Seruni tak menyangka dia masih bisa tertidur setelah apa yang terjadi. Tubuhnya terasa sangat lemah, meski dia yakin sudah tertidur sangat lama, bahkan jendela kamar sudah dibuka dan matahari menyala dengan terang. Ranjang yang dia tempati sudah lebih rapi dari sebelumnya dan dia juga sudah memakai baju, meski dia tidak bisa mengingat kapan memakainya. Semuanya seperti film rusak dalam kepalanya, lagi dan lagi dia menerima paksaan dari suaminya, apa memang hanya itu yang bisa dilakukan suaminya. Kamar mewah ini terasa sangat lengang, meski Seruni juga tak berharap akan bertemu sang suami di sini. Dia marah pada suaminya. Laki-laki itu begitu egois. Dia yang tidak mau mengantarnya periksa kandungan tapi kenapa dia juga yang marah saat Seruni bertemu orang lain. Laki-laki yang mengantarnya periksa kandungan? Bahkan karena Tita tidak bisa mengantarnya sampai selesai periksa, Seruni terpaksa sendiri dan sayukurlah dia bertemu... astaga apa maksudnya Rama, laki-laki itu memang meneman
“Bukankah saya sudah memperingatkan untuk tidak membuat istri anda stress.” Jagat hanya bisa menunduk. Dia kira masa sekolahnya dulu yang ketahuan balapan liar di jam sekolah sudah cukup memalukan. Apalagi sang ibu waktu itu yang datang memenuhi panggilan kepala sekolah hanya menatapnya malas, seolah memang dia adalah anak yang susah diatur, padahal ini pertama kalinya dia melakukan ini semua. Antara malu dan merasa bersalah. Jagat tak tahu harus melakukan apa? Dia menatap sang istri yang tidur lelap seperti orang tak sadarkan diri, bahkan saat dokter memeriksanya wanita itu sama sekali tak bangun. Jagat terlalu marah dengan apa yang dilakukan Seruni. Sehingga dia memberi hukuman untuk sang istri sekaligus menunjukkan kalau dia adalah suami wanita itu bukan orang lain. Parahnya setelah apa yang dia lakukan dia mendapati sang istri terlihat sangat lemah dan berantakan, apalagi dengan darah yang merembes membasahi bagian bawah tubuh sang istri. Jagat panik dan sesegera mu
“Kurasa kamu sudah kenyang, sekarang waktunya pulang.” Kedua wanita itu masih kaku tak dapat berkata-kata, kehadiran Jagat seolah menyihir keduanya. Kontrakan yang dihuni Tita hanya kontrakan sederhana dengan dua buah kamar tidur, satu kamar mandi yang menyatu dengan dapur dan sebuah ruang tamu mungil yang sekarang dijadikan tempat makan oleh keduanya. Kamar Jagat bahkan dua kali lebih luas dari seluruh bangunan rumah ini. Seumur hidupnya laki-laki itu tidak pernah hidup susah, bahkan saat terpaksa kuliah ditempat jauhpun sang kakak memastikan kalau dia mendapatkan tempat tinggal yang sangat layak seperti biasa. Jagat langsung menepis kehidupan sang istri yang memprihatinkan dulu, dia menatap pada dua orang yang masih duduk diam kaget dengan kedatangannya. Sepertinya kedua wanita itu sama sekali tidak mendengar suara mobilnya karena terlalu asyik bicara. Pembicaraan yang membuka mata Jagat kalau Seruni ternyata sudah punya seorang yang dia sukai juga sama seperti dirinya. Dan or
“Kamu tidak pulang?” “Kamu mengusirku.” Tita menghela napas dan merebut mangkuk berisi rujak mangga muda yang dia buat. Kadang Seruni bisa sangat menyebalkan apalagi saat hamil seperti ini. “Pelit banget, sih,” gerutu Seruni kesal. “Bukan pelit, kamu sudah terlalu banyak makan rujak ini tapi belum makan nasi, ingat kamu hamil jangan egois,” omel Tita. Seruni meletakkan rujak mangganya dan menatap makanan yang telah disajikan Tita. “Ayo makan, tubuhmu seperti gajah sekarang aku tidak kuat untuk menyeretmu kalau pingsan.” Dengarlah kalimat itu, apa itu kalimat yang akan diucapkan seseorang pada sahabatnya.Seruni cemberut tapi tak menolak piring yang diberikan padanya. “Masakanmu masih tidak enak seperti biasa tapi aku suka,” katanya asal. Sebagai perantau mereka memang memiliki kemampuan untuk memasak untuk mengisi perut, tapi tentu saja kemampuan mereka hanya sebatas bisa dimakan dan tidak akan membuat sakit perut. Apalagi kemampuan memasak Tita memang dibawah Seruni, masakan
Praktek dokter kandungan Seruni telah sepi. Jagat terlambat. Tentu saja ini sudah lewat dari tiga jam sejak Seruni ke dokter kandungan tadi, dan rencana jagat untuk menyusul istrinya setelah mengantar Rira buyar sudah, lagi-lagi dia merasa tak tega saat melihat Rira kesakitan dan bahkan untuk mengambil minum saja harus terjungkal dari kursinya. Beruntung ibunda Rira segera tiba dan buru-buru Jagat langsung permisi dan memacu mobilnya secepat mungkin ke klinik ini, tapi tetap saja dia terlambat. Menghela napas, Jagat tak punya pilihan lain selain pulang ke rumah. Dia akan minta maaf pada sang istri dan bertanya bagaimana perkembangan kandungan wanita itu. Bagaimanapun Jagat peduli pada sang istri dan anak mereka. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa mereka. Apalagi jika itu atas kelalaiannya. Apalagi dipemeriksaan bulan lalu, Jagat tahu kalau Seruni mengalami terlalu banyak tekanan mental dan itu membuatnya enggan untuk makan. Dan kalau diingat-ingat Seruni juga jarang men
Kecelakaan itu telah membuat Rira lumpuh. Gadis itu harus rela kehilangan tunangan yang sangat dicintainya. Seharusnya sebentar lagi mereka akan menikah dan hidup bahagia. Kakaknya laki-laki yang baik meski sedikit kaku dan cuek. Jagat sangat tahu itu, karena itu dia merelakan gadis yang dia cintai bersama dengan sang kakak. Tapi kini semuanya telah terenggut, Rira bukan hanya kehilangan Arsen tapi juga dia harus rela duduk di kursi roda. Nyawanya memang selamat, karena saat kejadian Arsen memeluknya dengan erat, tapi kakinya terjepit badan mobil yang ringsek, membuatnya tak bisa menggunakan kakinya seperti biasa. Entah sampai kapan. Kejadian itu membuat Jagat merasa bertanggung jawab, dia ingin meneruskan apa yang kakaknya lakukan... menjaga Rira, meski alasan terbesarnya tentu saja karena cintanya masih tumbuh subur untuk gadis itu. Tapi di sisi lain dia sudah memiliki Seruni dan sebentar lagi dia akan memiliki seorang bayi, bohong kalau dia meragukan anak yang ada dalam ka