Mark tidak ingin mengatakan yang sebenarnya pada Angela. Ia tidak ingin merusak hubungan pernikahan Angela dengan Verrel. Meskipun ia merasa kecewa dengan apa yang baru saja ia ketahui. Kekecewaannya karena gadis kecil yang selama ini ia cari sudah menikah dengan saudara angkatnya.
Angela merasa Mark bersikap tidak seperti biasanya, ia lebih banyak diam tidak berbuat banyak ulah. Ia tidak lagi ceria seperti kemarin. Tapi Angela tidak berani bertanya terlalu mendalam karena ia baru mengenal pria itu.
Saat berpapasan Mark memilih menghindar dari Angela. Kalau Angela lagi menonton TV, Mark memilih di dalam kamar. Tapi Angela tidak menganggap itu suatu yang berarti besar, karena yang terpenting hubungannya dengan Verrel baik-baik saja.
Saat Mark mencari minuman di kulkas, Angela tengah duduk menikmati buah asamnya. Ia melihat Mark seperti buru-buru melewatinya.
Kaki Angela di jegalkan di depan Mark, hingga membuat lelaki itu hampir terjatuh.
"Maa
Angela melihat Verrel dengan tatapan kecewa, ia meminta asisten rumah tangga untuk membuatkan jahe hangat buat meredakan mabuknya."Minumlah," kata Angela menyodorkan secangkir jahe hangat untuk Verrel. Tetapi lelaki itu lemah tak berdaya, akhirnya terpaksa Angela yang menyuapinya sesendok demi sesendok air jahenya. Lalu ia letakkan di atas nakas."Kenapa kau mabuk? Seharusnya, kau bisa menolak permintaan mereka!" kata Angela penuh amarah. Angela tidak tahan dengan bau alkoholnya, ia langsung berlari menuju kamar mandi dan muntah-muntah. Sepertinya dia bisa gila jika satu kamar dengan Verrel. Bau alkohol yang menyengat membuatnya ingin muntah terus."Kau tidur saja di sini, aku tidur di kamarku atas. Percuma aku marah pada orang mabuk, kau tidak akan mendengar," kata Angela.Tiba-tiba tangan Verrel mencekal lengan Angela. "Jangan tinggalkan aku," kata Verrel lirih.Angela mengibaskan pegangan Verrel karena perutnya kembali mual-mual jika berd
"Aku tidak akan lagi menangis, jika kau memang sudah bosan denganku, karena aku sekarang gendut, tidak lagi langsing seperti dulu. Kau melirik wanita lain yang lebih seksi, lebih baik kau tinggalkan aku," ucap Angela dingin.Verrel tahu istrinya sedang marah dan ia paham dirinya pantas mendapatkan amarah dari Angela. Wanita mana yang tidak akan cemburu melihat suaminya pulang malam-malam bersama wanita lain."Bukan begitu, sedikit pun aku tidak pernah berpikir berpaling darimu. Apalagi dalam perutmu ada buah cinta kita," kata Verrel. Ia berusaha merengkuh tubuh Angela tapi Angela menepisnya lagi."Angela, aku minta maaf ... apakah kau belum bisa memaafkanku?" Verrel masih menunggu jawaban dari Angela. Ia sebenarnya tidak suka terjadi perang dingin dengan istrinya."Apa kau pikir semudah itu aku memaafkanmu?" Angela menatap nanar pada suaminya."Angela dulu ketika kasusku dengan Hellen kau percaya padaku, sekarang tidak bisakah kau mempercayai
Mark melihat keduanya sudah baik-baik saja, tidak ada lagi pertengkaran bahkan terlihat lebih mesra. Antara senang dan sedih ia melihat kenyataan itu. Senang karena Angela tidak lagi merasa bersedih, sedih karena ia merasa bukan siapa-siapa di hadapan Angela."Ehem, sepertinya ada yang bahagia nih pagi-pagi," goda Mark mencairkan suasana. Ia tidak ingin terlihat jika dirinya cemburu melihat kebersamaan mereka."Mendingan kamu segera menikah sana, agar tidak ngiler liat kemesraan kami," ejek Verrel."Lagian juga, kenapa kau masih tinggal di sini. Apa kamu tidak punya uang untuk tinggal di hotel?" tanya Verrel."Kenapa? Kau merasa terganggu!" balas Mark tidak terima.Angela menengahi keduanya. "Eeh, sudahlah, tidak ada yang boleh bertengkar lagi di sini," ucap Angela.Verrel dan Mark masih bersitegang, kemudian Mark pergi meninggalkan Verrel dengan menginjak kaki Verrel."Aduh, awas ya." Verrel berlari mengejar Mark yang terlebih
"Sana-sana pergi, menjauhlah dari kami," usir Verrel. Ia merasa Mark seperti hantu yang selalu datang mengganggu."Sudah cari gadis sana, jangan membuntuti kita," lanjut Verrel."Malas, mereka tidak ada yang cocok denganku," jawab Mark."Cobalah untuk berkenalan dengan gadis lainnya daripada kau memikirkan teman masa kecilmu. Mungkin sekarang dia sudah menikah," bujuk Verrel lagi.Mark terdiam, ia melihat ke arah Angela lalu berganti ke arah Verrel. "Aku ingin istri seperti kakak ipar, apa ada lagi stoknya," ucap Mark yang sempat membuat kaget Verrel. Tidak mungkin anak itu naksir istrinya, pikir Verrel."Tidak ada, di dunia ini hanya ada satu. Lagi pula aku tidak suka jika wanita yang aku cintai di lirik pria lain, ucap Verrel.Angela menjadi bingung dengan pernyataan Mark, kenapa dia bilang seperti itu. Menurutnya itu bisa memecah belah dirinya dengan Verrel."Bisa tidak kalian berhenti bertengkar memperdebatkan hal yang
“Maaf, suaminya sedang keluar saya adik iparnya," kata Mark."Kalau begitu tolong sampaikan, operasi berjalan dengan lancar. Sekarang pasien sedang istirahat," kata dokter."Baik, namti akan saya sampaikan," kata Mark."Kalau begitu, kami pamit untuk melihat kondisi pasien lainnya," kata dokter."Silahkan, sebelumnya terima kasih banyak," ucap Mark."Sama-sama."Mark melihat kondisi Angela dari balik kaca, ia tidak tega jika menyampaikan berita itu padanya. Tentu ia sangat terguncang jika mengetahui bayinya sudah tidak ada.Kasihan Angela, kenapa dia bisa mengalami nasib naas ini. Aku harap Verrel tidak menyalahkannya. Tapi ... jika di lihat dari wajahnya tadi dia sanfat marah pada Angela, batin Mark.Verrel tak kunjung datang meskipun Angela sudah siuman, Mark akhirnya masuk ke dalam ruangan untuk menjenguk Angela."Bagaimana keadaanmu?" tanya Mark."Seperti yang kau lihat, tubuhku masih sakit semua.
Verrel kembali pulang dalam keadaan mabuk, di depan pintu sudah menunggu Mark yang menghadang langkahnya."Sejak kapan kau suka melampiaskan amarahmu dengan mabuk-mabukan!" sentak Mark."Minggirlah ... aku mau lewat." Verrel berusaha menerobos Mark. Tetapi lelaki itu tetap menghadangnya. Hingga Verrel jatuh terjerembab. Ia berusaha bangkit tertatih-tatih, mencoba memukul Mark tetapi tidak sampai. Mark sekali lagi membuat lelaki itu jatuh terjengkang."Apa maumu! Hah!" bentak Verrel. 8a sudah tidak bisa menguasai tubuhnya yang sempoyongan."Seharusnya kau berada di rumah sakit, menemani Angela. Dia sudah sadar, mencarimu, menunggumu tapi kau tidak kunjung datang," terang Mark."Kau saja yang menemaninya, bukankah sudah bertahun-tahun kau mencarinya! Kurasa kalian akan menjadi pasangan yang serasi!" jawab Verrel seenaknya.PLAKK!Sebuah tamparan menyakitkan mendarat di pipi Verrel. Lelaki itu mengusap darah yang keluar dari sudut
Saat tiba di depan pintu kamarnya, Verrel melihat Angela dari balik kaca. Terlihat Mark tidur menelungkupkan tangannya, dan kepalanya bersandar di tepian ranjang. Mark tidak sadar jika tangannya saat itu menggenggam tangan Angela."Sial, kupikir kau akan merasa kehilangan setelah kepergian bayi kita. Ternyata kau merajut kasih dengan mantanmu," ujar Verrel lirih. Tangannya mengepal erat, hingga buku-bukunya terlihat jelas.**Angela terbangun dari tidurnya, ia kaget mendapati Mark di sampingnya menenggelamkan kepalanya di antara kedua lengannya. Sudah dua hari dia di rumah sakit tapi tak sekalipun Angela mendapati Verrel menjenguknya. Padahal ia sangat berharap Verrel mendampinginya di saat dia sakit. Hari ini adalah hari kepulangannya, meskipun badannya masih terasa sakit tetapi ia bersikeras meminta pada Mark untuk mengurus semua administrasinya.Angela sengaja tidak memberitahu orang tuanya karena ia tidak ingin menjawab pertanyaan yang membuat hatinya
Angela sudah sampai di rumahnya, ia tidak mendapati Verrel di sana. Sepertinya Verrel belum pulang. Mark dengan di bantu beberapa pelayan membawa barang bawaan yang di keluarkan dari bagasi mobil. Angela masih sangat lemah, dengan di bantu dua orang pelayannya ia memasuki kamar. Lalu merebahkan dirinya di atas ranjang sembari menahan sakit di perutnya. Sebetulnya Angela tidak di perbolehkan pulang. Akan tetapi ia terus memaksa Mark agar membawanya pulang.Setiap hari memikirkan Verrel yang tak kunjung datang menjenguknya, membuat hatinya bagai teriris sembilu. Ia tahu jika Verrel marah padanya karena tidak mau menjaga bayi mereka. Bukannya tidak mau, lebih tepatnya ia teledor.Angela memandangi langit-langit kamarnya, ia merasa kesepian tanpa kehadiran suaminya. Tak lama kemudian muncullah Mark di depan pintu, melihat Angela melamun sendirian, lagi-lagi membuatnya kasihan.Andai dirinya yang di inginkan Angela, pasti dengan senang hati ia sudah