Share

Bab 2 Kesepakatan

Telak!

Beberapa kalimat dari Nicky berhasil menghujam tepat di dada Fiolina. Namun, Fiolina tak memiliki waktu untuk bersedih. Terlalu banyak hal yang harus dia lakukan sekarang.

Siapapun yang ingin pergi darinya, dia akan biarkan mereka pergi.

"Baiklah. Selamat tinggal kalau begitu!" Tanpa menunggu balasan, Fiolina meninggalkan mantan temannya itu.

Dengan tegar, Fiolina keluar dari kantor yang berisi banyak orang munafik itu.

Sayangnya, begitu tiba di parkiran, jantung Fiolina mendadak seperti jatuh ke perut.

Mobilnya nyaris tak terlihat karena tertutupi coretan cat yang dibuat entah oleh siapa!

[ MATI LO, PELAC*R MURAHAN ]

[ BIT*H ]

[ THE HYPOCRITE FICHOW ]

[ JALA*G ]

[ LON*E ]

Sederet kata yang berhasil dia baca tertulis di badan mobilnya. Bahkan, warna silver mobilnya tidak terlihat lagi.

Fiolina tak mau repot-repot memeriksa cctv. Terlalu banyak musuhnya di perusahaan ini.

Segera, Fiolina menuju mobil dan mengunci dirinya di sana.

Perempuan itu lalu menangis sejadi-jadinya. Air mata yang sedari tadi dia tahan untuk tidak menetes, akhirnya tumpah juga. Tangannya bergetar entah karena marah dan kecewa.

Dia tak menyangka dirinya akan berada pada titik ini.

Sebulan yang lalu dia masih model terkenal yang dicintai banyak orang. Orang tuanya kaya dan karirnya cemerlang–hidupnya sempurna!

Kini, semua itu telah dirampas dengan kejam secara tiba-tiba.

Dddrrtt!

Getar ponsel berhasil menjeda isak tangis Fiolina. Tampak, Fransisca–sang adik–meneleponnya.

"Ya, Sisca?" jawab Fiolina berusaha menormalkan suaranya. Jangan sampai, sang adik tahu dia baru saja menangis.

"Kak Fio di mana? Bisa jemput aku di sekolah?" Fransisca bicara sambil terisak.

Hati Fiolina sontak mencelos mendengar tangis tak biasa dari sang adik.

"Kakak masih di kantor. Kamu kenapa nangis?"

"Aku gak tahan sekolah di sini. Aku mau berhenti aja." Sontak, Fiolina terkejut mendengar ucapan adiknya. "Oke jelasin pelan-pelan. Apa yang terjadi?"

"Aku gak tahan di-bully terus, Kak. Semenjak Papa bangkrut, temen-temenku di sekolah pada bully aku. Aku capek, aku gak tahan."

Seperti ada aliran listrik yang menyengat tubuhnya, Fiolina tak menyangka bahwa hal yang sama menimpa adik kesayangannya.

"Kakak gak bisa jemput kamu sekarang. Tapi, kamu tunggu, ya? Aku bakal minta Dave jemput kamu. Nanti kita bicara lagi di rumah. Okay dear?"

"Okay."

Setelah menutup telepon, Fiolina segera meminta David menjemput adiknya.

Lama, Fiolina terdiam dan mengencangkan tangannya di kemudi.

Banyak yang harus diselesaikan saat ini.

Fiolina harus menemukan siapa orang di balik politik kotor yang menjatuhkan perusahaan Papanya.

Dia juga harus tahu siapa yang telah menyebarkan skandal fitnah mengenai dirinya.

Dia harus mengembalikan kehidupan adiknya seperti semula.

Karirnya harus diperbaiki.

Dan untuk itu, mungkin kali ini, dia harus melakukan pengorbanan.

Nama satu orang terlintas di kepalanya! Fiolina pun menghubungi pria itu.

Setelahnya, tanpa ragu, Fiolina mengemudikan mobilnya menuju tempat yang dia pikir akan menjadi solusi dari semua masalahnya

******

Setelah 45 menit berkendara, Fiolina tiba di sebuah gedung apartemen mewah di tengah Kota Jakarta.

Dengan cepat, dia melangkah ke unit nomor 1125 dan langsung menekan bel.

Fiolina tampak meremas bajunya–gugup. Namun, dia tahu dia tak bisa kembali setelah ini.

"Wow, 45 menit dari kantor agency ke sini. Ngebut?" Tampak seorang lelaki tampan berusia awal 30-an membuka pintu. Mata hitamnya memandang dalam Fiolina.

Namun, Fiolina tidak menanggapinya sama sekali. Sebaliknya, dia langsung melewati lelaki itu dan masuk ke ruang tamu apartemen.

"Itu gak penting, ayo bicara."

Melihat itu, lelaki tampan itu tersenyum miring. "Oke, kamu mau minum panas atau di–"

Belum sempat pria itu menyelesaikan ucapannya, Fiolina langsung memotong kembali, "--Gak perlu. Langsung bicara aja."

Fiolina tampak menolak basa-basi. Dia jelas datang bukan untuk menikmati minuman, tetapi membuat sebuah kesepakatan.

"Okay, ada apa?" Lelaki itu pun duduk di sofa dan dengan isyarat tangannya mempersilahkan Fiolina duduk di hadapannya.

"Ayo kita menikah," ujar Fiolina langsung ke pokok bahasannya.

"Well, ulangi?" Senyum mengembang tampak di wajah tampannya seketika.

Pewaris utama Grup Young itu seolah sudah menduga maksud kedatangan Fiolina.

Melihat itu, Fiolina sontak mengepalkan tangannya, menahan amarah.

"Julio Aksara Young, aku bersedia kamu nikahi. Tapi, kamu harus memberikan uang dua triliun untuk perusahaan Papaku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status