Share

Bab 2

Penulis: Aida Ayu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-31 08:23:24

Setelah pemakaman Bimo, Anggi terus mengurung diri di kamarnya. Dia terus menangis. Dunianya seakan sudah hancur. Gadis itu terus meratapi kepergian orang yang sangat dia cintai. Sudah tidak ada lagi orang yang akan menjemputnya setiap pagi ke kampus. Sudah tidak ada lagi orang yang akan menemaninya makan di kantin. Dan sudah tidak ada lagi orang yang selalu setia mendengarkan ceritanya tentang kesedihannya setiap kali dia sedang ada masalah.

'Bimo...,' desah Anggi menyebut nama kekasihnya. 'Aku kangen kamu, kak. Aku mau kamu ada disini, selamanya. Aku mau kamu menemani sedih dan bahagiaku.'

Dalam tangisnya Anggi juga meratapi nasibnya. Dia takut kejadian kemarin akan berakibat fatal. Bagaimana jika dia hamil? Bagaimana jika dia menikah nanti dan suaminya menuntut kesuciannya yang telah direnggut Bimo?

Gadis itu terus menangis sampai akhirnya tertidur.

***

Akhirnya Anggi memutuskan untuk menutup hatinya dari laki-laki manapun. Tidak sedikit laki-laki yang mendekatinya, tapi dia selalu menolak. Bapak dan ibu Sampai bingung dibuatnya. Mereka takut anak gadisnya akan jadi perawan tua. Sudah ratusan kali orang tuanya membujuknya tapi Anggi tidak merubah keputusannya. Sudah beberapa kali orangtuanya mengenalkan dia dengan anak-anak dari teman-teman mereka, tapi tak ada satupun yang Anggi terima. Hati Anggi seolah benar-benar tertutup sudah.

Bapak dan ibu sudah pasrah, mereka sudah kehabisan kata-kata untuk membuat anak satu-satunya itu merubah keputusannya dan mau membuka hatinya untuk laki-laki lain. Sampai akhirnya Arga datang untuk melamar Anggi.

Arga putra perwira, adalah atasan Anggi di tempatnya bekerja. Dia pemilik restoran dimana Anggi bekerja sebagai kasir. Sudah lama Arga diam-diam mencintai karyawannya tersebut, tapi dia ragu untuk mengungkapkannya. Sampai akhirnya dia nekat menemui orangtua Anggi setelah mendapat dukungan dari orangtuanya.

Orangtua Anggi senang sekali menerima niat baik bos anaknya tersebut. Sedangkan Anggi bingung sekali dibuatnya. Sebenarnya hatinya sangat ingin menolak lamaran atasannya tersebut, tapi sepertinya kondisinya tidak memungkinkan. Penyakit bapaknya saat itu sedang kambuh, Anggi takut keadaan bapaknya makin parah kalau dia menolak. Tapi untuk menerima rasanya hatinya sangat berat. Akhirnya Anggi meminta waktu untuk berfikir.

'Aku akan meminta saran dari Niki dulu,' bathin Anggi dalam hati. Nikita adalah sahabat Anggi dari mereka masih sama-sama duduk di bangku SMP. Mereka bersekolah di sekolah yang sama. Nikita  Agustina, gadis lincah yg cantik. Anggi biasa memanggilnya Niki.

***

Niki sedang menikmati suasana pagi di taman depan rumahnya. Secangkir teh hangat dan sepiring kue pastel kesukaannya menemaninya menikmati udara pagi. 'Aahh, segarnya udara pagi ini, aku suka mendengar suara kicau burung yang beterbangan dari satu pohon ke pohon lainnya.' Niki benar-benar menikmati hari liburnya. Ya, hari ini memang dia sedang libur dari pekerjaannya, di restoran tempat dia bekerja bersama Anggi.

Matahari di ufuk timur belum keluar dengan sempurna. Masih malu-malu mengintip dari balik awan. Sinarnya lembut menyentuh kulit Niki. Gadis cantik itu sangat menikmati suasana pagi yang cerah ini. Sisa-sisa embun masih bergelayut manja di atas dedaunan. Kabut juga belum hilang sempurna, melayang tipis di udara bebas. Niki menarik nafas dalam-dalam. Paru-parunya terasa segar menghirup udara pagi itu. Niki memang senang menikmati suasana pagi setiap dia mendapatkan giliran libur. Penat rasanya setiap hari bergaul dengan perabotan memasak dan makanan-makanan di tempat dia bekerja. Ya, karena Niki bekerja sebagai chef di tempat yang sama dengan Anggi.

Sedang asyik-asyiknya Niki menikmati kesejukan di pagi hari itu, tiba-tiba dia di kejutkan dengan kedatangan Anggi yang sangat dia tidak sangka-sangka.

"Lo nggak kerja, Nggi?" tanya Niki dengan wajah bingung, nggak biasanya Anggi bolos kerja. Sahabatnya ini adalah karyawan paling rajin. Tidak pernah sekalipun dia bolos kecuali dia benar-benar sakit. "Lo sakit?" lanjut Niki masih dengan wajah bingung.

Tanpa bicara apa-apa Anggi langsung menarik tangan Niki ke kamarnya.

"Gawat!" Itu kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya.

"Gawat kenapa?" Niki tambah bingung melihat tingkah Anggi.

Dengan wajah bingung dan panik Anggi menjawab pertanyaan Niki. "Pak Bos ngelamar gue, ternyata kata-katanya di restoran waktu itu nggak main-main."

"Di lamar bos kok gawat? Bukannya harusnya lo seneng bakal jadi nyonya bos?" goda Niki menutupi kegundahan hatinya, karena diam-diam Niki sudah lama mengagumi bosnya tersebut.

"Gue nggak bercanda, Nik." Anggi langsung cemberut mendengar candaan Niki. "Lo kan tau keadaan gue," lanjutnya sedih.

"Maaf, Nggi. Gue lupa," jawab Niki menyesal sambil mengelus lengan sahabatnya itu. "Gue nggak bermaksud menyinggung perasaan lo."

"Gue bener-bener bingung dan nggak tau mau ambil keputusan apa." Anggi menunduk sedih dan hampir menangis karena bingung dan takut. Dia takut Arga menuntut kesuciannya. Dia takut kalau orangtua dan mertuanya nanti tau keadaannya.

"Jadi sekarang gimana keputusan lo? Lo tolak lamaran Pak Arga?" Ada sedikit harap dalam ucapan Niki, gadis itu cemburu dan berharap sahabatnya itu menolak lamaran Pak Arga.

Lirih Anggi menjawab, "Pengennya sih gitu, tapi itu nggak mungkin. Kondisi bapak lagi ngedrop, gue takut terjadi apa-apa sama bapak kalau gue menolak keinginannya. Karena gue lihat bapak sangat bahagia menerima kedatangan Pak Arga. Bapak berharap banget gue mau menikah," lanjutnya.

"Kalau saran gue, lo terima aja lamaran Pak Arga, demi kebaikan orangtua lo. Masalah gimana keadaan lo bisa pelan-pelan lo jelasin ke Pak Arga nanti." Niki terus mengelus lengan sahabatnya itu, untuk menenangkan hatinya. "Gue yakin Pak Arga bisa ngertiin, toh lo melakukan itu nggak sengaja dan cuma sekali," ucap Niki dengan lirih. Suaranya bergetar menahan tangis. Dia tidak sanggup membayangkan sahabatnya itu bersanding bersama orang yang dia cintai. Niki berusaha menenangkan hatinya yang bergejolak.

"Tapi gue takut, Nik." Anggi benar-benar takut dan gelisah.

"Semua demi kebaikan orangtua lo, Nggi. Lo harus berani ambil resiko. Lo nggak mau kan terjadi apa-apa sama mereka?" saran Niki lagi.

Anggi diam mendengar saran dari Niki. Dia masih bingung walau sekarang sudah sedikit agak tenang.

Setelah beberapa saat berfikir akhirnya Anggi mengambil keputusan.

"Baiklah, gue ikutin saran lo. Mungkin emang udah begini jalannya. Apapun yang akan terjadi nanti gue akan hadapi." Karena rasa bingung dan takut, Anggi tidak menyadari kesedihan hati sahabatnya. Dia tidak menyadari ada bulir air bening keluar dari sudut mata sahabatnya itu.

"Makasih ya atas sarannya. Lo emang sahabat gue yang paling baik." Anggi langsung memeluk sahabat terbaiknya itu, tanpa dia tau betapa hancur hati Niki menerima kenyataan pahit itu.

***

Dan inilah yang terjadi sekarang. Sudah satu bulan pernikahan, tapi Anggi belum pernah merasakan kebahagiaan. Belum pernah dia merasakan indahnya jadi seorang istri. Seharusnya dia bahagia jadi nyonya Arga. Seharusnya dia bangga punya suami setampan dan sekaya Arga. Banyak di luar sana gadis-gadis yang mengharapkan ada di posisinya tersebut. Tapi apa yang terjadi sekarang pada pernikahan mereka? Pernikahannya itu bagai neraka baginya. Setiap hari hanya sakit hati dan hinaan yang dia dapat. Tapi dia bersyukur Arga tidak membuka rahasianya ke siapapun. Mungkin dia juga menjaga harga dirinya. Dia tidak mau malu,  jika sampai orang tau kalau perempuan yang dinikahinya sudah tak suci lagi. Kotor!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 22

    Arga dan Pak Wira terus asyik ngobrol sambil menunggu Anggi dan Bu Lusi berbelanja. Berbagai macam topik obrolan mereka bahas. Sampai akhirnya Pak Wira menanyakan sesuatu yang membuat Arga agak terkejut."Ada sesuatu yang ingin papa tanyakan sama kamu," tanya Pak Wira dengan wajah serius. Hingga membuat Arga deg-degan. Dan Arga bisa menebak ke arah mana pembicaraan papanya."Tanya soal apa, pa?" tanya Arga dengan wajah polos. Otaknya berpikir keras untuk menyiapkan jawaban apa yang akan dia berikan untuk papanya."Maaf kalau papa tanyakan soal ini ke kamu. Papa harap kamu nggak tersinggung. lebih baik papa tanyakan ke kamu daripada nanti mama yang menanyakan kepada Anggi," lanjut Pak Wira hati-hati."Nggak apa-apa, pa. Tanyakan aja. Aku nggak akan tersinggung." Arga berusaha menahan gemuruh di dadanya."Kapan kamu dan istrimu merencanakan untuk punya momongan? Udah cukup waktu untuk kalian

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 21

    Keesokan paginya, mereka di bangunkan oleh kicau burung di halaman belakang. Ya, karena kamar Arga letaknya dekat dengan halaman belakang. Bahkan jendela kamar Arga menghadap ke arah sana. Anggi segera bangkit dan membuka gorden jendela kamar. Sinar matahari lembut menembus masuk lewat jendela. Lalu Anggi membuka jendela kamar lebar-lebar. Harum wangi bunga menyeruak masuk. Harum rerumputan yang di basahi embun pagi menambah segar udara di pagi itu. Kabut masih sangat tebal. Menambah segar dan damai suasana pagi itu. Tidak lama kemudian aroma harum kue dari dapur menyusul masuk ke dalam kamar. 'itu pasti mama sedang membuat kue dan menyiapkan sarapan.' batin Anggi.Matahari masih malu-malu untuk menampakkan diri. Sinarnya yang lembut menyentuh kelopak mata Arga. Arga terbangun dan membuka matanya. Dia melihat istrinya sedang berdiri di depan jendela kamar sambil memandangi keindahan halaman belakang rumah."Selamat pagi, sayang," sap

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 20

    Selesai makan dan berbincang sebentar di ruang tengah, Arga dan Anggi pamit untuk istirahat. Mereka berdua segera bersih-bersih dan berganti pakaian dengan baju tidur. Anggi telah menyiapkan baju tidur kesayangannya. Sebuah gaun tidur tipis berwarna ungu, yang menampakkan keindahan tubuh Anggi yang langsing semampai. Membuat jantung Arga berdebar tak beraturan. Arga memandangi istrinya itu tanpa berkedip, seakan dia baru menyadari kalau istrinya itu sangat cantik dan seksi.Perlahan Anggi naik ke tempat tidur. Dia menghampiri suaminya yang sudah menunggunya disana. Anggi langsung masuk kedalam pelukan Arga. Mereka saling berpelukan mesra. Arga mengecup wajah istrinya itu. Lalu turun ke leher dan seterusnya ke seluruh bagian tubuh Anggi. Anggi menikmatinya. Dia mulai mendesah pelan. Akhirnya bibir mereka berpagut pelan dan lama kelamaan mulai dipenuhi nafsu. Mereka pun bersatu dalam nafsu yang sudah tidak bisa mereka kendalikan. Saling memberi dan men

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 19

    Arga dan Anggi tiba di rumah orangtuanya sudah hampir jam makan siang. Pak Wira dan Bu Lusi senang sekali menyambut kedatangan mereka. Bu Lusi langsung memeluk anak dan menantunya itu secara bergantian. Sangat jelas terlihat rasa kangen di hatinya."Kok, lama sekali baru sampai? Mamamu tuh udah nggak sabar dari tadi. Sebentar-sebentar melihat keluar. Udah seperti nunggu pacar aja," ledek Pak Wira kepada istrinya."Papa! Ngeledek mama aja. Wajar kan mama kangen sama anak-anak kesayangan mama," jawab Bu Lusi sambil tersenyum malu."Iya, ma. Tadi kami jalannya santai. Sambil menikmati suasana pagi di jalan. Aku dan Anggi juga tadi berhenti di rest area untuk sarapan dan ngopi." Arga menjawab pertanyaan mamanya."Apa kabar kalian berdua?" Tanya Pak Wira kepada Arga dan Anggi."Alhamdulillah baik, Pa." Jawab Arga sambil bergayut manja di bahu mamanya.

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 18

    Jalanan masih belum terlalu ramai oleh kendaraan yang lalulalang. Mungkin karena hari masih sangat pagi. Matahari pun belum menampakan wajahnya. Masih malu-malu mengintip di balik awan. Udara pagi masih sangat dingin. Embun masih bergulir di atas dedaunan. Damainya suasana di pagi hari. Sejuk.Anggi menikmati suasana pagi dari dalam mobil. Dia duduk tenang sambil menikmati pemandangan di jalan raya. Di sampingnya duduk Arga yang sedang mengendarai mobilnya dengan santai, karena jalan masih sepi, belum ramai oleh kendaraan. Sengaja mereka berangkat pagi-pagi sekali. Untuk menghindari kemacetan.Saat ini mereka hendak pergi liburan ke rumah orangtua Arga di Bandung. Mereka pergi menggunakan kendaraan pribadi, karena mereka hendak menikmati perjalanan liburan mereka. Mereka ingin berhenti di mana mereka mau. Mereka bisa belanja dan makan dimana saja mereka mau. Sedangkan kalau naik kereta atau bis tidak bisa seperti itu.Untuk Arga dan Anggi ini perjala

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 17

    Jam di dinding rumah Arga sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat dia pulang. Arga masuk menggunakan kunci cadangan yang dia bawa. Sengaja dia tidak memencet bel karena takut mengganggu tidur istrinya. Setelah masuk ke dalam rumah, Arga melihat istrinya yang tertidur di sofa, sedangkan televisi masih menyala.Arga memandangi wajah istrinya dengan perasaan bersalah. Rasanya ingin dia menangis di pangkuan istrinya dan meminta maaf atas semua kesalahannya. Tapi itu tidak mungkin dia lakukannya. Arga mengecup kening istrinya itu sehingga istrinya itu terbangun."Mas Arga, udah pulang?" Anggi kaget, dia memandangi suaminya sambil mengerjapkan matanya. Penglihatannya masih buram karena baru saja terbangun dari tidurnya."Maaf mas, aku nggak denger mas pulang." Masih terhuyung-huyung Anggi bergegas ke ruang makan hendak menyiapkan makan malam untuk suaminya."Aku panaskan dulu makanannya ya, mas. Pasti udah dingin. Aku tadi udah siapin makanan kesukaan mas Ar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status