Share

Bab 8

"Rena harus bantu Ibu, buat sarapan," ucapku kemudian.

"Sebentar saja," rengeknya.

Mas Aris memang seperti bayi tua, dia suka bermanja padaku. Ah, semua terdengar begitu Indah, dulu. Indah … bocah  bina* itu telah menghancurkan segalanya.

"Rena … Ren," panggil Bunda.

"Iya Bund," jawabku melepas genggaman tangan mas Aris dan beranjak.

Bunda terlihat duduk di ruang tengah,  sambil menyalakan tv di depannya.

"Bikinin Bunda teh hangat," ucap Bunda saat aku keluar, "Gula nya dikit aja ya," lanjutnya.

"Iya, Bund," jawabku, langsung bergegas ke dapur.

Ibu baru keluar dari kamar mandi, Indah sepertinya ada di kanar. Ibu mengangkat dagunya sepertinya bertanya sedang apa, aku mengangkat gelas yang sudah aku isi dengan gula, Ibu mengangguk.

"Indah sayang," teriak Ibu, memanggil Indah.

"Iya, Bu," sahutnya, sesaat kemudian telah keluar dari kamarnya.

"Tau nggak sayang, Ibu tadi hampir kepleset di kamar mandi," cerita Ibu ke Indah yang sekarang berdiri di depannya.

"Tolong kamu sikat ya, biar nggak licin." lanjut Ibu kemudian.

"Hah … sikat kamar mandi?" tanya Indah Kaget.

"Kenapa kaget gitu?" tanya Ibu, Indah masih terdiam.

"Hahahha, mana bisa dia bersihin kamar mandi, goreng kerupuk aja gosong," cibir Bunda yang menyusul ke dapur.

"Heh, jangan salah, selain cantik, kaya, penurut, mantuku ini juga serba bisa, iya kan sayang?"

"Anak manja gitu, jauhlah dibanding Rena anakku," balas Bunda.

"Sayang, kamu tunjukkan ke Emak dan anak ini, bahwa kamu jauh lebih baik. Sana bersihkan kamar mandi, jangan biarkan Ibu terhina seperti ini."

"Tapi, tangan Indah masih sakit," ucap Indah.

"Hahaha, tuh kan. Memang dasarnya nggak bisa, pakai dipaksa segala," sindir Bunda lagi.

"Indah, Ibu tak rela, kamu dihina seperti ini. Tunjukkan mereka salah tentangmu sayang," ucap Ibu, sambil mendorong Indah ke kamar mandi.

"Sayang sikatnya pakai yang warna biru ya," tunjuk Ibu lagi.

Selepas membersihkan kamar mandi, Ibu meminta Indah mencuci bajunya dan baju mas Aris dengan tangan, alasannya mesin cuci rusak. Dilanjutkan dengan menyapu dan mengepel rumah. 

Aku hanya menyiapkan makanan untuk sarapan. Mas Aris membawa laptop ke kamar depan, sepertinya melanjutkan pekerjaannya.

"Mas kopinya," ucapku saat mas Aris sudah duduk di sofa depan tv.

"Makasih ya," ucap mas Aris menerima cangkir kopi dari tanganku.

"Mas mau sarapan nanti apa sekarang?" tanyaku ikut duduk di sampingnya.

"Bareng-bareng saja," jawabnya.

"Ya udah, sekarang aja, aku dah masak kok," ucapku, lalu bangun   berdiri dan menarik tangan mas Aris. 

Indah baru saja meletakkan lap yang baru saja dia gunakan untuk membersihkan dapur, saat aku dan mas Aris sampai. 

Ibu dan Bunda sudah duduk dari tadi  di meja makan sambil menyeruput teh hangat dan juga saling berbalas kata cibiran. Mas Aris menarik kursi, kemudian duduk. Aku berdiri di sampingnya menyendokan nasi kepiringnya.

"Mas mau makan pakai apa?" tanya Indah yang ternyata sudah berdiri di samping kanan mas Aris.

"Kan cuma ada capcay sama ayam goreng, mau pilih apa lagi?" celetukku pelan.

"Biar Indah yang ladenin, Kakak duduk aja,"  ucap Indah kemudian. Aku hendak beranjak, saat tangan mas Aris menarik bajuku.

"Biar Rena aja, dia dah tau porsi mas seberapa," ucap mas Aris. Aku tersenyum ke arah Indah, bocah itu membuang muka.

"Bunda sekalian," ucap Bunda, "Sekalian mertua bawelmu itu," lanjutnya.

Indah berdiri mematung, wajah lelah itu nampak kesal. Dia menghempaskan pantatnya kasar di kursi, lalu menyodorkan piringnya padaku.

"Ambil sendiri," ucapku, beranjak duduk ke kursiku.

Selepas sarapan aku segera mandi kemudian gantian mas Aris, Bunda pergi ke pasar, Ibu keluar alasan lari pagi di taman yang tak jauh dari rumah, padahal mereka janjian.

Aku sudah rapi dengan pakaian kerjaku, saat mas Aris selesai mandi. Mendapati Bunda dan Ibu pergi, mas Aris langsung memelukku yang sedang berdiri di depan cermin.

"Sayang, mas rindu," ucapnya. Ada pertarungan dalam hatiku, sisi lainnya tak bisa menerima, tapi satu sisi lainnya meminta untuk bertahan sementara.

"Krumpyang …."

Sengaja membiarkan pintu terbuka, aku yang menghadap ke arah pintu menangkap bayangab Indah yang pasti sedang mengamuk melihat pertautan bibir kami barusan.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status