"Shaki? Apa itu benar?'' pertanyaan Rachel menyadarkan Shakira dari ketakutan yang menyergapnya.
Shakira menepis tangan Axel yang ada di lengannya. Ia mencoba menguasai diri dan tersenyum. "Hahaha.... Yang benar saja. Tuan muda bisa – bisanya bercanda seperti itu! Nanti semua orang jadi salah paham lho, hehe...''
"Sayang, Axel ada apa ini?'' Kedatangan Cindy makin membuyarkan ketegangan diantara mereka. Baru kali ini Shakira merasa harus berterima kasih dengan kedatangan gadis manja itu walau sosoknya seperti duri dalam daging baginya.
Cindy langsung bergelayut di lengan Axel yang membuat laki – laki merangkulkan lengannya di pundak gadis itu. "Tidak apa – apa sayang, ternyata aku salah mengenali orang. Kupikir dia orang yang sama. Yuk!''
Axel melangkah pergi sambil merangkul Cindy dari hadapan Shakira yang masih terpaku bergetar hebat. Sementara Rachel segera menyeretnya pergi sambil terus menggumamkan kebingungannya tentang sikap Axel
Axel berdiri di depan mobil dengan amarah yang membuncah sambil mengacungkan jari telunjuknya menantang Martin keluar dari mobil."KELUAR KALIAN!" Bentaknya sambil menggebrak mobil itu sekali lagi. Tiga orang laki – laki berdiri di belakangnya.Setelah pintu terbuka, Shakira dan Martin keluar dari mobil dengan perasaan was - was. Martin hendak berlari menolong Shakira yang langsung di seret menjauh oleh Axel, namun langkahnya langsung di hadang oleh para pengawal Axel. Baku hantam pun tak terelakkan. Shakira mau tak mau ikut melawan Axel demi menolong Martin. Akan tetapi Shakira terperangkap oleh dekapan kuat Axel."Aagk! Lepas! Axel!'' Shakira terus menggeliat agar terlepas dari kungkungan Axel yang bertubuh lebih tinggi besar jika dibanding dirinya."HEI! TUNGGU! Ada apa ini? Kau pria pelanggan yang tadi? Kenapa kau ingin mencari gara – gara terus? Lepaskan Shakira! Jangan kasar pada perempuan!'' Martin menggeram emosi terangah di sela baku
"Maafkan aku pak Martin, aku harus melakukan itu dihadapan bapak, agar bapak bisa segera melupakan aku dengan rasa sakit yang bapak terima hari ini. Tidak apa – apa jika bapak memandangku seperti wanita ja***g atau bahkan pela*** yang menjual diri pada konglomerat! Tidak apa – apa, asal bapak selamat!'' jerit batin Shakira yang berkecamuk tak karuan.Sambil menyisakan tangisnya ia memasuki sebuah kamar kosong yang ada di lantai dua. Ia sengaja memilih kamar dengan posisi terjauh di rumah itu, agar ia bisa menenangkan dirinya tanpa gangguan siapapun, terutama Axel. Hatinya benar – benar remuk redam.Shakira yang dulu memang sempat jatuh cinta pada Martin yang tampan, dewasa dan sangat bertanggung jawab itu kini harus mengubur rasa cintanya dalam - dalam. Walaupun begitu ia sangat tahu diri bahwa umur mereka yang terpaut cukup jauh membuatnya lebih memilih mundur, apalagi ia melihat teman kerjanya juga sangat menyukai managernya itu dengan sepenuh hati.
Siang itu Shakira terbangun dengan keadaan yang masih tanpa sehelai benang pun. Tubuh polosnya tertutupi selimut tebal yang tebal karena udara yang dingin dari AC menembus kulitnya. Shakira menutup wajahnya dengan malu setelah teringat apa yang telah terjadi sebelumnya. Ia memeluk tubuhnya erat – erat dan segera berlari membilas diri di kamar mandi dengan selimut yang melilit tubuhnya. Tidak apa - apa! Toh dia itu suamimu Shakira! Tidak apa - apa! Lagipula ini demi menyelamatkan pak Martin. Dan lagi, aku selalu meminun pil KB itu terus, jadi aku tak akan hamil, sekiranya Axel tak memakai pengaman pun kurasa tidak akan apa - apa. Tapi si brengsek itu sepertinya tak pernah pakai pengaman ya? Aaaahh aku tidak sempat memperhatikannya! Aaaahh sudahlah! Yang penting dengan begini pak Martin terlepas dari cengkraman Axel! Shakira mendesah dalam hati dan mencoba membuang ingatan semua tingkah binalnya demi meredam amarah Axel. Namun semakin ia membuang semakin jelas gambaran
"Kenapa Aksa bisa mengirimkan pesan padamu? Bagaimana dia bisa tahu nomor teleponmu?'' potong Axel dengan suara berat.DEG!Apalagi ini? Oh ya ampun!"Ya mana aku tahu? Aku juga baru selesai video call mama. Kau bilang aku tak boleh keluar kamar, ya sudah aku hanya telepon mama!'' jawab Shakira dengan nada jengkel.Axel terdiam beberapa saat, ''oke, tunggu aku pulang,'' ucapnya beberapa saat kemudian dan menutup telepon dengan seenaknya. Shakira menggeram jengkel bukan main."Ooohh astagaaaa! Apa – apaan sih dia itu? Benar – benar menjengkelkan! Menyebalkan! Haaaaahh!'' Shakira melempar ponselnya ke sofa di sebelahnya. Amelia yang menyaksikan itu hanya bisa membeku tanpa bergerak sedikit pun. Shakira menatap gadis itu dengan penuh iba. Ia terlupa akan keberadaan Amelia yang telah membawa buku – bukunya."Oh Amel, maafkan aku. Letakkan saja buku – buku itu disana dan kau boleh pergi.'' Shakira menatap gadis itu dengan
"Shaki, aku menunggu jawabanmu!'' Axel menatap Shakira yang makin terlihat pucat pasi. Wanita muda itu menelan kebingungannya dalam matanya yang berkaca - kaca. "Ti...dak Axel. Aku memang tadi sempat bermimpi buruk, tapi entah kenapa aku, ehm di mimpiku ada kakak ipar dan, dan entah kenapa setiap ada dia membuatku tak nyaman. Entahlah aku hanya aneh dan takut,'' papar Shakira dengan perkataan yang terputus - putus. Hening sesaat. Axel hanya memandang Shakira beberapa saat lalu pergi meninggalkannya tanpa kata – kata atau pun sikap kemarahannya yang sering meledak – ledak jika ia merasa cemburu pada setiap laki – laki yang dekat dengan Shakira. Hal itu membuat Shakira bertanya – tanya dan kebingungan seketika menderanya. Axel pergi begitu saja? Oh tidak! Apa dia bisa meredam kemarahannya kali ini atau... Atau... Dia... Oh jangan – jangan dia pergi menemui Aksa? Oh tidak, aku harus mengejarnya! Shakira bergegas meninggalkan kamarnya setelah merapikan bu
Malam telah larut, namun Shakira tetap tak bisa memejamkan kelopak matanya. Dia hanya membolak – balikkan badannya dengan gelisah, apalagi Axel tak ada di sampingnya. Sejak laki – laki itu meninggalkannya dengan sikap yang aneh, ia tak lagi menemui Shakira."Aneh sekali dia hari ini, tapi dengan diamnya ini aku jadi semakin takut dengan apa yang akan diperbuatnya. Ya, walaupun kami memang jarang tidur bersama tapi baru kali ini aku merasa sendirian. Rasanya benar – benar tak nyaman. Lebih baik dia mencak – mencak seperti biasanya saja sih, kalau begini aku jadi bingung sendiri harus bersikap bagaimana,'' keluh Shakira dalam hati. Wanita itu memaksakan dirinya untuk memejamkan matanya.Hingga hari menjelang siang, Shakira tak juga melihat sosok Axel yang berkeliaran di dalam rumah, ponselnya pun tak ada pemberitahuan apa pun tentang Axel yang biasanya selalu meramaikan suara benda pintar itu. Bahkan Shakira tak melihat laki – laki yang menj
"Siap...aaaaa.... Aaaahhh....'' pekik Shakira tertahan karena tiba – tiba laki – laki itu mencium lehernya dengan lembut sambil memainkan jari – jarinya di perut Shakira dan membuat wanita itu bukannya bergairah namun malah memekik seperti kesetanan."BRENGSEK! SIAPA KAMU KURANG AJAR! LEPAS!" Shakira mulai memaki dan berusaha memberontak dengan menendangkan kakinya serta mengayunkan sikunya membabi buta. Laki – laki itu melepaskan pelukannya dengan kaget."Wow! Wow! Hei tenang sayang, ini aku.''"AKU SIAPA! BRENGSEK! LEPASKAN AKU! AKU SUDAH PUNYA SUAMI!"Bentakan Shakira membuat laki – laki itu terkekeh, Shakira mengernyit diam seolah berusaha mengenali suara tersebut."Sayang, jangan seperti itu! Masa kau lupa dengan suaraku?''"Axel? Axel lepaskan aku! Jangan main ...'' Tawa laki – laki itu menghentikan ucapan Shakira dan membuat Shakira beringsut menjauh ingin menutupi dirinya dengan bantal."Aks
"Hasyiiiiiimmm...!''"Shakiii... Kau harus ke dokter deh, ini sudah ke sekian kalinya kau bersin – bersin. Aduuuhh... Nggak biasa – biasanya kamu sakit begini sayang.'' Rachel menatap khawatir pada Shakira yang sibuk membersihkan hidungnya yang memerah."Ah iya, nanti malam saja,'' sahut Shakira pendek, ''aku sudah minum obat kok,'' lanjutnya dengan suara sengau saat Rachel menatapnya dengan mata melotot.Saat itu hari beranjak siang, mereka baru pulang dari kantin sedang menunggu jadwal kelas berikutnya sambil berjalan melintasi lorong kelas lain. Shakira tak melihat ada sosok yang terus menatapnya tanpa berkedip, sedangkan ia sibuk berdebar karena tiba - tiba melihat sosok Axel dengan gaya perlente sedang berjalan ke arahnya, membuat para mahasiswi yang ia lewati memekik tertahan karenanya.Oh tidak! Kenapa harus ketemu dia di sini? Bukankah harusnya dia ke kantor? Dia kan nggak ada jadwal kuliah hari ini? Lagipula kelas dia di gedung sebela