan sampai, sang adik tahu dia baru saja menangis.

"Kak Fio di mana? Bisa jemput aku di sekolah?" Fransisca bicara sambil terisak.

Hati Fiolina sontak mencelos mendengar tangis tak biasa dari sang adik.

"Kakak masih di kantor. Kamu kenapa nangis?"

"Aku gak tahan sekolah di sini. Aku mau berhenti aja." Sontak, Fiolina terkejut mendengar ucapan adiknya. "Oke jelasin pelan-pelan. Apa yang terjadi?"

"Aku gak tahan di-bully terus, Kak. Semenjak Papa bangkrut, temen-temenku di sekolah pada bully aku. Aku capek, aku gak tahan."

Seperti ada aliran listrik yang menyengat tubuhnya, Fiolina tak menyangka bahwa hal yang sama menimpa adik kesayangannya.

"Kakak gak bisa jemput kamu sekarang. Tapi, kamu tunggu, ya? Aku bakal minta Dave jemput kamu. Nanti kita bicara lagi di rumah. Okay dear?"

"Okay."

Setelah menutup telepon, Fiolina segera meminta David menjemput adiknya.

Lama, Fiolina terdiam dan mengencangkan tangannya di kemudi.

Banyak yang harus diselesaikan saat ini.

Fiolina harus menemukan siapa orang di balik politik kotor yang menjatuhkan perusahaan Papanya.

Dia juga harus tahu siapa yang telah menyebarkan skandal fitnah mengenai dirinya.

Dia harus mengembalikan kehidupan adiknya seperti semula.

Karirnya harus diperbaiki.

Dan untuk itu, mungkin kali ini, dia harus melakukan pengorbanan.

Nama satu orang terlintas di kepalanya! Fiolina pun menghubungi pria itu.

Setelahnya, tanpa ragu, Fiolina mengemudikan mobilnya menuju tempat yang dia pikir akan menjadi solusi dari semua masalahnya

******

Setelah 45 menit berkendara, Fiolina tiba di sebuah gedung apartemen mewah di tengah Kota Jakarta.

Dengan cepat, dia melangkah ke unit nomor 1125 dan langsung menekan bel.

Fiolina tampak meremas bajunya–gugup. Namun, dia tahu dia tak bisa kembali setelah ini.

"Wow, 45 menit dari kantor agency ke sini. Ngebut?" Tampak seorang lelaki tampan berusia awal 30-an membuka pintu. Mata hitamnya memandang dalam Fiolina.

Namun, Fiolina tidak menanggapinya sama sekali. Sebaliknya, dia langsung melewati lelaki itu dan masuk ke ruang tamu apartemen.

"Itu gak penting, ayo bicara."

Melihat itu, lelaki tampan itu tersenyum miring. "Oke, kamu mau minum panas atau di–"

Belum sempat pria itu menyelesaikan ucapannya, Fiolina langsung memotong kembali, "--Gak perlu. Langsung bicara aja."

Fiolina tampak menolak basa-basi. Dia jelas datang bukan untuk menikmati minuman, tetapi membuat sebuah kesepakatan.

"Okay, ada apa?" Lelaki itu pun duduk di sofa dan dengan isyarat tangannya mempersilahkan Fiolina duduk di hadapannya.

"Ayo kita menikah," ujar Fiolina langsung ke pokok bahasannya.

"Well, ulangi?" Senyum mengembang tampak di wajah tampannya seketika.

Pewaris utama Grup Young itu seolah sudah menduga maksud kedatangan Fiolina.

Melihat itu, Fiolina sontak mengepalkan tangannya, menahan amarah.

"Julio Aksara Young, aku bersedia kamu nikahi. Tapi, kamu harus memberikan uang dua triliun untuk perusahaan Papaku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 165 Surga 100 Tahun Pernikahan

    2 hari kemudian. "Argh! Kenapa gaunnya begini? Ini... ini sobek!" teriak seorang penata rias yang akan turut mendandani Fiolina untuk upacara pemberkatan hari ini. Fiolina dengan panik menghampiri penata rias itu. Fiolina terperangah melihat gaun pernikahannya yang sudah sobek. "Astaga! Kenapa bisa begini?" keluh Fiolina. Terry berlari menghampiri setelah mendengar kehebohan di kamar Fiolina. "Ada apa?" tanyanya. "Ma, lihat ini gaunku sobek!" "Ya Tuhan! Siapa yang melakukan ini sih?" Nicole menampakkan ekspresi sebal. "Ma, apa yang harus aku lakukan?" rengek Fiolina.Nicole terlihat berpikir sejenak. Dia lalu membongkar lemari Fiolina dan mengeluarkan sebuah kotak. "Ini, pakai ini aja," ucap Terry sambil menyerahkan gaun pernikahan lawas Fiolina dari dalam kotak. Fiolina meragu."Udah gak papa. Ini masih bagus." "Iya aku tahu ini masih bagus. Tapi ini gaun pernikahanku dan Julio dulu. Bagaimana perasaan Ferdian kalau tahu?""Ferdian akan tahu keadaannya. Gaun kamu robek dan

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 164 Permohonan Terry

    TING TONG! Bel pintu rumah Nicole berbunyi. Ibu kandung dari Julio itu jarang menerima tamu. Dia tidaj punya banyak teman terlebih setelah dia menjalani beberapa tahun hidupnya untuk perawatan di rumah sakit jiwa. Keadaannya sekarang tentu jauh lebih baik. Dia sudah ikhlas dan hari - harinya jauh lebih bahagia. Sekarang, dia banyak menghabiskan waktunya untuk menulis puisi sebanyak yang dia mampu. Pagi ini dia juga sedang menulis puisi saat seseorang membunyikan bel pintu rumahnya. Dengan segera dia bangkit dari kursi santainya lalu membuka pintu. "Nicole, apa kabar?" tamu itu menyapa Nicole. "Terry? Ada apa?" Terry melah menangis dan berlutut di hadapan Nicole. "Maaf, maafkan aku... tolong maafkan aku." Nicole bingung dengan sikap Terry yang tiba - tiba. Terry memeluk kakinya seperti anak kecil yang tidak mau ditinggal ibunya. "Terry, cukup, kenapa kamu begini? Ayo masuk, jangan di luar rumah," Nicole membantu Terry berdiri dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Terry duduk

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 163 Pembatalan Pernikahan

    "Fiolina, Fio! Bangun Nak!" Terry membangunkan Fiolina yang saat tengah malam dia dapati tertidur di lantai kamarnya, tersungkur dengan mengenakan gaun pengantin. Fiolina mengerjapkan matanya. Dia terbangun dengan tubuh yang lemas. "Kamu kenapa tidur di sini? Dan kenapa kamu pakai gaun ini? Mama tadinya mau kasih tahu kamu kalau Jovan udah tidur sama Papa kamu di kamar kami. Tapi... kamu..." "Aku gak papa Ma. Aku ketiduran karena kecapekan," Fiolina hendak bangkit berdiri, namun Terry menahannya. "Fio, mata kamu sangat bengkak. Kamu habis menangis?" Fiolina menggeleng. "Jangan bohong. Mama ini ibu kamu. Mama tahu kalau kamu lagi sedih. Kamu habis menangis kan? Kenapa Nak?" Fiolina menggeleng lagi. Tapi kali ini dia tidak mampu menahan air matanya lagi. Sekuat apapun Fiolina, setegar apapun dia, dia tidak pernah bisa menutupi kesedihannya di depan ibunya. Karena baginya ibunya adalah tempat ternyaman untuknya berkeluh kesah. Terry tak banyak bertanya, dia seketika merangkul Fio

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 162 Cinta yang Belum Berpaling

    "Jovan.. hati - hati! Pelan - pelan yang naik tangganya," teriak Fiolina. Jovan hanya mengangkat satu tangannya membentuk tanda 'OK' lalu lanjut menaiki tangga perosotan yang mungkin sudah dua puluh kali dia naiki. Tidak jauh ada area bermain, ada Ferdian yang sedang duduk sambil memegang bola kaki. Dia beristirahat setelah setengah jam penuh bermain bola bersama Jovan.Julio mengawasi dari dalam mobilnya yang berjarak kurang lebih 50 meter dari mereka. Dia merasa hatinya sakit, Jovan adalah anak kandungnya dan sekarang Ferdian bermain dengan bebas bersama anak itu sedangkan dirinya harus sembunyi - sembunyi hanya untuk memandangnya bermain. Dia ingin anaknya. Dia juga ingin istrinya kembali. Tapi egonya terlalu besar untuk menjadi menantu Terry. Julio pulang dengan beban berat di dalam hatinya. Sepulang dari bermain di taman bersama Fiolina dan Ferdian, Jovan dikagetkan dengan rumah Keluarga Chow yang penuh dengan bingkisan. "Wow, apa ini Oma?" tanyanya. "Seseorang mengirim

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 161 Rahasia yang Terungkap

    Fiolina melihat sekeliling playground dan tidak menemukan Sarah dan Jovan. Dia tidak mendengar teriakan Jovan yang memanggilnya sebelum ini. Jadi, dia menelepon Sarah. Sarah menjawab panggilannya. "Halo, Fiolina, hm... ini Jovan lagi sama aku. Kali lagi...." Julio menarik ponsel Sarah dan mengambil alihnya. "Halo Fiolina. Jovan dan Sarah sedang bersama aku. Lihatlah ke arah jam 10." "Julio?" "Ya aku Julio."Fiolina panik. Dia menoleh ke arah jam 10 dan mendapati ada Jovan, Sarah, Julio dan Glins! Dia segera mendatangi mereka sambil memikirkan kebohongan apa yang akan dia ucapkan kepada Julio. "Kalian sedang apa di sini?" ucap Fiolina basa - basi. Tidak tahu harus berkata apa. Jantungnya berdebar. "Jovan, apa dia mama kamu?" tanya Julio kepada Jovan. "Iya. Dia mama," jawab Jovan. Julio menatap tajam ke arah Fiolina. Fiolina berusaha menghindari tatapannya. "Jovan, berapa usia kamu?" "Hm... sebentar. Usiaku empat tahun," jawabnya sambil memperagakan angka lima dengan jari -

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 160 Ayah dan Anak

    "Yang benar?" ucap Julio. Julio pun berlutut agar dia sejajar dengan anak laki - laki yang menabraknya barusan. "Benar juga, kita sangat mirip," ucap Julio. "Oke, aku akui Om memang ganteng. Tapi Om tua dan aku masih kecil," celatuk Jovan. Julio dan Glins tertawa renyah. Julio sengaja mengajak Glins ke mall hari ini untuk membelikannya barang - barang yang Glins mau sebagai ganti kalung yang dia berikan pada Javeline. Tidak disangka seorang anak kecil berlarian dan menabrak Julio dengan keras. "Itu sudah pasti," ucap Julio. "Maksudku, kamu mirip Om waktu Om masih kecil dulu." "Oh begitu rupanya," ujar Jovan. "Tapi, kalau dilihat - lihat pun, sekarang kalian tetap mirip," komentar Glins. "Kalian cocok sebagai ayah dan anak." "Benar juga. Ngomong - ngomong di mana orang tuamu? Kenapa kamu sendirian?" tanya Julio. "Itu dia masalahnya. Aku tersesat. Mama sedang belanja dan menitipkan aku pada tante. Tante ke toilet dan aku pergi dari playground diam - diam karena mengejar kereta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status