Share

Bab 3 Menikah

"Oke, bukan masalah besar!" Seolah uang dua triliyun bukanlah nilai yang fantastis, Julio dengan enteng menyanggupi permintaan Fiolina.

Deg!

Fiolina terkejut mendengar ucapan Julio.

Memang, Fiolina datang kepada orang yang tepat. Keluarga Young memiliki kerajaan bisnis terbesar di negara ini. Bahkan, termasuk 10 besar di ASEAN. Uang itu tidaklah berarti apa-apa untuk mereka.

Bulan lalu, Julio bahkan melamarnya dengan menawarkan uang sebesar dua triliyun untuk membantu perusahaan keluarga Chow yang sedang butuh dana.

Namun, Fiolina menolak dan meninggalkan Julio tanpa memandang lelaki itu karena satu dan lain hal.

"Tapi, aku ingin membuat perjanjian pra nikah," cicit Fiolina. 

"Hmm?" Julio menaikkan alisnya. Namun, pria itu segera menormalkan raut wajahnya dan menanti ucapan Fiolina selanjutnya.

"Pernikahan kita akan melalui percobaan selama 100 hari. Setelah 100 hari, kita akan berunding kembali untuk melanjutkan atau mengakhiri pernikahan kita."

"Oke." 

Fiolina tampak terkejut dengan persetujuan Julio yang secepat kilat itu. "Oke? Kamu setuju begitu aja?" 

Mematung, perempuan itu berpikir: jika Julio mencintainya, bukankah harusnya dia akan menolak? Jika Julio mencintainya, bukankah harusnya Julio ingin menjadi suaminya selamanya?

"Tentu, bukan masalah. Kapan kita akan menikah?" lanjut Julio mengalihkan fokus Fiolina.

"Setelah kamu memberi uang itu ke papa. Tanggal tepatnya terserah kamu."

"Oke. Kita menikah minggu depan." Julio kemudian menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Fiolina. “Deal?” 

Meski ragu, Fiolina pun menyambut tangan pengacara muda itu. “Deal!”

Dalam waktu singkat, kesepakatan terjalin antara keduanya. Fiolina pun langsung pulang saat semua proses selesai.

Namun, wanita itu tidak menyadari bahwa Julio berdiri di sisi Jendela apartemennya--memerhatikan mobil Fiolina yang penuh dengan coretan berjalan pergi meninggalkan tempat parkir.

Julio pun tersenyum sinis melihat pemandangan itu. "Kau pikir, kau yang memegang kendalinya seperti dulu?"

*****

“Saya mengambil engkau menjadi istri saya untuk saling memiliki dan menjaga. Dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang. Pada waktu kelimpahan maupun kekurangan. Pada waktu sehat maupun sakit untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Julio mengakhiri janji pernikahannya. 

Tepat seperti ucapan pria itu, keduanya menikah seminggu kemudian–setelah sang ayah mendapat suntikan dana.

Fiolina pun mengulas senyumnya di hadapan para jemaat–seolah menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini.

Namun, siapapun yang mampu mendengar suara hati Fiolina akan tahu bahwa wanita itu tidak sebahagia senyum yang dia torehkan.

Dulu, Fiolina mengira bahwa dirinya akan berada di altar ini bersama lelaki yang amat dia cintai.

Dia pikir hari pernikahannya akan menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya.

Kenyataannya, semua itu pupus.

“Seratus hari. Aku bersumpah dalam 100 hari ke depan, aku akan membuat Julio jijik padaku, sehingga lelaki itu akan melepaskanku,” sumpah Fiolina dalam hati.

Di sisi lain, Julio tak menampakkan senyum palsu seperti Fiolina di depan jemaat Gereja.

Pria itu memang cukup senang dengan pernikahannya hari ini. 

Sudah satu bulan berlalu semenjak penolakan ketiga Fiolina yang arogan itu. Wanita itu seharusnya bersyukur bahwa Julio menginginkannya!

Namun, bahkan saat Fiolina jatuh miskin, dia sempat tak menerima cinta Julio. Tapi detik ini, Fiolina sudah berada di genggamannya–demi uang yang pernah ditolaknya!

Jadi, Julio tersenyum puas....

Sepanjang hidupnya selalu dipenuhi oleh kesuksesan, semua orang memujanya. Dia tak pernah gagal! 

Fiolina yang angkuh menolaknya, juga sudah digenggamnya. 

Tak peduli mereka masih berada di tempat yang kudus, Julio bersumpah bahwa Fiolina akan mendapat balasan atas kesombongannya.

“Seratus hari ke depan, aku akan menjadi neraka dunia bagi Fiolina. Lalu, aku akan menceraikannya.”

Dua anak manusia itu bergulat dalam pikiran masing-masing dalam usaha mempermainkan kesucian pernikahan. Tak peduli mereka baru saja mengikat janji di hadapan Tuhan.

******

“Selamat Fiolina dan Julio!” Para tamu melambaikan tangan begitu Julio dan Fiolina memasuki mobil pengantin mereka.

Setelah semua kaca mobil tertutup, senyum Fiolina pun turut menghilang.

"Kamu kelihatan tegang," komentar Julio datar, "tapi kamu cukup pintar berpura-pura."

"Aku cuma kaget dengan status baruku," balas Fiolina singkat.

"Hari-hari ke depan, kamu bakalan sering kaget."

Ucapan ambigu dari Julio sontak membuat Fiolina mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

"Lupakan!” perintah Julio, “Oh iya, aku agak capek. Aku mau tidur sebentar. Bangunin aku kalau udah sampai hotel, ya."

"Oke."

Empat puluh lima menit berikutnya, keheningan melingkupi mobil. Tak lama, mereka pun tiba di sebuah hotel bintang lima yang telah direncanakan untuk menjadi tempat bulan madu mereka.

Tidak ada perjalanan ke luar kota atau luar negeri. Hanya staycation di sebuah hotel sebagai formalitas belaka.

Setelah Fiolina membangunkan Julio, mereka berdua pun berjalan beriringan ke arah resepsionis untuk menunjukkan bukti pemesanan.

Seorang karyawan dengan sigap memandu mereka ke kamar.

Setelah Julio memberikan tip, karyawan itu pergi dan tinggallah mereka berdua di kamar.

Suasana menjadi agak canggung.

"Hm ….” Fiolina berdehem, ”aku mau ke kamar mandi dulu." Fiolina lalu berlari kecil ke dalam kamar mandi.

Melihat itu, Julio menghela nafas.

Dia melucuti pakaiannya sendiri lalu berganti mengenakan pakaian lain yang lebih santai.

Akan tetapi, Julio seketika tersadar bahwa Fiolina sangat lama di dalam kamar mandi.

Wanita itu juga tak membawa baju gantinya ke kamar mandi.

Benar saja, belum satu menit pikiran itu terlintas di benak Julio, Fiolina sudah berteriak memanggilnya dari dalam kamar mandi.

"Julio... bisa tolong ambilin baju gantiku? Aku lupa gak bawa baju ganti."

Julio menghela nafas dengan malas. Dibukanya koper Fiolina dan mencari-cari baju apa yang akan diserahkannya.

Saat dia melihat sebuah lingerie seksi terlipat dengan manis di koper Fiolina, ide jahilnya muncul.

"Nih bajunya!" Julio mengetuk pintu kamar mandi.

Fiolina hanya membuka sedikit pintu kamar mandinya dan meraih baju yang diserahkan oleh Julio. "What? Baju apaan nih? Aku gak mau pake ini!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status