Share

Kejutan

Author: Ina R
last update Last Updated: 2022-06-02 14:03:08

Permisi, Mbak ada paket untuk, Mbak!" ucap Mas kurir, sembari menyerahkan sebuah paket berukuran persegi.

"Pa-paket?" tanyaku heran. "Rasanya saya tidak pernah memesan barang!" Tanganku terulur menerima paket yang diberikan Mas kurir.

"Saya hanya mengantarkan sesuai alamat pesanan, Mbak," balasnya sambil tersrnyum. "Silahkan tanda tangan di sini, Mbak," sambungnya lagi sambil memberikan sebuah surat tanda terima paket.

Aku pun menanda tangani kertas yang disodorkan Mas kurir tersebut. Setelahnya Mas kurir  pun pamit.  Karena rasa penasaran aku segera membuka paketnya.

'Hallo, Mbak apa kabarmu? Aku ingin mengembalikan jam tangan Mas Arya, kemarin malam ketinggalan di kamarku, setelah kami memadu kasih'

Seketika rasanya darah di kepalaku mendidih, membaca pesan ja*ang itu. Bre*gsek beraninya dia mengirim ini untukku. Aku meremas kertasnya lalu melemparnya dengan kuat.

Kedebug!

"Aww ...," pekikku.

Tanganku menghantam pintu kamar, seketika aku pun terbangun. Entah sudah berapa lama aku menangis hingga akhirnya tanpa sadar tertidur di lantai depan pintu  kamar, kulihat tanganku sedikit memar dan perih. aku melirik jam yang terpasang di dinding pukul menunjukkan 22.30 WIB. Ternyata tadi cuma mimpi.

Aku memandangi sekeliling, suasana tampak sepi dan sunyi, tak ada lagi Mas Arya yang biasanya tidur di ranjang tempat kami melepas segala kepenatan. Air mataku kembali menetes, kenapa  merindu ba*ingan romantis itu, sesesak ini. Sepertinya Mas Arya benar-benar sudah pergi, begitupun dengan Mbak Elma. Aku berusaha bangkit dan menekan handle pintu. Rasa haus menuntun langkahku menuju dapur.

Kulihat meja makan sudah terlihat rapi, mungkin Bi Jana yang telah membereskannya. Aku meraih teko yang terletak di atas meja, lalu menuangkan air ke dalam gelas dan meneguknya perlahan. Lalu, menghempaskan bokongku di atas kursi.

Merenungi pristiwa yang tengah menerpa hidupku. Tuhan, rasanya begitu berat. Aku memijit pelipis, kepalaku terasa berdenyut, memikirkan beban rumah tangga yang baru saja kulayarkan, kini tengah diterpa gelombang dan badai.

***

Aku terbangun saat jam beker berdering nyaring di atas nakas samping kanan tempat aku tertidur. Kupandangi tempat  biasa Mas Arya tidur hanya ada bantal dan guling. Aku tak tau kemana perginya Mas Arya setelah kuusir tadi malam, ah sudahlah buat apa aku mempedulikan seseorang yang telah mematahkan hatiku.

Aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi, membersihkan diri dan menggosok gigi. Setelahnya seperti biasa aku melaksanakan dua rakaat.

Bi Jana tengah berjibaku di dapur, perempuan 59 tahun itu, sudah lama mengabdi pada keluarga kami, setelah Papa meninggal Bi Janalah yang setia merawatku. Sementara Mama sejak aku berumur 7 tahun ia memilih pergi dengan laki-laki lain. Mengingat itu membuatku sesak. Sejak itu pula aku tak tau kemana rimbanya.

"Pagi, Bi," sapaku.

"Eh, Non Aini ngagetin, Bibi aja," protes Bi Jana sambil mengelus dada. "Non!" seru Bi Jana, wajahnya terlihat ragu.

"Iya, Bi ada apa?" tanyaku balik.

"Anu, Non semalam Den Arya pamit pergi bawa koper gede, katanya mau pamit sama Non. Tapi, Nonnya udah tidur, dan Den Arya juga bilang titip Non. Wajahnya terlihat sedih. Memangnya Den Arya mau pergi jauh, Non?" tanya Bi Jana serius, wajahnya juga terlihat sedih.

Aku hanya tersenyum dan menanggapi sekenanya, aku belum siap menceritakan semuanya sama Bi Jana. Takut perempuan yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri itu syok.

"Oh iya, Bi, aku mau ke supermarket, Bibi minta di beliin apa?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Gak, Non Bibi gak butuh apa-apa," jawabnya, sambil tersenyum, sementara tangannya dengan cekatan mengerjakan pekerjaan rumah.

"Yakin?" tanyaku, sambil memotong roti sand*ich di atas piring.

"Yakin, Non." 

"Ya sudah, aku pergi dulu ya, Bi," pamitku.

"Iya. Hati-hati, Non," balasnya dengan rasa khawatir, laksana khawatirnya seorang ibu pada anaknya. Tetapi, Mama yang telah melahirkanku, pernahkan dia mengkhawatirkanku? Ah entahlah.

Aku mengeluarkan mobil dari garasi menuju supermarket kota, sambil jalan-jalan merefreshing pikiran.

Aku memilih-milih beberapa snack untuk cemilan, aku menggeleng kuat, aku harus diet tidak boleh banyak ngemil. Eh, tapi dikit gak apa-apakan? Akhirnya aku memasukkan beberapa snack saja ke dalam keranjang belanjaan tak lupa aku juga membelikan Bi Jana peralatan untuk Mandi. Saat sedang sibuk memilih beberapa roti, datang seorang perempuan modis ala perempuan kota metropolitan. Ia melepas kacamata hitamnya.

"Pantas saja, si Arya memilih perempuan yang lebih fresh, ternyata istrinya tidak bisa menyenangkan hati suami," ucapnya sambil berdiri di sampingku.

Aku melirik samping kiri, kanan, depan dan belakang tak ada orang itu artinya perempuan ini sedang berbicara denganku.

"Oh, iya lebih baik kamu pergi jauh dari kehidupan Arya, Arya berhak mendapatkan yang lebih," lanjutnya lagi.

Aku menghela napas, perempuan ini benar-benar tak tau malu, ingin rasanya kujambak lagi rambutnya seperti kemarin.

"Arya, bilang dia sangat mencintaiku. Kami saling mencintai," lanjutnya lagi, sambil memain-mainkan kacamata yang dipegangnya.

Oh astaga perempuan ini membuatku semakin emosi. Aku mendekat, mengguncang  kepalanya, barangkali otaknya ketinggalan. Seketika membuatnya menjerit.

"Awww ... Dasar perempuan gi*a," ucapnya sambil tangannya melepaskan tanganku, setelah lepas ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, dan menjauh. aku tertawa puas.

"Pergilah kau pencuri!" pekikku.

Matanya melotot menatap tak suka padaku. "Kau ...," ucapnya, telunjuknya mengarah padaku.

"Apa? dasar pencuri suami orang." aku melempar roti yang tadi ku pegang ke arahnya, membuatnya semakin geram. Dengan menghentakkan kaki akhirnya ia pergi meninggalkanku.

Oh shit!

Pagi-pagi perempuan itu sudah mengejutkan dan membuat bad mood, lihat saja aku tidak akan membuat kalian bersenang-senang dengan aku menyerah untuk merelakan Mas Arya pergi. Tidak akan!

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Noda Dalam Pernikahan   EXTRA PART 3 (POV ANITA) SELESAI

    Akhirnya kami terpaksa pergi dari rumah yang sudah lama kuimpikan menjadi Nyonya di dalamnya. Tentunya aku tak kan kehabisan akal sudah kepalang basah biar sekalian nyebur saja.Bagaimanapun caranya Mas Arya harus kembali ke rumah itu dan meminta maaf. Aku tidak mau kalau mas Arya dan Aini sampai bercerai dan aku tidak dapat apa-apa. Aku harus memperjuangkan hak anak ini, apapun caranya ia tidak boleh hidup dalam kemiskinan.Saat kami tiba di mobil, Mas Arya begitu terlihat marah dan malah ingin menceraikanku, enak saja habis manis sepah di buang setidaknya ia pernah mencicipi madu manisku, meski anak yang dalam kandungan ini bukan anaknya.Setelah kuberi tahu kalau aku lagi hamil, wajahnya seketika berubah. Ada binar bahagia dari kedua matanya. Ia benar-benar terlihat senang. Saat itulah aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan membujuknya agar kembali ke rumah Aini."Baiklah," ucap Mas Arya akhirnya melemah, dan kami kembali ke apartemen sumpek itu, sungguh menyebalkan. Tenang,

  • Noda Dalam Pernikahan   EXTRA PART 2 POV ANITA

    Aku bergegas mengemasi pakaian ke dalam koper berukuran besar. Hari ini aku akan pindah dan tinggal di rumah Mas Arya. Dia pasti senang melihat kedatanganku, aku tersenyum membayangkan wajah bahagia Mas Arya, sembari terus memasukkan pakaian ke dalam koper. Tetapi, bagaimana dengan Aini, ah itu bukan masalah besar, untuk itu biar kuurus nanti.Kenapa juga kuharus memikirkan perempuan itu, bukankah dia juga hidup menumpang dengan Mas Arya? Jadi, mana bisa dia bisa menghalangiku.Semua pakaian telah tersusun rapi dalam koper, aku segera menutupnya dan memesan taksi online. Aku sengaja tidak minta di jemput MasArya karena ini kejutan untuknya.Aku sudah berada di depan rumah besar milik Mas Arya dengan perasaan senang, aku tidak sabar bertemu Mas Arya.Dengan langkah tergesa aku segera menuju pintu utama, menekan bel pintu beberapa kali barulah keluar perempuan tua dan gendut dari dalam."Lama amat sih," ketusku saat daun pintu mewah itu terbuka lebar hingga menampakkan isi di dalamnya.

  • Noda Dalam Pernikahan   EXTRA PART POV ANITA

    Sebal banget rasanya melihat Mas Arya datang ke acara pertunangan teman sekantor bersama istrinya yang gendut itu. Sudah pasti aku tidak akan bisa bersamanya, padahal aku sudah dandan habis-habisan agar Mas Arya tak berpaling dariku.Lelaki yang sudah susah payah kudapatkan, dengan cara menjebaknya. Siapa yang tidak menyukai laki-laki tampan, mapan, baik, lagi perhatian. Ya dia Arya lelaki yang kukenal sebagai atasanku itu memang terlihat menawan, perempuan mana yang tidak menginginkan bisa hidup mendampinginya. Berbagai rayuan sudah kulakukan, tetapi tidak mempan. Hem ... Tipe lelaki setia, pikirku. Aku hampir kehabisan akal agar Arya bisa tertarik denganku, hingga muncul ide gila untuk menjebaknya. Sebelumnya aku sudah mempunyai pacar namanya Doni, lelaki pengangguran dan pemabuk kerjaan hanya menghabiskan uang. Kalau soal tampan memang tidak kalah sama Arya tetapi tampan saja tidak cukup.Hingga tiba saat aku melancarkan aksiku untuk menjebak Arya, dengan pura-pura minta dibenari

  • Noda Dalam Pernikahan   Balasan untuk pengkhianat (Selesai)

    Belum hilang rasa keterkejutan dari wajah Mas Arya, atas kebohongan Anita selama ini, aku sudah memberinya sebuah kejutan baru dengan memberinya surat. Aku meletakkannya di atas meja persegi ruang tamu saat Mas Arya tengah duduk termenung."Apa ini, Ai?" tanya Mas Arya ia mendongakan wajahnya menatap lurus ke mataku."Baca saja, Mas," ucapku pelan.Tangan Mas Arya mulai membuka lembaran surat tersebut dengan pelan, setelahnya matanya mulai berkaca-kaca."Baiklah, kalau itu maumu!" balas Mas Arya pelan. Saat ini tidak ada lagi penolakan darinya, mungkin ia menyadari betapa terlukanya hatiku atas tindakan bodohnya.Ia pun bangkit, perlahan menaiki tangga menuju lantai atas, entah apa yang akan dilakukannya. Tidak lama kemudian, ia turun dengan membawa koper."Jaga dirimu baik-baik, Ai!" pelan Mas Arya berucap. Rasanya hatiku, terenyuh. Ah tidak! Aku tidak boleh luluh."Tentu, aku akan menjaga diriku dengan baik," tegasku, aku memalingkan wajah tak berani menatapnya. Jika benar apa yang

  • Noda Dalam Pernikahan   Anita menerima ganjaran

    Rasanya capek juga setelah menangis berjam-jam. Akhirnya aku memutuskan pulang, dan beristirahat. Merebahakan diri di atas kasur, perlahan mata pun mulai terpejam.Aku terbangun saat ponselku berdering, aku meraba-raba mencari keberadaan benda pipih itu, setelah dapat ku geser tombol warna hijau tersebut, lalu telpon pun terhubung."Iya, hallo," jawabku masih menahan kantuk."Ai, bisa bertemu sekarang? ada hal penting yang ingin kukasih tau, dan tidak bisa dibicarakan lewat telpon," tegas Hardi di ujung ponsel.Aku yang sejak tadi masih dengan posisi berbaring, seketika bangkit, mengubah posisi menjadi duduk."Dimana?" tanyaku, rasa kantuk pun menjadi hilang mendengar berita dari Hardi sepertinya ini benar-benar penting."Di tempat biasa," balasnya singkat."Oke, aku ke sana sekarang." Kami pun mengakhiri topik pembicaraan, dan aku pun segera mencuci muka, dan memoles bedak tipis, lalu segera pergi menemui Hardi."Maaf! Lama nunggunya," ucapku setelah sampai. Lalu,"Its oke," jawabny

  • Noda Dalam Pernikahan   Pelakor itu, kenapa harus Anita?

    Aku termenung teringat pristiwa di rumah sakit kemarin, betapa terkejutnya saat mengetahui kalau ternyata Mama Wati adalah Mama Sila. Itu artinya, Anita?Ah! memikirkan itu membuat kepala terasa pening. Aku harus bertemu Mama Sila, iya harus! Aku menyambar tas yang tergeletak di atas kasur, dan ponsel di atas nakas. Lalu melangkah keluar menuruni anak tangga dengan langkah tergesa.Perlahan mobil yang kukendarai mulai menjauh dari pekarangan rumah, meninggalkan istana tempat tinggal selama ini. Rasanya aku sudah tak sabar ingin segera sampai, dan bertemu Mama Sila mendengar penjelasan langsung dari bibirnya.Setelah menempuh perjalannya sekitar 20 menit, akhirnya aku tiba, setelah memarkirkan mobil pada sisi jalan, aku pun lekas turun, dan melangkah menuju pintu utama. sejenak aku terdiam berdiri di depan pintu rumah Mama. Tanganku bersiap untuk mengetuk pintu, sembari menghela napas beberapa kali, menetralisirkan kecanggungan yang tengah menguasai hati. Saat tangan sudah terangkat d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status