Sebuah foto seorang perempuan yang diambil Rakha secara diam-diam, dari sudut yang nyaris sempurna berkat keahliannya di bidang fotografi.
Wajah perempuan itu tidak terlihat jelas karena tertutup rambut. Bahu kanannya tampak sedikit terbuka karena gaun berpotongan rendah. Di atas tulang bahunya, terlihat sebuah tahi lalat kecil.
"Tuan Gallen? Anda baik-baik saja?" panggil Andreas lagi, karena sebelumnya tak mendapat respons.
Gallen tersentak dari lamunannya, lalu menjauhkan benda itu dari wajahnya. Tanpa ia sadari, jemarinya mengetuk-ngetuk pelan ujung meja. “Tak apa.”
"Apakah Tuan ingin saya memastikan sesuatu tentang Nyonya?" tanya Andreas hati-hati.
Gallen menggeleng pelan. "Aku akan memastikannya sendiri."
Tanpa pikir panjang, Alina meraih bed cover bernoda itu dan melilitkannya ke tubuhnya seperti jubah. Dengan cepat ia duduk kembali di tepi ranjang, membenahi rambutnya yang awut-awutan dan mengatur napas seolah-olah tak terjadi apa-apa.Pintu terbuka. Sosok Amarantha muncul dengan gaun santai warna pastel, membawa sebuah nampan kecil berisi susu dan paper bag kecil. Tapi langkahnya terhenti saat melihat pemandangan di depan mata.Alina duduk di tempat tidur, tubuhnya hanya terbungkus bed cover putih. Pipi memerah karena menahan rasa sakit, tapi bagi Amarantha, itu terlihat seperti... sesuatu yang lain.“Oh.” Amarantha berdiri canggung di ambang pintu. “Aku seharusnya tidak langsung masuk begitu saja.”Alina menelan ludah. Dengan senyum yang dipaks
Sebuah foto seorang perempuan yang diambil Rakha secara diam-diam, dari sudut yang nyaris sempurna berkat keahliannya di bidang fotografi.Wajah perempuan itu tidak terlihat jelas karena tertutup rambut. Bahu kanannya tampak sedikit terbuka karena gaun berpotongan rendah. Di atas tulang bahunya, terlihat sebuah tahi lalat kecil."Tuan Gallen? Anda baik-baik saja?" panggil Andreas lagi, karena sebelumnya tak mendapat respons.Gallen tersentak dari lamunannya, lalu menjauhkan benda itu dari wajahnya. Tanpa ia sadari, jemarinya mengetuk-ngetuk pelan ujung meja. “Tak apa.”"Apakah Tuan ingin saya memastikan sesuatu tentang Nyonya?" tanya Andreas hati-hati.Gallen menggeleng pelan. "Aku akan memastikannya sendiri."
Pertanyaan Gallen membuat Alina terdiam sejenak. Amarantha menatap cucunya dan Alina bergantian. Suasana dalam ruangan itu menjadi lebih dingin dari sebelumnya.Tak ingin perdebatan Gallen dan Alina berlanjut Amarantha lantas melerai mereka. “Sudah-sudah. Jangan bertengkar. Ini hanya masalah sepele saja tidak perlu sampai berdebat begini, kan?” “Oma menyalahkanku?” Gallen menoleh tak terima.“Tentu aku tidak menyalahkanmu. Oma tahu kamu selalu berpikir panjang sebelum mengambil keputusan,” ucapnya pelan, berusaha menenangkan suasana.“Kandungan lemah di awal kehamilan itu hal yang lumrah, Nak. Tak perlu terlalu cemas. Lihat istrimu, dia tampak sehat dan kuat.”Gallen menarik napas dalam-dalam, seolah mengisi paru-parunya dengan ketenangan. “Gallen sudah membuat janji dengan dokternya, Oma—”“Kamu juga harus mengerti, istrimu belum nyaman pergi ke dokter,” potong Amarantha halus, tapi tegas.Sementara itu, Alina hanya bisa mengamati Amarantha dan Gallen bergantian. Pembelaan dari Ama
Gallen mengangguk. “Kita berangkat jam delapan, persiapkan dirimu lebih awal,” katanya sebelum meraih sebuah dokumen dalam tumpukan map.Sementara Alina yang berdiri di hadapannya berusaha mengatur wajahnya untuk tidak gugup sedikit pun. Kakinya nyaris gemetar, tapi bibirnya ditarik dalam garis datar sempurna.Gerakan tangan Gallen terhenti. Alina langsung membungkam suaranya.“Kamu hanya perlu datang.” Suara Gallen terdengar dingin. Tangannya kembali sibuk membalik halaman.Alina menarik napas dalam. "Dokter sebelumnya bilang kantung janin belum terlihat. Disarankan periksa ulang setelah delapan minggu. Sekarang baru empat minggu hasilnya kemungkinan tetap belum jelas."Gallen membuang napas, meletakkan dokumen, lalu menatap Alina dalam diam sejenak. “Memangnya kenapa kalau belum jelas?”Alina menelan ludah. Pria seperti Gallen ini jika sudah membuat keputusan, dunia pun seolah harus mengikutinya.“Ya tentu masalah,” jawab Alina hati-hati. “Kita hanya buang waktu kalau hasilnya tetap
Meskipun wajah Gallen nyaris seperti harimau yang hendak menerkam mangsanya tetapi Alina hanya memasang senyum santai, seolah tak terjadi apa-apa. Satu tangannya menahan lengan Gallen, agar pria itu tidak bergerak.“Bukankah tadi, suamiku bilang,” suara Alina terdengar lebih keras, lebih tepatnya sengaja dikeraskan, “kalau tidak selera makan... kecuali disuapi, hm?”Hal itu tentu memicu reaksi Gallen. Pria itu kini memicingkan matanya. “Jangan macam-macam kamu!” tegurnya rendah tetapi penuh penekanan. Telapak hangat Alina menyentuh pundak tegap suaminya dengan ringan. “Ada pembantu Oma di luar, beraktinglah dengan baik!” katanya lalu mulai menyendok bubur dan mengipasnya pelan dengan satu tangannya.Gallen membeku. Hanya matanya yang bergerak, melirik ke arah pintu yang terbuka lebar. Ia memang sudah melihat Belinda dan pembantu Oma sedang mengepel lantai.“Tapi tidak perlu seperti ini, kan?” Gallen berbalik tanya dengan nada yang sama lirihnya. Namun, raut wajahnya sudah mengendur.
Kalimat terakhir Gallen terdengar seperti perintah. Nadanya tenang, tapi cukup untuk membuat siapa pun tidak berani membantah.Andreas diam sejenak, lalu menunduk sopan sebelum membuka suara dengan hati-hati. “Tapi saya masih tidak mengerti satu hal.”Gallen menoleh ke arahnya. Gerakannya biasa saja, tapi jelas menunjukkan perhatian.“Nyonya adalah anak tunggal. Tuan juga melihat sendiri, ada beberapa foto masa kecil yang menunjukkan Nyonya sangat dekat dengan ibunya. Tapi sikap Bu Yasmin… tidak seperti seorang ibu yang dekat dengan anaknya,” lanjut Andreas.Gallen tidak langsung menjawab. Alisnya hanya sedikit terangkat, tanda bahwa ia mendengarkan.“Biasanya, seorang ibu yang benar-benar peduli pada anaknya akan merasa cukup jika pihak laki-laki sudah bertanggung jawab. Tapi Bu Yasmin justru terlihat sangat antusias saat Tuan datang melamar, bahkan meminta mahar sebanyak itu,” lanjut Andreas. “Lalu saat hari pernikahan, setelah acara selesai, Bu Yasmin langsung pulang. Tidak seperti