Share

7. Fitnah Yang Keji

"Dasar janda gatel! tidak punya malu! Kerjaannya hanya menggoda suami orang." Makian dan sumpah serapah mengarah kepada Arini. Kaget dan shock, Arini dibuatnya.

Mientarsih. Biasa dipanggil Mbok Mien, tidak ada hujan tidak ada angin, langsung melabrak  dan memaki-maki Arini. 

Paras wajahnya menyiratkan kemarahan besar, emosi yang tertahan. Lasmi mencoba menghalangi Mbok Mien, untuk mendekati Arini. 

Perlahan, Arini mulai bisa menguasai diri, dan kembali bersikap tenang. "Mbok Mien salah paham." Pikir Arini.

"Kamu yah, Arini! Jangan mentang-mentang janda! Seenaknya saja merayu-rayu suami orang. Dasar perempuan tidak punya kehormatan!" Emosinya masih tinggi sekali.

Arini terus bersabar untuk mengendalikan emosinya. Sejujurnya dia sangat tersinggung atas segala tuduhan dan hinaan Mbok Mien. Tetapi jika dia meladeni, maka tidak ada beda antara dirinya dan Mbok Mien, manusia yang sedang dikuasai nafsu amarah. 

"Mbok Mien jangan sembarangan menuduh  Mbak Arini? Mbok Mien punya bukti tidak? Ataupun pernah melihat sendiri jika mbak Arini menggoda pak Suganda." Lasmi membela Arini dari tuduhan kejinya Mbok Mien. Karena Lasmi sangat tahu jika Arini tidak mungkin seperti itu. 

"Ada yang cerita kepadaku, jika si janda gatel ini sedang dekat dan mencoba untuk merayu suamiku." Sembari telunjuknya diarahkan ke wajah Arini. 

"Janda gatel." Sakit sekali rasanya Arini mendengar tuduhan dan ucapan kasar yang keluar dari mulutnya Mbok Mien. 

Belum sempat Arini menjelaskan kepada Mbok Mien tentang kebenaran tuduhan menggoda dan menganggu suaminya. Kembali terdengar suara yang penuh kemarahan.

"Dasar janda kurang ajar! Tidak punya moral! Ternyata bukan laki gue doang yang digoda, laki-laki lain pun kena bujuk rayunya."

Suratmi istri dari Usman pun melabrak Arini, kembali dengan tuduhan yang sama. Dianggap berselingkuh dengan suaminya. 

Warga sekitaran rumah Arini sudah ramai berkerumun. Mungkin sebagian dari mereka akan mengira jika semua tuduhan itu benar adanya, dan Arini berpikir harus membela diri dari tuduhan fitnah tersebut.

"Astaghfirullah aladzim ... fitnah itu semua. Sekarang, biar semua jelas dan nyata, silahkan panggil suami kalian semua ke sini? Saya akan buktikan, jika semua tuduhan itu hanya Fitnah belaka." Senyap seketika, mendengar Arini berbicara, tetapi tidak beberapa lama. 

"Alahhh ... maling mana mau ngaku? Jika ngaku, penjara penuh kali," celetuk Mbok Mien dengan sinisnya.

"Mbok Mien sekarang panggil saja suami Mbok Mien kesini. Kita buktikan, tuduhan Mbok Mien dan Suratmi kepada saya itu benar atau tidak? Saya bisa laporkan kalian berdua dengan tuduhan pencemaran nama baik." Mereka berdua langsung terdiam.

"Tetapi Ceu Yoyoh bilang sama saya, jika melihat kamu Arini! sedang bermesraan dengan Suganda, suami saya," ujar Mbok Mien, tetap ngotot dengan tuduhannya. 

"Sama, saya juga Ceu Yoyoh yang bilang seperti itu!" Suratmi menambahkan.

Sejenak ... Arini dan mbak Lasmi saling berpandang-pandangan. Ternyata, ada pihak ketiga yang menyebarkan fitnah dan berniat ingin mengadu domba mereka semua.

Entah apa maksud dari Ceu Yoyoh menyebarkan berita bohong seperti itu.

Tidak lama, mobil Adrian berhenti di depan rumah, dan Adrian segera turun, berjalan cepat ke arah rumah Arini. Sepertinya dia hendak mengambil kue pesanan yang dia pesan, empat hari yang lalu. Namun terlihat jika Adrian sedikit bingung dengan banyaknya warga yang  berkerumun di depan rumah Arini.

Ada yang baru datang, bahkan ada yang sejak awal ada di sini. Sepertinya, kejadian  ribut-ribut seperti ini merupakan tontonan yang mengasik'kan bagi mereka semua.

"Semoga Mas Adrian mau mengerti posisiku," bisik Arini dalam hatinya. 

Di saat Adrian sudah sampai di dekat Arini. Mulai Arini mencoba mengambil keputusan yang dia pikir bisa menjelaskan, bukan hanya untuk Suratmi dan Mbok Mien, tetapi juga bagi masyarakat yang berkerumun.

"Perkenalkan, ini mas Adrian. Mas Adrian ini adalah teman dekat saya, teman special saya. Jadi tidak mungkin saya menggoda suami-suami ibu-ibu ini, jika saya sendiri sudah punya teman dekat."

Adrian diam tertegun, bingung dia mendengar pengakuan dusta Arini, dengan begitu banyaknya pasang mata yang menyaksikan. Sepertinya Adrian sudah mulai paham jalan ceritanya.

"Ibu-ibu lihat, kan? Maaf -maaf saja, jika teman dekat saya saja tampan seperti ini, lalu buat apa saya menggoda suami-suami ibu semua?"

ucap Arini menyindir Suratmi dan Mbok Mien.

Mbok Mien dan Suratmi berpandangan sejenak, lalu bergegas meninggalkan rumah Arini tanpa bicara sedikit pun kepada Arini. Perlahan-lahan, diikuti warga yang tadi ikut menyaksikan, mereka pun mulai membubarkan diri. Dan rumah Arini kembali sepi seperti sedia kala.

"Maaf yah Mas Adrian. Jika tadi Mas ikut saya libatkan dalam urusan ini."

"Ngga apa-apa, Mbak, jika kehadiran saya bisa membantu menyelesaikan masalah yang tadi, saya sangat bersyukur,"jawab Adrian kepada Arini, dan Arini pun mengucapkan terimakasih padanya.

"Oh iya Mbak Arini, pesanan saya sudah jadi belum? Yang untuk kue ulang tahun anak saya." tanya Adrian.

"Sudah ko, Mas. Jadi tinggal bawa saja," jawab Arini. 

"Ok, terimakasih yah, Mbak." 

"Ayuk, Mas, kita masuk dulu. Sambil lihat kuenya cocok tidak dengan pesanan Mas?"

Adrian mengikuti Arini masuk ke rumah, sembari Arini berpikir, apa maksud dari Ceu Yoyoh sudah memfitnah dirinya dan menyebarkan berita bohong tentangnya. 

Apakah aku pernah berbuat salah padanya?" keluh Arini merasa sedih. Apa lagi sejak sedari dia kecil, hubungannya dengan Yoyoh baik-baik saja, tidak pernah ada masalah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status