Share

BAB IV

Author: ayspcy
last update Last Updated: 2021-04-03 18:29:35

Aku harus bahagia atau sedih? Aku pun tidak tahu. Semoga hal positif selalu memihak padaku, terlepas dari sakit hati

—Lee Know.

-o-

Dahyun sedang berada di ruangan Lino. Ia ingin menanyakan perihal Mark Lee pada lelaki itu. Sebenarnya Dahyun hanya penasaran dengan kisah cinta pertama Mark. Maklum saja, karena Dahyun mulai menaruh rasa pada Mark.

"Oppa! Jawab pertayaanku tadi, aish!" seru Dahyun karena kesal dengan Lino yang telah mengabaikannya.

Lino tak menanggapi bukan karena tak suka, tapi ia sedikit cemburu mungkin? "Apa, hm? Kau 'kan sudah tahu jika aku dan Mark memang bersahabat sejak lama. Lalu apa lagi yang harus kujawab?" sahutnya sembari memejamkan mata. Ia sedang menyenderkan punggungnya di kursi meja kerjanya.

"Kalau itu aku tahu. Maksudku, sejauh mana Oppa mengenal Mark? Karena, dia seperti sedang mengalami patah hati. Aku pernah memergokinya sedang melamun memandang sebuah foto di gallery ponselnya." Dahyun mengingat kejadian di mana awal pertemuan mereka. Mark sangat acuh saat itu, dan lebih memilih fokus pada sebuah foto lalu mengabaikan pertanyaan Dahyun.

Lino menghela napasnya. "Kau menyukainya ya?"

Deg!

Dahyun langsung gelagapan karena pertanyaan Lino. "A-ani. Aku hanya penasaran saja."

Kau tidak bisa berbohong dengan baik di depanku, Dahyun-a. Batin Lino.

Lino menganggukkan kepalanya. "Hmm, baiklah. Aku akan menceritakannya. Tapi, kau tidak boleh menyukainya. Karena kau sudah dijodohkan olehku."

Sekadar informasi, Dahyun dan Lino memang sudah di jodohkan oleh orang tua mereka masing-masing. Awalnya Lino menolak, tapi setelah bertemu dengan Dahyun, ia mulai menyukainya. Tapi, sejauh ini Dahyun hanya menganggap Lino sebagai kakaknya, tidak lebih.

Wanita itu selalu menganggap ucapan Lino hanya bercandaan, jika lelaki itu membicarakan perihal perjodohan. Karena Lino selalu bilang 'aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat dan aku menentang perjodohan ini', itu sebelum ia mulai menyukai Dahyun.

"Aish Oppa! Kau selalu saja membicarakan hal itu. Aku tahu, kau menggodaku 'kan. Kau tidak pernah menganggapku sebagai wanita di matamu," sahut Dahyun sembari mengerucutkan bibirnya.

"Aku hanya bercanda. Jadi, benar kau menyukai Mark?" ucap Lino sembari fake smile pada Dahyun.

Kau bahkan belum juga sadar sampai detik ini, bahwa aku telah menaruh hati padamu. Batin Lino.

"Aku bilang tidak. Aku hanya ingin tahu. Ya sudah kalau tidak mau memberitahuku," ucap Dahyun terkesan seperti merajuk.

"Baiklah, akan aku beritahu. Kau harus menguatkan hatimu setelah mendengarkan ceritaku," sahut Lino.

Dahyun menyerengitkan dahinya mendengar ucapan Lino. "Maksudmu Oppa?"

"Dengarkan saja, ya?" Dahyun mengangukkan kepalanya sebagai jawaban.

Lino pun mulai menceritakan bagaimana Mark sangat mencintai Karina.

---

Beberapa tahun silam.

Mark dan Lino berbeda sekolah. Mereka bersahabat karena hobby yang sama, yaitu dance. Mereka berlatih di satu tempat dance club.

"Oke guys! Cukup sampai di sini. Kita lanjut minggu depan," ucap pelatih Dance.

"Baik hyung," sahut Mark sembari mengatur napasnya.

"Mark, kau langsung pulang?" tanya Lino.

Mark tidak menjawab pertanyaan Lino. Ia tak bergeming dengan posisi duduk di kursi panjang di ruang latihan.

Ada apa dengannya? Sikapnya sangat aneh. Dancenya pun terlihat sangat tidak bersemangat tadi. Batin Lino.

"Mark!" seru Lino sembari menepuk pundak Mark.

"Hah!" Mark terlonjak kaget. "Ck! Kau mengagetkanku! Ada apa?"

"Kau melamun? Aku bertanya padamu tapi tidak dijawab!" sahut Lino.

"Kau bertanya apa?"

"Kau langsung pulang?" tanya Lino.

"Aniyo. Aku ingin mengunjungi rumah Karina, tapi sepertinya dia sedang bersama kekasihnya." Mark mengusap wajahnya kasar.

"Cinta pertamamu itu? Astaga Mark."

Mark mengangguk lemah. Kebetulan Lino mengenal Karina juga dan Mark seringkali cerita pada lelaki itu tentang Karina sebagai cinta pertamanya. "Hm. Aku patah hati. Seharusnya, aku tidak mencintainya. Aku dan dia bersahabat sejak kami kecil tapi aku mengkhianatinya dengan menaruh hati padanya."

Tersenyum samar, Lino menepuk pundak Mark. "Wajar bro. Tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan wanita. Pasti salah satunya memendam perasaan lebih dari sahabat," ucapnya.

"Aku tahu. Aku harus bagaimana? Aku sangat mencintainya. Aku rela kembali ke Seoul demi dia. Kau tahu itu 'kan?" Mark memandang lurus ke depan.

"Tapi, dia mencintai pria lain Mark. Kau harus bisa menerima itu." Lino duduk di samping Mark. "Kau tidak berniat untuk menghancurkan kebahagiaannya 'kan?"

Menggleng cepat, Mark tak sampai hati untuk mengganggu hubungan Karina dengan Hyunjin. "Tidak. Tidak akan! Aku ingin dia bahagia, walaupun bukan denganku," sahutnya lirih di akhir kalimat. "Tapi, aku takut jika sepupuku yang menyukai kekasihnya itu menyakiti Karina. Di sekolah saja, dia sudah pernah di sakiti oleh gadis gila itu."

"Kau menyayanginya 'kan? Itu tugasmu sebagai sahabat untuk melindunginya Mark."

Mark menganggukkan kepalanya.

"Minggu depan, kau bilang dia akan bertunangan 'kan? Kau akan datang?" tanya Lino.

"Aku tidak tahu."

---

"Mark sangat mencintai Karina Jung, itu namanya. Seingatku, sebelum waktu intensitas bertemu dengan Mark menjadi sangat sedikit, tunangan Karina meninggal dunia," jelas Lino sambil mencoba mengingat kembali.

Dahyun terlihat memasang ekspresi sedih. Bagaimana bisa kisah cinta Mark sangat menyedihkan. "Mwoya? Bagaimana maksudmu? Mereka jadi bertunangan saat itu? Lalu, tunangannya itu meninggal? Waeyo?" sahutnya.

"Hm. Tunangannya itu mengidap penyakit kanker otak stadium akhir. Dan menghilang begitu saja tanpa memberi kabar Karina," sahut Lino.

"Kalau aku jadi dia, aku pasti depresi. Disaat aku sangat mencintainya tapi di tinggalkan tanpa kabar —"

"Dan lebih parahnya lagi. Karina baru mengetahui jika tunangannya mengidap penyakit itu setelah satu tahun menghilangnya tunangannya itu. Dia tidak sempat untuk mengucapkan selamat tinggal pada tunangannya. Dan Mark yang selalu ada untuknya di saat-saat terpuruk dalam hidupnya. Itu yang terakhir kali kutahu."

Merasa seperti ikut merasakan sakitnya, Dahyun sempat memegangi dadanya yang terasa sesak. "Jinjja! Perjalanan first lovenya Mark sangat mengenaskan. Seharusnya sekarang Mark bisa bersama dengan wanita itu 'kan?" tanyanya.

"Kau salah. Karina menemukan laki-laki lain yang menjadi tambatan hatinya. Untuk kedua kalinya Mark harus merelakan cinta pertamanya dengan yang lain," sahut Lino.

Sama seperti perasaanku. Aku tahu kau menyukai Mark. Dan aku harus merelakanmu, tapi apa aku bisa? Batin Lino.

"Pantas saja, Mark memandangi foto itu sangat dalam. Seperti sedang menyalurkan rindu yang tidak seharusnya," ucap Dahyun.

Aku tahu, jika aku akan sulit masuk ke dalam kehidupan cintamu Mark. Aku juga tidak akan merebut tempat yang telah di tempati cinta pertamamu tapi aku akan membuatmu mencitaiku dengan caraku sendiri. Batin Dahyun.

"Ya! Kenapa kau melamun eoh? Apa yang kau pikirkan? Kau akan mendekatinya? Itu akan sulit!" ucap Lino sarkas.

Dahyun menyengir lebar. "Kau selalu bisa membaca pikirianku ya."

"Hah! Jadi benar, kau akan mendekatinya?"

"Aniya! Aku bercanda oppa." Dahyun menunjukan peace sign ke hadapan Lino.

Maafkan aku, aku berbohong.

"Ya sudah. Kau tidak ada pasien lagi malam ini?"

"Sepertinya tidak, aku akan istirahat. Kau mau pulang?" tanya Dahyun.

"Hm. Aku akan pulang ke apartment."

"Baiklah, aku shift malam hari ini. Semoga tidak banyak pasien di ruang gawat darurat malam ini," ucap Dahyun.

Mengangguk sekali. "Jangan lupa minum vitaminmu. Aku akan bersiap-siap untuk pulang, ayo kau kembali ke ruanganmu. Aku akan mengunci ruanganku," sahutnya.

"Kau mengusirku, eoh?" tanya Dahyun sembari mendelikkan matanya.

"Terserah apa katamu, Dahyun-a," sahut Lino tersenyum membalas tatapan Dahyun.

"Baiklah, aku hanya bercanda." Dahyun berdiri dan meregangkan tubuhnya.

"Hati-hati. Hubungi aku jika sudah sampai," lanjutnya sembari melangkahkan kakinya keluar ruangan Lino.

"Ne..." Lino menatap punggung Dahyun yang melangkahkan kakinya menjauh.

Andai kau tahu perasaanku yang sebenarnya. Tapi, aku takut jika aku mengatakannya, kau akan menjauhiku. Seharusnya aku langsung menyutujui perjodohan ini dari awal. Batin Lino.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Never Cease   BAB XXV

    Bagaimanapun kaukedepannya. Aku, akantetapdisini dan akan selalu menunggumu kembali mengingatku.—Mark Lee -o- Matahari pagi menyingsing dengan sunyi hingga suara angin berhembus begitu terdengar di telinga. Di sebuah rumah sakit, seorang laki-laki sedang tertidur di ranjang sembari memejamkan matanya. Ralat! Tertidur pulas terlihat dari mulutnya yang sedikit terbuka. Sesekali dahi laki-laki itu mengernyit, seperti sedang bermimpi. Buruk mungkin? "Tidak! Itu tidak mungkin!" pekik laki-laki itu dan terbangun dengan napas yang terengah-engah. Iris cokelatnya menelusuri tiap sudut di ruangan tersebut.

  • Never Cease   BAB XXIV

    Satu minggu telah berlalu, hari ini adalah Rabu. Pagi menyingsing dengan sunyi. Suara dari layar monitor di ruangan tersebut begitu terdengar di telinga laki-laki yang sedaritadi menatap wanita di hadapannya. Wanita itu masih terlelap di ranjang dengan seprai warna putih, karena pengaruh obat biusnya belum juga hilang sejak tiga jam lalu.Laki-laki itu memperhatikan setiap gerak detak jantungnya melalui layar monitor berukuran sedang yang ada di samping ranjang. Sesekali ia mengamati setiap lekuk wajah wanita yang terbaring lemah dengan beberapa selang dan tabung yang menempel di tubuhnya.Ya, Dahyun baru saja selesai di operasi sekitar tujuh jam. Dan laki-laki itu yang mengoperasinya, karena ia adalah dokter pribadi wanita itu. Operasi berjalan dengan lancar, walaupun ada sedikit kendala karena wanita itu mengalami pendarahan dan golon

  • Never Cease   BAB XXIII

    Disarankansembarimendengarkanlagu,Paper Umbrella -Yesung.-o-"Bisakah kita bicara sebentar. Ini mengenai transplantasi hati Dahyun," sahut Mark.Lino menyerngit, tapi dengan cepat ia mengangguk. "Baiklah, ikut ke ruanganku sekarang," ucap laki-laki itu dan berjalan berdampingan dengan Mark.Mereka berjalan dengan sedikit tergesa-gesa untuk sampai ke ruangan. Sesekali Mark meremas-remas kedua telapak tangannya, tanda ia sedang khawatir dan gelisah.Di benaknya, hanya ada kalimat,jikaitu

  • Never Cease   BAB XXII

    Akusangatberterimakasihkepadamu, yangmemperlakukankubagaikansekuntumbunga,saatkehidupanbegituberat.—Kim Dahyun. -o- Di hari Sabtu yang cerah itu, Dahyun terlihat sangat senang karena beberapa alasan. Pertama, ia senang karena ini adalah hari di mana ia akan pergi berjalan-jalan bersama dengan Lino. Kedua, karena ia baru saja mendapat kabar baik dari Lino bahwa ia dan laki-laki itu akan segera pindah tugas di rumah sakit Seoul. Saat ia sedang berjalan cepat menuju taman belakang

  • Never Cease   BAB XXI

    Dengarkanlagu,'If It's You - JungSeunghwan'(Lagu yangmenggambarkanperasaanseorangLee Know. ChapterinibeberapajamsebelumkencanMark danDahyundi chaptersebelumnya.)***They say you'll be happy when you fall in loveWho said that?Because I only know a loveThat looks at you from behind-o-

  • Never Cease   BAB XX

    Disarankansambilmendengarkanlagu,'Because of You - LeeHyun'***When the right man walks into your life and loves you the way you deserve to be loved, you whole perspective on life will change.-o-Di jalan SimniCherry Blossom, kawasan Kuil Ssanggyesa. Mereka berdua berjalan berdampingan dan saling berpegangan tangan. Sang lelaki tidak henti-hentinya menatap sang wanita di sampingnya yang begitu riang. Senyum di wajah wanita itu bila diibaratkan seperti bunga-bunga sakura yang baru saja bermekaran, menambah kecantikan di wajah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status