Home / Rumah Tangga / Nikah Kontrak Demi Balas Dendam / Bab 56 : Poin Ke 15 Perjanjian Kontrak

Share

Bab 56 : Poin Ke 15 Perjanjian Kontrak

Author: Apple Cherry
last update Last Updated: 2025-05-18 14:41:46

"Tidak masalah pakai pengaman atau tidak, saya memutuskan melakukannya, itu tandanya tau resikonya."

"Maksudnya?"

"Kemungkinan kau hamil," terang Albani dengan santai.

"Apa kau bilang, Al? Bisa-bisanya kau santai begitu." Aileen mulai panik, jadi Albani tak pakai pengaman, ia sampai tidak ingat dan memastikan itu sebelumnya. Siapa yang mengira keduanya akan berhubungan seksual. Sejak awal Aileen tak berpikiran tengang kemungkinan itu terjadi sama sekali.

Aileen masuk ke kamarnya dengan tatapan kosong sambil memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi. Apalagi saat itu Aileen tengah dalam fase ovulasi yang ditandai hasrat seksual meningkat. Namun yang membuat Aileen sampai terbengong bukan hanya karena fakta, Albani tak mengenakan pengaman, tapi melainkan perkataan Albani.

"Tidak masalah katanya, kalau begitu apa aku harus tetap menjadi istrinya sampai melahirkan anakku nanti, lalu dia akan mengambil anakku setelah anakku lahir, apakah begitu?" gumam Aileen. Padahal saat ini dirinya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 59 : Gosip

    "Benar, untuk apa dia di sini?" ucap Albani saat melihat Lenka yang muncul seperti tengah memperhatikan perusahaan Aileen dari kejauhan. "Em apa mungkin dia mencari tau tentang Rio?" sahut Aileen. Karena tidak mungkin Lenka mencarinya, ini pasti ada hubungannya dengan Rio. "Biarkan saja, kita harus makan dan pikirkan itu nanti," jawab Albani lalu keduanya pergi menuju restoran. Aileen tidak merasa lapar saat tadi di kantor, tapi ketika masuk ke area restoran, mendadak mata Aileen sibuk mencari berbagai macam makanan yang ada di buku menu. Ia tertarik dan perutnya langsung keroncongan. "Kau mau makan apa?" tanya Albani, ia sudah menentukan pilihan akan memilih menu apa saat itu. "Em, apa aku boleh pesan yang banyak?" tanya Aileen, ia kelihatan serius dengan mata berkilau menatap Albani penuh harap. Albani sedikit gemas. "Tentu, kau boleh memesan apa pun, sebanyak apa pun. Atau mau pesan semua yang ada di sini juga boleh. Tapi apa kau yakin bisa menghabiskan?" Aileen mengangguk c

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 58 : Hal Yang Mencurigakan

    Aileen masih duduk di kursinya, siapa sangka di hari pertamanya bekerja, ternyata tidak mudah sama sekali. Padahal Aileen sudah mengerjakan beberapa semalam dan sudah diperiksa oleh Hasya, sekertarisnya. Tapi ternyata masih banyak data-data yang harus ia tanda tangani. Apalagi Aileen harus mengeceknya ulang setiap kali ia akan membubuhkan tanda tangannya di setiap dokumen. Tentu saja padahal Hasya sudah memeriksanya lebih dulu, tapi ternyata begitulah cara kerja Aileen. "Hasya, aku sudah kerjakan ini tapi kenapa belum juga selesai ya. Oh Astaga, ini sangat tidak mudah," ucap Aileen sambil menggaruk bibir lalu menghela napas. Tanpa menatap wajah siapa yang barusan masuk ke ruangannya. Ia pikir itu Hasya, tapi ternyata bukan. "Em, mau saya bantu?" Mata Aileen membelalak. Ternyata bukan Hasya, itu jelas suara pria. "Al? Sedang apa kau di sini?" tanyanya buru-buru membereskan dokumen yang acak-acakan di mejanya. Albani mendekati meja Aileen, memeriksa isi dokumen itu. "Saya rasa ini s

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 57 : Kontrak Makan Siang Selamanya

    "Untuk apa kau di sini dan darimana tau alamatku?" tanya Rio. Wanita di depannya tidak mau menjawab, ia hanya melemparkan kunci mobilnya pada Rio. Rio bingung saat menerima kunci mobil ditangannya. "Ini apa?" "Kau yang menyetir, aku akan tunggu di depan saja. Di sini aku mau muntah!" kata ketus wanita itu. Rio menggeram, ia harus bekerja. Baru saja dia memutuskan untuk tetap bekerja di perusahaan Aileen, apalagi dia ingin kembali pada Aileen. Menurutnya tak masalah jika dia dipermalukan di sana, karena ia yakin hubungan Aileen dan suaminya tidak benar-benar seperti suami istri yang sah dan layak. Mungkin saja ada sesuatu yang ditutupi oleh Aileen hingga semuanya nampak sempurna. "Kau! Aku tak mau mengikuti mu!" tegas Rio lalu memberikan kunci pada wanita yang menunggu di depan kontrakannya. Rio melemparkan kembali kunci mobil itu pada pemiliknya. "Hei, kita bicara dulu baru kau putuskan." Wanita itu tetap melemparkan kunci mobilnya lagi pada Rio. "Kau ini mau bicara apa dengan

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 56 : Poin Ke 15 Perjanjian Kontrak

    "Tidak masalah pakai pengaman atau tidak, saya memutuskan melakukannya, itu tandanya tau resikonya." "Maksudnya?" "Kemungkinan kau hamil," terang Albani dengan santai. "Apa kau bilang, Al? Bisa-bisanya kau santai begitu." Aileen mulai panik, jadi Albani tak pakai pengaman, ia sampai tidak ingat dan memastikan itu sebelumnya. Siapa yang mengira keduanya akan berhubungan seksual. Sejak awal Aileen tak berpikiran tengang kemungkinan itu terjadi sama sekali. Aileen masuk ke kamarnya dengan tatapan kosong sambil memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi. Apalagi saat itu Aileen tengah dalam fase ovulasi yang ditandai hasrat seksual meningkat. Namun yang membuat Aileen sampai terbengong bukan hanya karena fakta, Albani tak mengenakan pengaman, tapi melainkan perkataan Albani. "Tidak masalah katanya, kalau begitu apa aku harus tetap menjadi istrinya sampai melahirkan anakku nanti, lalu dia akan mengambil anakku setelah anakku lahir, apakah begitu?" gumam Aileen. Padahal saat ini dirinya

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 55 : Tentang Pengaman

    Meskipun kejadian tadi dianggap selesai karena ciuman tiba-tiba dari Albani. Namun justru hati Aileen makin tidak tenang, karena setelah kejadian tadi dia jadi terus kepikiran akan arti ciuman dari Albani. Apakah itu hanya semata-mata karena akting, atau ada maksud lain. Pada akhirnya Aileen pulang ke rumah bersama Albani, padahal tadinya ia akan pulang sendiri dengan taksi. Yang Albani tau, mungkin pikirnya kemarahan Aileen hanya sekedar akting, karena Aileen bilang sudah sewajarnya istri akan marah jika ada wanita lain yang mendekati suaminya. Padahal kemarahan Aileen itu berawal dari respon alami Aileen yang tak suka, kesal, ingin kabur karena merasa tak punya hak yang benar-benar paten untuk melakukan tindakan menolak, ataupun tindakan tak terima saat suaminya didekati wanita lain. Sepanjang perjalanan itu Aileen hanya diam, Albani pun sama. Pria itu seperti sedang memikirkan sesuatu. Begitu sampai, seperti biasanya Albani membukakan pintu dan Aileen pun turun. "Hari ini bu N

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 54 : Rasa Yang Berbeda

    "Apa?" Aileen memaku sebentar sebelum kesadarannya kembali. Ia lalu menarik tangan Albani ke sisinya. "Kau nggak perlu pukul orang, kan, Al!" tegasnya. Rio memegang ujung bibirnya yang sedikit berdarah. Lalu ia mendekati Aileen. "Kau pulang bersamaku saja, Ai?" "Kau masih berani?!" "Hei, kau sendiri kenapa membiarkan istrimu sedih sendirian? apa yang kau lakukan sampai dia menangis begitu hah!!" tegur keras Rio. Albani meremas telapak tangan. Ia benar-benar marah karena Rio beraninya mengintervensi dirinya. "Rio itu sama sekali bukan urusanmu asal kau tau!" tegas Aileen pada Rio. "Al, kenapa kau malah di sini, kita perlu bicara, Sayang." Marsha muncul lagi menggelayuti Albani dengan lancang. Rio membulatkan mata, tak percaya bahwa ada wanita lain yang mendekati Albani, padahal jelas ada Aileen di depannya. "Ai, kau tak lihat suamimu begitu di depanmu?" tegur Rio pada Aileen. "Lepaskan saya!!" Marsha didorong oleh Albani sampai wanita itu jatuh. "Argh!" Marsha menj

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 53 : Kemarahan Albani

    "Kau baik-baik saja?" tanya Albani pada gadis yang masih diam sejak tadi. Padahal sudah satu jam dari selesainya acara interview di perusahaan, tapi Aileen belum mau berbicara sepatah kata pun. "Kau tau rasanya aku tak merasakan apa-apa saat menatap keputusasaan Rio." "Hem, maksudnya?" "Dia, kenapa masih saja mau menjalani hidup seperti itu setelah disia-siakan Lenka?" "Memangnya apa yang kau harapkan?" Aileen menatap Albani ragu. "Seharusnya tadi dia tidak menerima dengan pasrah, saat kau menempatkan dia di bagian kebersihan, kan. Dia punya gengsi, tapi kenapa dia mau?" "Bukannya itu bagus. Anggap saja dia bertahan saat ini menerima semua takdirnya, itu lebih baik menurutnya karena dia tak punya pilihan. Sedangkan kau, hanya tinggal menyaksikan bagaimana proses dia menghadapi titik terendah dalam hidupnya."Aileen yang berhati lembut tak terbiasa menyakiti orang lain. Ia tak berani bilang pada Albani bahwa sebenarnya ia tidak tega kalau harus menempatkan Rio, yang b

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 52 : Awal Mula Balas Dendam Aileen

    "Rio Fernando Reifan." "Ya, saya Rio Fernando Reifan." "Silakan Anda masuk, Anda sebagai kandidat terakhir." "Baik, terima kasih." Rio harus optimis demi bisa menyambung hidupnya untuk ke depannya. Ia tak bisa mengandalkan siapapun selain dirinya sendiri. Beberapa waktu ke belakang hidupnya sangat suram saat bersama Lenka, ia harus kembali maju dan berhenti terpuruk. Apalagi keberuntungan baru saja memihak padanya. Padahal Rio belum lama melakukan submit cv untuk melamar pekerjaan di sebuah perusahaan baru. Namun ia yakin ia benar-benar beruntung, terbukti saat dirinya dipanggil oleh bagian personalia untuk melakukan tes kerja sebagai karyawan magang. "Selamat siang, Saya Rio Fernan—" Rio tersentak begitu membuka pintu dan melihat dua orang tak asing di depan matanya tengah duduk di kursi kehormatan. Kursi bertulis CEO di sana. "Aileen?" ucapnya kaget sampai kakinya seketika lemas. "Silakan duduk saudara Rio," ucap wanita di depan sana dengan penuh percaya diri

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 51 : Langkah Baru Aileen

    Ada perasaan yang meluap ketika mendapati sikap aneh Albani. Pria itu tidak biasanya mengajak Aileen untuk makan siang bersama. Tapi Aileen jadi cemas, apa mungkin Albani ingin mengajaknya membicarakan sesuatu. Setelah apa yang terjadi, keadaan tak sama seperti sebelumnya, ada rasa canggung dan tak tenang yang menghantuinya. "Kau sudah siap?" Albani muncul, ia sudah rapi dengan setelan jas dan kemeja di dalamnya. "Ya, aku sudah siap daritadi," sahut Aileen. "Baiklah, sebentar saya pakai dasi dulu." "Em, boleh aku bantu?" tawar Aileen. Albani awalnya ragu, tapi ia mempersilakan Aileen membantunya mengenakan dasi. "Sebelumnya aku tak pernah lihat kau pakai dasi, tumben sekali hari ini pakai." "Ya, hanya ingin saja, daripada tidak terpakai di dalam lemari," sahut Albani. Aileen masih memakaikan dasi di leher Albani. Ini pertama kalinya Aileen memakaikan dasi pada seseorang, itu diam-diam adalah impiannya dulu saat masih melajang. Ia pun tersenyum, merasa lucu denga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status