Share

Cemburu

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2021-09-25 20:50:31

Tiba-tiba dering bunyi telepon mengganggu keasyikan percakapan mereka. Verrel mengambilkan ponsel Angela di atas nakas. Tanpa sadar sekilas ia menatap nama panggilan yang ada di layar telepon. Wajah Verrel berubah pias tapi ia berusaha menekan emosinya mengingat Angela sedang masa pemulihan.

"Telepon untukmu," kata Verrel pelan.

Angela menerima telepon itu dari tangan Verrel. Ia terkejut saat melihat panggilan dari Yohan di ponselnya. Dengan gugup ia meletakkan piring yang berisikan buah di pangkuannya.  Ia melirik ke arah Verrel, tapi lelaki itu memilih melihat ke arah lain. Dengan gugup Angela mengangkat panggilan dari Yohan.

"Ya, halo," jawab Angela pelan.

"Bagaimana keadaanmu sekarang, sudah lebih baik?" tanya Yohan.

"Ya, aku baik-baik saja," jawab Angela sambil melirik ke arah Verrel.

"Kenapa dari nada suaramu datar saja, apa ada suamimu di sana?" tanya Yohan.

"Ya, kalau begitu sudah ya. Aku mau istirahat," jawab Angela gugup.

"Tunggu!" kata Yohan. Tapi sayangnya Angela sudah buru-buru mematikan teleponnya.

Verrel berbalik melihat ke arah Angela, tatapannya berubah menjadi tidak seramah sebelumnya. "Aku akan pergi dari sini, istirahatlah," kata Verrel pelan. Sepertinya ada sesuatu yang tertahan dan urung ia bicarakan.

"Tunggu!" cegah Angela tiba-tiba.

Verrel berhenti di depan pintu tapi tubuhnya tidak berbalik menatap Angela. 

"Terima kasih karena sudah memperhatikan anak kita," kata Angela.

"Ya, sama-sama ... sekarang istirahatlah," kata Verrel. Ia melangkah pergi meninggalkan kamar Angela. Di dadanya seperti ada sebongkah batu yang menahannya. Rasanya begitu sesak dan menyakitkan. 

Di kamarnya Verrel tidak bisa tidur, ia memilih membuka laptopnya dan menyibukkan diri dengan pekerjaan. Sayangnya, bayangan Angela menelepon Yohan masih memenuhi alam pikirnya. Ia tidak dapat konsentrasi bekerja kalau seperti ini.

"Sial, ia masih saja memikirkan laki-laki itu. Di anggap apa aku ini!" gerutu Verrel. Jari-jari Verrel mengetik kasar di tiap tombol laptopnya.

"Aaargh!" Verrel mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia merasa Angela selalu membuat hatinya seperti rooler coaster.

Terkadang wanita itu seperti menanggapi perasaannya. Tapi terkadang juga menjatuhkan hatinya yang sudah terbang ke awang-awang ke titik terendah.

Verrel sangat mencintai Angela ia tidak ingin jauh darinya. Apalagi perut Angela semakin buncit membuat Verrel bertambah kasihan dan sayang. Ia tidak ingin mengulang kecerobohannya di masa lalu sehingga mengakibatkan kehilangan Angela. Meski sekarang Angela belum ingat sepenuhnya, ia harus tetap berusaha untuk bertahan dan menerima kondisi Angela yang terkadang menyakiti hatinya. Verrel berusaha menahan dirinya untuk tidak emosi di hadapan Angela.

Di kamar Angela menatap langit-langit, ia juga tidak bisa tidur memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Ia tahu Verrel agak cemburu gara-gara Yohan telepon. Tapi, ia juga tidak bisa menghentikan situasi yang telah terlanjur terjadi.

Makin ke sini Angela semakin bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya. Ia harus mencari jawaban, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Angela tidak tahu sejak kapan ia mengalami hilang ingatan. 

Jika ia ingin tahu, maka orang yang perlu di tanyai adalah Verrel. Tapi, melihat wajah Verrel tadi yang di liputi mendung membuat Angela takut untuk menanyainya. Sayangnya, Angela tidak mampu mengingat siapa saja orang yang dapat di tanyai mengenai hubungan mereka. Tapi, Angela tidak akan menyerah, ia harus mencari tahu yang sebenarnya. 

Di sudut lain Clara dan Mark tengah berencana untuk menjenguk Angela. Ia ingin tahu keadaan Angela sekarang. Apakah sudah baik-baik saja. 

"Sayang, cepatlah apa yang sedang kau lakukan di kamar mandi selama itu?" tanya Mark.

"Sebentar lagi!" seru Clara dari dalam kamar mandi. Ia sedang penasaran karena sudah dua minggu tidak mengalami menstruasi. Secara diam-diam ia membeli tespek untuk mengobati rasa penasarannya.

Clara menutup matanya sejenak, ia memicingkan matanya saat melihat alat penguji tes kehamilan itu. Jarinya satu persatu terbuka, matanya membelalak kaget ketika ia melihat dua buah garis merah terpampang dengan jelas.

"Apa, aku hamil?" gumam Clara. Ia langsung buru-buru menyembunyikan hasil tespek itu. Entahlah, ia belum siap mengatakannya pada Mark. Clara juga belum tahu apa Mark siap dan mau menjadi seorang papa. 

Dengan wajah di tekuk Clara keluar dari kamar mandi. Ia kaget karena melihat Mark sudah berdiri di depan pintu. "Kenapa kau melihatku sangat terkejut seperti itu?" tanya Mark mendekati Clara yang masih memakai bathrobe.

"Kau belum berganti pakaian?" tanya Mark. Jemarinya tiba-tiba menyusup di sela lipatan kimono bathrobe yang masih di pakai Clara. 

"Aaah," desis Clara ketika Mark berhasil meremas bukit kembarnya yang belum memakai bra.

"Hentikan, kau nakal sekali," ucap Clara memukul dada bidang Mark. 

"Sebentar, ijinkan aku mencecapnya dulu sebelum kita pergi," pinta Mark. Clara tidak ada alasan menolak keinginan Mark. Karena sekarang ia sudah mulai terbiasa dengan sentuhan lelaki itu. 

Mark menarik tali bathrobe Clara, ia meraba dua buah gundukan kenyal itu lalu menghisap puncaknya bergantian. Saking gemasnya, Mark meninggalkan jejak kissmark di sana. Clara hanya bisa membalasnya dengan desisan perlahan. Bagian inti bawahnya juga telah berkedut seperti meminta untuk di masuki.

Mark menurunkan resletingnya, ia hanya mengeluarkan miliknya saja meskipun ia masih berpakaian lengkap. Hanya bagian miliknya yang menegang yang ia keluarkan kemudian ia tancapkan di bagian inti Clara. 

Desisan suara lirih itu berubah menjadi desahan yang lebih keras. Bathrobe Clara akhirnya teronggok di lantai. Tubuhnya polos tanpa mengenakan sehelai benangpun. Sementara Mark malahan masih memakai lengkap kemejanya dan celananya. Ia hanya mengeluarkan miliknya yang menegang di hujamkan ke dalam inti Clara.

Dengan sedikit gerakan cepat Mark memompa Clara, ia tidak ingin bermain terlalu lama. Yang penting hasratnya segera tuntas, karena setelah ini mereka harus pergi ke rumah Verrel.

 

Tidak memakan waktu lama hasrat mereka telah berada di puncak. Mark juga berhasil menanamkan benihnya di rahim Clara. Ia mencium Clara sebagai ucapan terima kasih.

"Eeemh, terima kasih sayang. Maaf kalau hari ini terlalu cepat," kata Mark mencium puncak kepala Clara.

----Bersambung---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nikah Kontrak   Happy Ending

    Para tamu undangan telah datang memenuhi ballrom Hotel Diamond untuk datang memberikan selamat pada sepasang pengantin baru. Chika tampak memakai balutan gaun berwarna broken white serasi dengan setelan jas yang di pakai Saga.Chika merasa tegang karena baru kali ini ia menikah secara resmi di hadapan publik. Yang lebih mengesankan lagi pernikahan itu merupakan pernikahan ganda antara Chika dan Saga, Devan dan Viona. Sungguh di luar dugaan bagi Angela. Ia bergelayut mesra di lengan suami tercintanya Verrel. Demikian juga Mark dan Clara cukup lega menyaksikan putrinya berbahagia bersama dengan orang yang di cintainya.Bunga-bunga rose berwarna putih, lily putih dan baby breath menghiasi dekorasi pernikahan. Tampak meja-meja tamu sudah di penuhi pengunjung yang menyantap hidangan makanan yang di tawarkan. Di setiap sudut ruangan di hiasi bunga-bunga kering yang sudah tertata apik.Semua tamu tampak kagum dengan pasangan pengantinnya yang tampil sempurn

  • Nikah Kontrak   Bersama Selamanya

    Wajah Frans murung, hari ini adalah hari pengambilan raport kelulusannya di TK. Semua anak datang bersama kedua orang tuanya, Frans di temani Chika. Dalam hati sebenarnya Frans ingin seperti teman-temannya. Hanya saja ia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Ia takut jika mamanya akan sedih.Chika mendapati Frans diam tidak seperti biasanya. Sementara tatapannya tertuju pada temannya yang sedang bercanda tawa dengan papanya membuat Chika cukup mengerti. Ia lalu mengambil ponsel dalam tasnya. Mengirimkan pesan pendek untuk Saga.Di kantor Saga tengah sibuk mengetik di laptopnya. Sekilas ia melihat ponselnya menyala. Bibirnya tersenyum manakala membaca pesan singkat dari Chika. Ia segera meraih jasnya. Lalu meninggalkan pesan pada asisten pribadinya untuk menghandel pekerjaan hari ini.Di sekolah semua anak mendapatkan jatah giliran pentas bersama kedua orang tuanya. Sang anak membacakan puisi lalu kedua orang tua mendampingi di kanan kirinya.Satu persat

  • Nikah Kontrak   Perceraian

    "Ma, apa benar Frans memang putraku?" tanya Saga sembari menangis di depan Angela. Ia merasa seperti orang bodoh tidak tahu apa-apa."Ya, akhirnya kau sudah tahu juga," kata Angela.Saga tercengang, ternyata kedua orang tuanya sudah tahu kebenarannya. Lalu mengapa mereka menyembunyikannya?"Kenapa mama tidak mengatakannya padaku? Aku merasa seperti orang paling bodoh, Ma. Putraku sendiri memakiku, membenciku, aku bisa melihat kemarahan di bola matanya," kata Saga."Itu karena Chika melarangku, aku juga tidak ingin melukai hatinya," kata Angela."Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Putraku tidak mau menerimaku," keluh Saga."Kau harus bisa meraih hatinya. Bayangkan ia besar tanpa kasih sayang seorang papa. Frans sering melihat Chika bersedih sendirian. Sebagai seorang anak yang sangat menyayangi mamanya wajar jika dia ikut terluka.""Baiklah, Ma. Saga akan berusaha keras untuk mengambil hati Frans," kata Saga kemudian."Bagus,

  • Nikah Kontrak   Sebuah Kebenaran

    Dering suara telepon mengagetkan Chika dari aktivitasnya dengan Saga."Sudah, biarkan saja. Tanggung," kata Saga.Chika mendorong tubuh Saga. Ia yakin jika yang sedang menelepon adalah putranya. Dengan baju yang sudah terlihat berantakan Chika meraih ponselnya. Benar, memang Frans yang meneleponnya."Mamaa!""Cepat pulang!" teriak Frans di telepon."Iya, sayang. Sekarang juga mama pulang," kata Chika menghibur Frans. Ia lalu mematikan ponselnya.Saga langsung mengambil ponsel Chika dengan paksa, untung saja Frans sudah memutus panggilannya. Saga memeriksa riwayat panggilan Chika. Di sana ada gambar foto bocah tampan mirip dirinya."Jangan bilang, jika anak ini adalah putraku," kata Saga. Ia kembali menatap foto Frans lebih dekat lagi. Chika segera merebutnya. Ia tidak ingin Saga tahu jika dirinya sudah memiliki seorang anak."Lima tahun kau menghilang, anak ini juga berusia lima tahun. Itu berarti kemungkinan besar

  • Nikah Kontrak   Terjebak Di Villa

    "Minumlah, agar tubuhmu menjadi hangat," ucap Saga."Terima kasih."Chika tidak langsung meminumnya karena masih terlalu panas. Ia memilih meletakkannya di atas meja."Masih terlalu panas, aku akan meminumnya nanti," ucap Chika."Tunggu sebentar."Saga beranjak dari tempat duduknya ia melangkah menuju ke dapur. Tangannya membuka pintu lemari mengeluarkan beberapa bungkus mie instan. Ia tidak tahu apakah Chika mau mengonsumsi mie instan atau tidak.Ia pun mengambil panci dan memenuhinya dengan air. Setelah mendidih ia masukkan mie nya ke dalam panci. Sambil menunggu mie nya masak ia menyiapkan mangkuknya.Chika merasa sudah terlalu lama Saga meninggalkannya. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya mencari keberadaan Saga. Melihat Saga tengah memasak di dapur membuat nafasnya sedikit sesak. Ia tidak suka melihat kebaikan Saga. Hatinya bisa saja luluh lantah kalau di perlakukan seperti itu.Tidak seharusnya suas

  • Nikah Kontrak   Orang Yang Sama

    Saga mengikuti langkah Axella dari belakang. Kebetulan restorannya tidak begitu ramai sehingga mereka leluasa memilih tempat yang nyaman. Rupanya Chika memilih tempat di dekat jendela yang menghadap ke arah air terjun kecil. Di luar jendela terlihat taman landscape menghiasi sekitar restoran.Para pengunjung restoran merasa nyaman untuk berlama-lama di sana. Di dinding hotel banyak terpajang lukisan klasik dan ornamen unik yang tidak ada di tempat mana pun."Kenapa kita kesini? Bukankah seharusnya kita langsung ke lokasi untuk meninjau tempatnya," kata Axella."Jangan terlalu terburu-buru, Nona Axella. Saya tidak ingin Anda kelaparan di jalan hanya karena kurang makan," kata Saga sambil tersenyum.Chika malas membantah perkataan Saga. Ia lebih memilih melihat buku menu yang ada di depannya. Saga memberi isyarat pada pelayan untuk menghampirinya."Saya akan segera kembali membawa pesanan Anda."Chika kembali terpaku pada pem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status