Home / Rumah Tangga / Nikahi Mantan Istriku / 1. Konspirasi Jahat

Share

Nikahi Mantan Istriku
Nikahi Mantan Istriku
Author: Pena Asmara

1. Konspirasi Jahat

Author: Pena Asmara
last update Last Updated: 2022-03-20 19:14:34

 

"Dasar perempuan hina! Tidak punya rasa malu! Tidak punya kehormatan....! Bisa-bisanya Kau bermesraan di rumahmu sendiri." Wajah Hendra memerah karena amarah, menatap tajam ke arah Arini.  Memaki-makinya sambil menunjuk-nunjuk wajah istrinya tersebut.

 

" Kamu salah paham Mas," jawab Arini sembari menangis. "Aku bisa jelaskan semuanya." 

 

"Plakk!!" 

 

Hendra menampar Arini keras, hingga hampir membuatnya jatuh terhuyung.

Wajah Arini memerah karena tamparan keras dari Hendra.

 

"Alasan apa lagi yang mau Kau buat! Kurang jelas apa lagi jika mataku sendiri yang menyaksikan kau sedang bermesraan dengan tukang ledeng itu!" tuduh Hendra sembari menunjuk ke arah Kunto yang hanya bertelanjang dada, dan Kunto hanya diam tertunduk saja.

 

"Kamu salah paham Mas," sanggah Arini sembari menangis terisak. Telapak tangannya masih menutupi pipinya yang memerah bekas tamparan tadi. 

 

"Ini tidak seperti yang Mas lihat dan  pikirkan." Arini berusaha untuk menjelaskan kepada suaminya tersebut. 

 

"Aku tidak melakukan apapun dengan Kunto." Kembali Arini berusaha untuk meyakinkan Hendra.

 

"Mas Kunto, coba bantu saya untuk menjelaskan, bahwa kita tidak melakukan seperti apa yang Mas Hendra tuduhkan."

Sembari Arini menoleh ke arah Kunto. Pipinya masih terlihat memerah, airmata sudah menggenangi wajahnya.

 

"Kunto ... coba kau jelaskan kepadaku, apa yang sudah terjadi di antara kalian?" tanya Hendra tegas sambil menatap kearah Kunto

 

"I-i~bu coba merayuku Tuan. Di-di~yah mencoba menggoda dan ingin memeluk," jawab Kunto atas pertanyaan Hendra.

 Arini terpana menatap Kunto, dia seperti bingung, matanya terbelalak seperti tidak percaya mendengar ucapan tukang ledeng tersebut.

 

"Kau dengar sendiri penjelasan Kunto, Arini ... mau menyangkal apalagi  sekarang!" Hendra merasa di atas angin. Menatap wajah Arini dengan senyum menghinakan. 

 

"Demi Tuhan dia berdusta Mas," jawab Arini cepat, sembari telunjuknya diarahkan kepada Kunto, matanya memancarkan kemarahan.

 

"Kau telah berkata dusta Kunto! Berani-beraninya kau berkata bohong dan memfitnah Aku." Arini menghusap air matanya sembari terisak Isak. Dadanya mulai terasa sesak. 

 

"Apa yang di katakan Kunto tidak benar Mas." Arini terus berusaha meyakinkan Hendra. 

 

"Apa yang dikatakan Kunto tidaklah benar...." Arini kembali mengulangi jawabannya. Tubuh Arini Luluh berjongkok di lantai, kedua tangannya menutupi wajahnya, sembari menangis terisak-isak.

 

"Sudahlah Arini ... berhentilah Kau pura-pura bersandiwara. Aku sudah tidak lagi percaya dengan ucapanmu." Hendra masih memandang sinis. Arini berdiri perlahan, tubuhnya terlihat lunglai

 

"Aku istrimu Mas, Aku setia padamu, tidak mungkin menghianatimu." Suara Arini terdengar lirih, matanya sembab, bibirnya bergetar.

 

Sementara Kunto masih berdiri terdiam, berada di ujung pertemuan antara tembok dan westafel. Sekilas Arini menatap Kunto dengan raut keheranan, matanya terlihat hampa. Dia tidak menyangka jika Kunto berani berkata dusta. 

 

"Kau bisa saja berikan seribu alasan, tetapi mataku melihat sendiri segala perbuatanmu. Ditambah lagi dengan keterangan Kunto, semakin meyakinkanku jika Kau memang sudah berselingkuh."

 

Hendra menoleh kearah Kunto. "Sekarang kau boleh pergi Kunto." Pria itu segera bergegas pergi menjauh, masih dengan bertelanjang dada dan membawa pakaiannya yang basah.

 

"Aku hanya memberikan baju ganti kepada Kunto, Mas? Karena melihat bajunya basah terkena cipratan air westafel yang mampet. Di saat Aku sedang memberikannya baju ganti, Kunto malah langsung memelukku." Lagi-lagi Arini berusaha untuk kembali menjelaskan, bahwa yang dilihat Hendra bukanlah hal yang sebenarnya. 

 

Hendra membuang wajah dari tatapan Arini, dan tidak mau lagi melihat wajahnya.

 

"Sekeras apapun kau berusaha menjelaskan, aku tidak akan pernah lagi percaya padamu." Hendra lantas berbalik membelakangi tubuh Arini. 

 

Tiba-tiba Arini memeluk Hendra, mendekap tubuh suaminya tersebut dari belakang, menangis di punggung Hendra. 

 

"Aku bersumpah demi nama Tuhan Mas ... aku tidak pernah berkhianat kepadamu, percaya aku, Mas...." Kemeja Hendra sudah basah dengan limpahan air mata Arini.

 

Hendra melepaskan tangan Arini dari perutnya dengan kasar. Lantas berbalik dan langsung mendorong tubuh istrinya tersebut agar menjauh darinya. Terjatuh Arini karenanya, tubuhnya terjerembab terduduk di lantai.

 

Jari telunjuk Hendra diarahkan ke wajah Arini.

 

"Segeralah Kau kemasi barang-barangmubarang-barangmu. Silahkan bawa saja apapun yang kau mau.

Aku tidak ingin lagi melihatmu ada di rumah ini lagi!" Arini menatap Hendra penuh kesedihan, seperti tidak percaya dengan apa yang sudah  Hendra ucapkan padanya.

 

"Saat ini juga kuceraikan dirimu. Dan Kujatuhkan talak tiga kepadamu!" sentak Hendra keras. Ini memang untuk yang ketiga kalinya kata cerai terucap dari bibirnya, setelah sebelum-sebelumnya mereka rujuk kembali. Arini memang selalu memaafkan dan menerima kembali, namun kali ini dia benar-benar tidak menyangka jika ucapan cerai itu kembali terucap dari mulut suaminya. 

 

Arini diam termangu, wajahnya tertunduk lemas, sepertinya dia sudah pasrah dengan keputusan Hendra.

 

÷÷÷

 

Dua hari sudah Arini pergi setelah terusir dari rumah. Arini sepertinya kembali ke rumahnya yang dulu. Arini memang hanya tinggal sebatang kara saat Hendra mulai mengenalnya.

 

Telepon di Ruang kerja Hendra berbunyi

 

"Orang yang bapak tunggu sudah ada di ruangan saya, apa langsung di suruh masuk, Pak?"

 

Susan sekertaris pribadi Hendra yang menelpon dari luar ruang kerja Hendra. 

 

"Yah Susan, suruh langsung masuk saja."

 

"Baik pak."

 

Pintu ruang kerja Hendra terbuka, tamu yang dia tunggu segera masuk

 

"Silahkan duduk" Hendra mempersilahkan tamunya tersebut untuk duduk.

 

Hendra membuka laci mejanya, mengambil sebuah amplop  yang cukup besar yang memang sudah dia persiapkan sebelumnya, dan menaruh di atas meja kerjanya. 

 

"Ini uang 10 juta seperti yang sudah kujanjikan kepadamu." Sambil mendorong uang itu ke tamunya.

 

Hendra mengulurkan tangan kepada tamunya tersebut. "Terimakasih atas kerjasamamu Kunto, kita berdua memang berbakat tuk jadi Aktor film" ujar Hendra sembari tertawa lepas.Kunto pun segera menjabat tangan Hendra, dan mereka pun berdua tertawa bersama.

 

Setelah Kunto pergi meninggalkan kantor Hendra. Tidak beberapa lama, Susan sekretaris Hendra pun masuk ke dalam ruangan. Berputar ke belakang Hendra yang masih terduduk di bangkunya.

Dipeluknya leher Hendra dari belakang. Dikecupnya pipi Hendra lembut, berbisik  pelan di telinga bosnya tersebut. 

 

"Kapan kau akan menikahiku, Mas?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nikahi Mantan Istriku   29. Benar Benar Bahagia

    Sama seperti halnya Kunto, dibayar berapa Mas Adrian untuk mengikuti apa maunya Mas Hendra. Aku harus mencari tahu, tentang hal ini.Seperti biasa, Mas Adrian sudah pulang sebelum jam sembilan malam. Sengaja aku tidak menyambutnya, hanya berdiam diri saja di kamar. Selepas membersihkan diri di kamar mandi, Mas Adrian masuk kamar dan berganti pakaian, aku berpura-pura sudah tertidur. Adrian lalu keluar, setelah meletakkan beberapa lembar uang belanja di meja rias. Aku menunggu Mas Adrian melepas lelah, setelah itu, ingin bicara dengannya."Aku ingin bicara mas," kataku, duduk di bangku sebelahnya di ruang tamu. Saat Mas Adrian sedang asik membaca kitab."Mau, bicara apa, Dek?" tanyanya, sembari menutup kitab bacaannya, dan meletakkan di atas meja."Mas Adrian, jijik sama aku?" terdiam sesaat Adrian, mendengar pertanyaanku."Maksudnya apa yah,dek? Mas, kurang paham.""Jujur saja, Mas ... Apa yang membuat Mas Adrian jijik padaku? Bahkan tidak pernah mau menyentuhku! Aku lelah dengan pern

  • Nikahi Mantan Istriku   28. Konspirasi Yang Terbongkar

    3 bulan sudah pernikahan sandiwara ini berjalan. Zahra sudah semakin dekat dan manja denganku. Ditambah dengan adanya Atika di rumah ini, semakin membuat Zahra terlihat bahagia, dan tubuhnya pun lebih gemuk sekarang.Sedangkan Mas Adrian, tidak ada yang berubah pada dirinya. Dia selalu memperlakukan aku dengan baik dan bertanggung jawab pada keluarga.Tetapi ... tidak pernah menyentuhku.Aku ingin dia memperlakukan aku layaknya seorang suami terhadap istrinya. Memberikan keteduhan dan kedamaian ke dalam sebuah pelukan kehangatan dan perlindungan. Mas Adrian seperti menjaga jarak, tidak ingin menyentuh dan tidak ingin disentuh. Berkutat hanya dengan membaca buku dan kitab. Menunggu sampai aku terlelap, baru kemudian memasuki kamar dan tertidur di kasur lantai.Pernikahan sandiwara ini telah menjerat dan mengikatku pada sebuah kenyataan. Bahwa aku merasakan kenyamanan pada pria lain selain Mas Hendra. Bahkan terkadang, jika Mas Hendra menelpon, aku mulai merasakan ketidaknyamanan. Teru

  • Nikahi Mantan Istriku   27. Menyimpan Rasa Cemburu

    "Terserah Dek Arini saja, jika dia bersedia, aku persilahkan saja," ujar Adrian. Kembali melemparkan bola panas terhadapku.'Menjengkelkan pria ini' bathinku menggerutu."Kamu tidak perlu ijin Adrian, Arini ... pernikahan kalian kan hanya sandiwara, kamu harus ingat itu," ketus Hendra kepadaku, sepertinya itu juga cara Hendra untuk menyindir dan mengingatkan Adrian. Hendra memang benar, itu memang rencananya, aku dan Adrian pun menyetujuinya."Aku dan Mas Adrian memang menikah sandiwara, tetapi pernikahan kami sudah memenuhi syarat hukum agama," jelasku kepada Hendra."Selama aku menjadi istrinya, terlepas itu sandiwara ataupun bukan, aku harus tetap meminta persetujuannya, sebagai pemilik sah atas diriku," jawabku tegas. Hendra terdiam, begitupun Adrian."Kamu juga, Mas Adrian. Jangan berlepas tanggung jawab atas diriku, menurut hukum agama aku sah milikmu, tidak pantas jika Mas menyerahkan keputusan ini kepadaku, karena aku masih di bawah tanggung jawabmu." Aku langsung berdiri meni

  • Nikahi Mantan Istriku   26. Permainan Baru Dimulai

    "Istirahat saja ya, Dek. Jangan dibawa aktivitas dulu, Mas ambil libur saja hari ini, biar bisa bantu-bantu Adik di rumah dulu." Saatku duduk di pinggir ranjang. "Iya, Mas tidak usah kerja dulu," pintaku. Sesungguhnya bukan karena cengeng, tetapi panggang juga, melihat Mas Adrian tidak pernah sepi mencari penumpang selama kami menikah. Mas Adrian lalu menuju ke lemari pakaian, membuka bajunya untuk berganti pakaian. Ada desiran halus yang mengalir di dadaku, melihat tubuh telanjangnya, walaupun hanya di bagian pinggang. Kucoba tetapi mungkin menahan debar, tidak dengan langkahku yang malah memilih untuk mendekatinya. "Mau kemana, Dek. Jangan banyak bergerak dulu jika masih sakit," sarannya, lalu mendekatiku, dengan masih bertelanjang, sambil memegang baju ganti di tangan. Aku langsung memeluknya, memeluk tubuh tegapnya. Ada kehangatan dan mengalir di dalam ragaku. Entahlah, aku mungkin seperti perempuan yang tidak tahu malu, tetapi ... Mengapa juga kuharus malu, jika tubuh yang kup

  • Nikahi Mantan Istriku   25. Rasa Yang Tak Terduga

    "Ingin meminta tolong Mbak Lasmi, tapi aku tidak tega membangunkannya." Lanjutku Penjelasan."Iya,i-ya.dek," ucapnya tergagap. "Di sini keriknya, dek?""Di dalam kamar saja, yah Mas." Aku melangkah ke dapur, untuk mengambil sedikit minyak sayur. Tertahan langkahku, Mas Adrian memegang tangan."Adek mau kemana?" "Ke dapur Mas, ingin mengambil sedikit minyak sayur untuk kerikan," jawabku."Biar Mas yang ambil, adek tunggu di kamar saja." Bergegas berdiri Adrian melangkah menuju dapur.Aku segera masuk ke dalam kamar, menyiapkan uang logaman lama yang memang sengaja kusimpan untuk kerikan. Membuka pakaian atas dan penutup payudara.Terlihat Mas Adrian sangat grogi saat masuk kamar dan mulai mendekat. Hanya menunduk dan terlihat serba salah. Duduk di belakang tubuhku, di atas tempat tidur."Di-di, ke-ke'riknya, sekarang Dek?" terdengar gemetaran suaranya. Aku tertawa geli dalam hati."Iya, sekarang Mas," jawabku, sembari bersiap menahan sakit karena kerikan."Halus sekali kerokannya, se

  • Nikahi Mantan Istriku   24. Pernikahan Sandiwara

    POV AriniPerjalanan hidupku yang berhubungan dengan pernikahan, selalu heboh dan menjadi perbincangan buat warga sekitar tempat kutinggal.Baru saja dua minggu kemarin batal melaksanakan akad nikah. Di hari minggu pagi ini, akan digelar kembali acara akad pernikahanku dengan pria yang berbeda. Pernikahan yang akan dilakukan secara siri.Macam-macam pendapat mereka tentang pernikahanku kali ini, itu kabar yang kudengar dari Mbak Lasmi dan Ceu Yoyoh, tetapi aku mencoba untuk tidak lagi ambil peduli.Tidak banyak yang menghadiri pelaksanaan akad nikah kali ini. Selain karena keadaan Adrian yang sama seperti aku, anak tunggal tanpa saudara dengan kedua orangtua yang sudah tiada. Hanya beberapa warga sekitar dan pengurus RT saja, yang ikut menghadiri acara akad pernikahanku kali ini.Ustaz setempat yang menjadi penghulu pernikahan kami. Ustaz yang sering di panggil untuk menikahkan pasangan pengantin secara siri. Mas Hendra yang mengurus dan mengatur semuanya, aku dan Adrian hanya mengiku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status