Share

Tekad yang kuat 1

Author: Ina R
last update Last Updated: 2022-06-02 14:04:27

Sesampainya di rumah, hatiku rasanya masih menyisahkan emosi sehabis bertemu perempuan itu, dengan perasaan jengkel aku memasukkan barang-barang yang tadi kubeli ke dalam kulkas. Snack, mie instan dan lainnya, tak lupa aku juga membeli sayur-mayur, daging dan juga ikan segar. 

Sebuah notif masuk pada aplikasi berwarna hijau. Pesan dari Mas Arya. Aku sengaja tidak membukanya, apa lagi untuk membalasnya. Aku melanjutkan memasukkan barang-barang ke dalam kulkas.

Selesai!

Aku mengambil ponsel yang tadi kutaruh di atas kulkas. Lalu, menghubungi Hani sahabatku.

[Han, lagi apa? Kalau gak sibuk pulang kerja mampir ya! Ada sesuatu yang ingin kubicarakan] aku mengirim pesan pada Hani, tak lama kemudian pesanku di balas.

[Oke, Bos] balasnya. Aku terkekeh, dasar si Hani. 

Kemudian pesan kembali masuk.

[Jaga kesehatan ya!] pesan dari Mas Arya yang kesekian kalinya. Membuatku muak, percuma perhatian, tetapi ternyata tukang se*ingkuh.

Aku membanting ponsel ke atas kasur dengan gusar. Lalu, berlalu pergi ke kamar mandi. Merendam diri dalam bathup, dengan aroma bunga mawar agar pikiran dan hatiku lebih fresh.

Aku tidak boleh lemah dan menyiksa diri hanya karena Mas Arya lebih memilih wanita lain, aku harus lebih baik dan baik-baik saja. Akan kubuat ia menyesal. Bukankah membuat seseorang yang telah berkhianat itu menyesal adalah dengan cara kita menjadi lebih baik? Iya aku harus kuat, wanita sepertiku tak pantas disakiti oleh lelaki seperti Arya hanya karena perempuan ja*ang itu, aku pantas bahagia.

Saat aku tengah mengeringkan rambut, ponselku kembali berdering, panggilan masuk dari Hani.

"Cepat keluar, gue udah di depan," ucap Hani dengan suara cemprengnya membuatku sedikit menjauhkan ponsel dari telinga.

"Iya." ceklek aku mematikan ponsel, aku yakin perempuan ceriwis yang melebihi Mbak Elma itu sedang memaki-maki, tetapi hatinya baik kok.

Aku segera turun dan membukakan pintu depan, kulihat ditangannya ada dua paper bag dengan tulisan brownies, membuatku menelan ludah seketika, aku mengajaknya minta bantu diet, tetapi ia malah membawakan pupuk. 

"Lama amat si, Buk," gerutunya,"Nih!" Ia menyodorkan paper bagnya, ragu-ragu aku meraihnya.

"Gak diajak masuk, Nih? Aku pulang!" ucapnya cemberut.

Aku tertawa, lalu menggandeng tangannya menuju lantai atas, tak lama kemudian Bi Jana datang mengantar minuman.

"Taruh saja di situ, Bi!" ucapku seraya menunjuk meja rias, Bi Jana pun mengangguk. Aku mengambil beberapa potong  brownies dan memberikan pada Bi Jana.

"Jadi ada berita penting apa?" tanya Hani serius, sambil duduk di sisi ranjang dengan memegang gelas minuman.

Aku pun mulai bercerita panjang lebar, menjelaskan prihal yang tengah menimpaku, Hani adalah sahabat yang bisa dipercaya kami sering berbagi cerita, meski ia belum menikah, dan ceriwis tetapi kalau sudah diajak serius ia bisa lebih bijak.

"Hah! Serius, Ai?" Mata Hani membulat tak percaya, "Br*gsek si Arya, kurang apa coba dirimu?" Hani jadi emosi.

"Jadi apa rencana lo?" tanyanya lagi.

Aku tertunduk lesu, saat ini aku hanya ingin bisa kurus dan merubah penampilanku. Aku ingin membungkam mulut Mbak Elma, dan orang-orang yang nyinyir itu. Kalau aku bisa kurus.

"Bantu gue diet!" ucapku yakin.

"Hanya itu?" tanya Hani meyakinkan.

Aku mengangguk cepat, untuk saat ini aku harus bisa mengubah penampilanku. Aku tidak akan tinggal diam, dengan membiarkan mereka bersenang-senang di luar sana, lihat saja apa yang akan kulakukan. Kemudian, tanganku terulur ingin mengambil potongan bronis entah yang keberapa, Hani segera menepis tanganku seketika membuatku kaget.

"Katanya mau diet?" Aku nyengir, dan menggaruk-garuk kepala yang tak gatal.

***

Minggu pagi, aku dan Hani sudah siap untuk membuang lemak, membakar kalori dalam tubuh dengan lari pagi. Baru setengah jalan rasanya aku sudah tak ngos-ngosan, tetapi demi kebahagianku sendiri aku harus kuat.

Sepanjang perjalanan aroma makanan yang di jual pinggir jalan mengganggu indra penciumanku, mulai dari aroma lontong sayur, nasi uduk, nasi kuning, nasi goreng merah, nasi goreng udang dan banyak lagi lainnya, aku menggeleng kuat. Aku harus bisa diet. Kenapa juga Hani memilih rute ini, sepertinya dia sengaja menguji keimananku, baiklah aku pasti bisa menghadapi ini.

"Hei, kenapa?" tanya Hani menyadari langkahku tertahan pada sebuah gerobak nasi goreng udang.

"Mampir dulu, Neng!" ajak seorang penjual nasi goreng udang langgananku, aku meneguk saliva dan tersenyum.

"Lain kali aja, Bu," balasku tak enak hati.

Aku berlari kecil mendekati Hani, kami pun beristirahat di bawah pohon pinggir jalan, Hani membeli dua botol air mineral.

Mulai sekarang aku harus banyak makan sayur dan sedikit makan nasi, aku mengambil tumis kangkung yang sudah kurequest ke Bi Jana  dalam wadah keramik, dan sedikit nasi. Biasanya aku makan rendang, dengan porsi nasi dua piring.

"Kamu percaya Ai, kalau dengan makan sayur bisa buat kurus?" tanya Hani dengan wajah serius.

"Iyalah, itu yang sering gue dengar, cara diet sehat!" balasku tersenyum.

"Jangan percaya, Ai!" lanjutnya lagi.

Aku menghentikan aktivitas makanku, lalu menatapnya dengan wajah tak kalah serius. "Ke-kenapa?"

"Coba lihat gajah, makan sayur tapi gak kurus-kurus," ucapnya, akhirnya Hani tergelak.

Ah sial, aku melempar tisu bekas ke wajahnya. Membuatnya seketika protes, kini giliranku yang tergelak.

Lihat saja, ini baru permulaan aku pasti bisa diet dan membuat Mbak Elma menarik kata-katanya!

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Noda Dalam Pernikahan   EXTRA PART 3 (POV ANITA) SELESAI

    Akhirnya kami terpaksa pergi dari rumah yang sudah lama kuimpikan menjadi Nyonya di dalamnya. Tentunya aku tak kan kehabisan akal sudah kepalang basah biar sekalian nyebur saja.Bagaimanapun caranya Mas Arya harus kembali ke rumah itu dan meminta maaf. Aku tidak mau kalau mas Arya dan Aini sampai bercerai dan aku tidak dapat apa-apa. Aku harus memperjuangkan hak anak ini, apapun caranya ia tidak boleh hidup dalam kemiskinan.Saat kami tiba di mobil, Mas Arya begitu terlihat marah dan malah ingin menceraikanku, enak saja habis manis sepah di buang setidaknya ia pernah mencicipi madu manisku, meski anak yang dalam kandungan ini bukan anaknya.Setelah kuberi tahu kalau aku lagi hamil, wajahnya seketika berubah. Ada binar bahagia dari kedua matanya. Ia benar-benar terlihat senang. Saat itulah aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan membujuknya agar kembali ke rumah Aini."Baiklah," ucap Mas Arya akhirnya melemah, dan kami kembali ke apartemen sumpek itu, sungguh menyebalkan. Tenang,

  • Noda Dalam Pernikahan   EXTRA PART 2 POV ANITA

    Aku bergegas mengemasi pakaian ke dalam koper berukuran besar. Hari ini aku akan pindah dan tinggal di rumah Mas Arya. Dia pasti senang melihat kedatanganku, aku tersenyum membayangkan wajah bahagia Mas Arya, sembari terus memasukkan pakaian ke dalam koper. Tetapi, bagaimana dengan Aini, ah itu bukan masalah besar, untuk itu biar kuurus nanti.Kenapa juga kuharus memikirkan perempuan itu, bukankah dia juga hidup menumpang dengan Mas Arya? Jadi, mana bisa dia bisa menghalangiku.Semua pakaian telah tersusun rapi dalam koper, aku segera menutupnya dan memesan taksi online. Aku sengaja tidak minta di jemput MasArya karena ini kejutan untuknya.Aku sudah berada di depan rumah besar milik Mas Arya dengan perasaan senang, aku tidak sabar bertemu Mas Arya.Dengan langkah tergesa aku segera menuju pintu utama, menekan bel pintu beberapa kali barulah keluar perempuan tua dan gendut dari dalam."Lama amat sih," ketusku saat daun pintu mewah itu terbuka lebar hingga menampakkan isi di dalamnya.

  • Noda Dalam Pernikahan   EXTRA PART POV ANITA

    Sebal banget rasanya melihat Mas Arya datang ke acara pertunangan teman sekantor bersama istrinya yang gendut itu. Sudah pasti aku tidak akan bisa bersamanya, padahal aku sudah dandan habis-habisan agar Mas Arya tak berpaling dariku.Lelaki yang sudah susah payah kudapatkan, dengan cara menjebaknya. Siapa yang tidak menyukai laki-laki tampan, mapan, baik, lagi perhatian. Ya dia Arya lelaki yang kukenal sebagai atasanku itu memang terlihat menawan, perempuan mana yang tidak menginginkan bisa hidup mendampinginya. Berbagai rayuan sudah kulakukan, tetapi tidak mempan. Hem ... Tipe lelaki setia, pikirku. Aku hampir kehabisan akal agar Arya bisa tertarik denganku, hingga muncul ide gila untuk menjebaknya. Sebelumnya aku sudah mempunyai pacar namanya Doni, lelaki pengangguran dan pemabuk kerjaan hanya menghabiskan uang. Kalau soal tampan memang tidak kalah sama Arya tetapi tampan saja tidak cukup.Hingga tiba saat aku melancarkan aksiku untuk menjebak Arya, dengan pura-pura minta dibenari

  • Noda Dalam Pernikahan   Balasan untuk pengkhianat (Selesai)

    Belum hilang rasa keterkejutan dari wajah Mas Arya, atas kebohongan Anita selama ini, aku sudah memberinya sebuah kejutan baru dengan memberinya surat. Aku meletakkannya di atas meja persegi ruang tamu saat Mas Arya tengah duduk termenung."Apa ini, Ai?" tanya Mas Arya ia mendongakan wajahnya menatap lurus ke mataku."Baca saja, Mas," ucapku pelan.Tangan Mas Arya mulai membuka lembaran surat tersebut dengan pelan, setelahnya matanya mulai berkaca-kaca."Baiklah, kalau itu maumu!" balas Mas Arya pelan. Saat ini tidak ada lagi penolakan darinya, mungkin ia menyadari betapa terlukanya hatiku atas tindakan bodohnya.Ia pun bangkit, perlahan menaiki tangga menuju lantai atas, entah apa yang akan dilakukannya. Tidak lama kemudian, ia turun dengan membawa koper."Jaga dirimu baik-baik, Ai!" pelan Mas Arya berucap. Rasanya hatiku, terenyuh. Ah tidak! Aku tidak boleh luluh."Tentu, aku akan menjaga diriku dengan baik," tegasku, aku memalingkan wajah tak berani menatapnya. Jika benar apa yang

  • Noda Dalam Pernikahan   Anita menerima ganjaran

    Rasanya capek juga setelah menangis berjam-jam. Akhirnya aku memutuskan pulang, dan beristirahat. Merebahakan diri di atas kasur, perlahan mata pun mulai terpejam.Aku terbangun saat ponselku berdering, aku meraba-raba mencari keberadaan benda pipih itu, setelah dapat ku geser tombol warna hijau tersebut, lalu telpon pun terhubung."Iya, hallo," jawabku masih menahan kantuk."Ai, bisa bertemu sekarang? ada hal penting yang ingin kukasih tau, dan tidak bisa dibicarakan lewat telpon," tegas Hardi di ujung ponsel.Aku yang sejak tadi masih dengan posisi berbaring, seketika bangkit, mengubah posisi menjadi duduk."Dimana?" tanyaku, rasa kantuk pun menjadi hilang mendengar berita dari Hardi sepertinya ini benar-benar penting."Di tempat biasa," balasnya singkat."Oke, aku ke sana sekarang." Kami pun mengakhiri topik pembicaraan, dan aku pun segera mencuci muka, dan memoles bedak tipis, lalu segera pergi menemui Hardi."Maaf! Lama nunggunya," ucapku setelah sampai. Lalu,"Its oke," jawabny

  • Noda Dalam Pernikahan   Pelakor itu, kenapa harus Anita?

    Aku termenung teringat pristiwa di rumah sakit kemarin, betapa terkejutnya saat mengetahui kalau ternyata Mama Wati adalah Mama Sila. Itu artinya, Anita?Ah! memikirkan itu membuat kepala terasa pening. Aku harus bertemu Mama Sila, iya harus! Aku menyambar tas yang tergeletak di atas kasur, dan ponsel di atas nakas. Lalu melangkah keluar menuruni anak tangga dengan langkah tergesa.Perlahan mobil yang kukendarai mulai menjauh dari pekarangan rumah, meninggalkan istana tempat tinggal selama ini. Rasanya aku sudah tak sabar ingin segera sampai, dan bertemu Mama Sila mendengar penjelasan langsung dari bibirnya.Setelah menempuh perjalannya sekitar 20 menit, akhirnya aku tiba, setelah memarkirkan mobil pada sisi jalan, aku pun lekas turun, dan melangkah menuju pintu utama. sejenak aku terdiam berdiri di depan pintu rumah Mama. Tanganku bersiap untuk mengetuk pintu, sembari menghela napas beberapa kali, menetralisirkan kecanggungan yang tengah menguasai hati. Saat tangan sudah terangkat d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status