Share

Bab 3

Author: Aida Ayu
last update Last Updated: 2021-08-31 13:53:54

Sinar matahari pagi masuk lewat jendela kamar dan menyentuh mata Anggi. Pagi itu Anggi merasakan badannya pegal-pegal, mungkin kecapean karena kemarin dia habis membersihkan rumah. Biasanya Mba Jum setiap pagi datang untuk membantunya mencuci dan menyetrika pakaian, juga untuk menyapu dan mengepel lantai. Tapi kemarin dia ijin karena anaknya sakit, terpaksa Anggi yang mengerjakan semuanya sendiri. Sekarang baru terasa capeknya. Badannya pegal-pegal semua. Rasanya malas untuk turun dan tempat tidurnya. Anggi membuka matanya, lalu dia terpejam lagi sambil menarik selimutnya.

"Bangun, sudah siang," terdengar suara berat suaminya.

"Badan aku sakit semua mas, biarkan aku tiduran sebentar lagi. Hari ini kan hari libur, kamu nggak ke restoran kan?"

"Aku mau ke stasiun jemput papa dan mama, hari ini kan mereka datang dari Bandung. Emang kamu lupa? Atau kamu sengaja nggak mau menyambut kedatangan orangtuaku?"

"Ya ampun, mas, aku bener-bener lupa. Kenapa sih kamu selalu berfikir jelek tentang aku? Orangtuamu kan orangtua aku juga, aku senang mereka mau datang dan menginap disini."

"Ya udah sekarang kamu beres-beres rumah dan masak yang enak buat menyambut mereka, jangan enak-enakan di tempat tidur aja, dasar pemalas!"

"Siapin kamar tamu, terus barang-barang kamu pindahkan ke kamarku, jangan sampai mereka tau kalau kita nggak tidur satu kamar," perintahnya. "Jangan sampai mereka tau masalah kita," lanjutnya lagi.

Anggi bersyukur dalam hati. Dia senang suaminya tidak menceritakan keadaan dirinya ke orangtuanya. Dia juga senang  mertuanya menginap di rumah itu, karena rumah akan terasa ramai dan suaminya akan bersikap lebih baik padanya. Karena tidak mungkin Arga bersikap kasar di depan orangtuanya.

Dengan lambat Anggi turun dari tempat tidur. 'Aduh, badanku serasa hancur,' bathinnya. Tapi karena didorong rasa gembira dengan kedatangan mertuanya Anggi berusaha semangat mengerjakan semua pekerjaan. Dari mulai beres-beres rumah, membersihkan kamar tamu dan memasak.

Selesai sarapan Arga berangkat ke stasiun Gambir untuk menjemput orangtuanya. Kereta tiba di stasiun kira-kira pukul 9 pagi. Mereka naik kereta Argo Parahyangan yang berangkat pukul 6 dari stasiun Cimahi, Bandung. Ketika Arga sampai di stasiun, kereta yang di tunggu belum datang. Arga duduk-duduk di peron sambil memperhatikan keadaan stasiun. Banyak orang lalu lalang disana, ada yang baru turun dari kereta dan bergegas keluar peron. Ada juga yang mencari-cari keluarga yang menjemput. Dan ada juga yang langsung berpelukan saat bertemu orang yang dicari-cari. Mungkin melepas kangen karena sudah lama tidak bertemu. Tidak sedikit juga orang yang berebut naik ke kereta yang ditunggu. Cukup ramai keadaan stasiun, mungkin karena sedang libur panjang.

Setelah menunggu agak lama akhirnya datang juga kereta yang ditunggu. Arga mencari-cari orangtuanya diantara penumpang-penumpang yang turun dari kereta Argo Parahyangan. Akhirnya matanya menemukan orang yang dicari. Arga langsung menghampiri kedua orangtuanya. Dia langsung mencium tangan papa dan mamanya. Lalu bergegas mengambil tas yang dibawa oleh kedua orangtuanya.

"Bagaimana keadaan papa dan mama?"

"Alhamdulillah, baik," jawab mama sambil memeluk anak laki-laki satu-satunya itu. "Mama kangen sekali sama kamu, sayang."

"Aku juga kangen sama papa dan mama, tapi maaf aku belum bisa nengokin papa dan mama di Bandung"

"Tidak apa-apa, kebetulan papa dan mama yang ada waktu jadi kami yang nengokin kalian ke Jakarta".

"Oh iya, Anggi mana? Tidak kamu ajak?" Tanya mama kemudian

"Anggi tidak ikut, ma. Dia lagi beres-beres rumah dan memasak untuk makan siang kita semua"

"Kalau begitu ayo kita cepat pulang, kangen mama sama menantu mama itu. Mama kangen juga sama masakannya yang lezat," ajak mama sambil tersenyum.

Akhirnya mereka bertiga bergegas ketempat Arga memarkir mobilnya dan pergi meninggalkan stasiun untuk segera pulang ke rumah.

***

Sementara itu di rumah, Anggi sibuk merapikan rumah. Setelah itu dia sibuk memasak di dapur. Kebetulan kemarin dia belanja kebutuhan dapur. Hari itu Anggi hendak memasak pepes ikan mas dan tumis bunga pepaya kesukaan mertuanya. Harum bakaran pepesnya memenuhi seluruh dapur, membuat lapar yang mencium aromanya. Pasti senang papa dan mama menikmati makanan kesukaan mereka. Dan seperti biasa mama akan memuji masakannya. Anggi senyum-senyum sendiri membayangkannya. Istri Arga itu bersyukur mempunyai mertua yang sangat baik dan sangat menyayanginya.

Karena asyiknya Anggi melamun sampai-sampai hampir saja dia lupa dengan pepes ikan yang sedang dibakar. Segera dia membalik masakannya itu. 'Ahh, hampiri saja hangus,' batinnya.

Akhirnya selesai juga masakannya. Semua sudah terhidang di meja makan. Tinggal mandi dan rapi-rapi untuk menyambut kedatangan mertuanya. Jangan sampai mereka datang dan dia masih kotor seperti ini. Masih bau masakan. Bisa marah suaminya nanti, bisa-bisa keluar kata-kata yang tidak enak didengar. Cepat-cepat Anggi ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi Anggi duduk-duduk santai di ruang tengah sambil membaca novel kesukaannya. 'Santai sebentar, ah, sambil menunggu papa dan mama datang,' gumam Anggi. Badannya masih terasa pegal-pegal, walau sudah agak berkurang setelah dia  mandi. Sekarang sudah terasa agak segar. Sedang asyik dia menikmati kata demi kata di dalam novelnya, tiba-tiba dia mendengar ada suara mobil masuk pekarangan rumah. 'Itu pasti mas Arga,' pikirnya senang. Dia pun langsung keluar untuk menyambut kedatangan mertuanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 22

    Arga dan Pak Wira terus asyik ngobrol sambil menunggu Anggi dan Bu Lusi berbelanja. Berbagai macam topik obrolan mereka bahas. Sampai akhirnya Pak Wira menanyakan sesuatu yang membuat Arga agak terkejut."Ada sesuatu yang ingin papa tanyakan sama kamu," tanya Pak Wira dengan wajah serius. Hingga membuat Arga deg-degan. Dan Arga bisa menebak ke arah mana pembicaraan papanya."Tanya soal apa, pa?" tanya Arga dengan wajah polos. Otaknya berpikir keras untuk menyiapkan jawaban apa yang akan dia berikan untuk papanya."Maaf kalau papa tanyakan soal ini ke kamu. Papa harap kamu nggak tersinggung. lebih baik papa tanyakan ke kamu daripada nanti mama yang menanyakan kepada Anggi," lanjut Pak Wira hati-hati."Nggak apa-apa, pa. Tanyakan aja. Aku nggak akan tersinggung." Arga berusaha menahan gemuruh di dadanya."Kapan kamu dan istrimu merencanakan untuk punya momongan? Udah cukup waktu untuk kalian

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 21

    Keesokan paginya, mereka di bangunkan oleh kicau burung di halaman belakang. Ya, karena kamar Arga letaknya dekat dengan halaman belakang. Bahkan jendela kamar Arga menghadap ke arah sana. Anggi segera bangkit dan membuka gorden jendela kamar. Sinar matahari lembut menembus masuk lewat jendela. Lalu Anggi membuka jendela kamar lebar-lebar. Harum wangi bunga menyeruak masuk. Harum rerumputan yang di basahi embun pagi menambah segar udara di pagi itu. Kabut masih sangat tebal. Menambah segar dan damai suasana pagi itu. Tidak lama kemudian aroma harum kue dari dapur menyusul masuk ke dalam kamar. 'itu pasti mama sedang membuat kue dan menyiapkan sarapan.' batin Anggi.Matahari masih malu-malu untuk menampakkan diri. Sinarnya yang lembut menyentuh kelopak mata Arga. Arga terbangun dan membuka matanya. Dia melihat istrinya sedang berdiri di depan jendela kamar sambil memandangi keindahan halaman belakang rumah."Selamat pagi, sayang," sap

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 20

    Selesai makan dan berbincang sebentar di ruang tengah, Arga dan Anggi pamit untuk istirahat. Mereka berdua segera bersih-bersih dan berganti pakaian dengan baju tidur. Anggi telah menyiapkan baju tidur kesayangannya. Sebuah gaun tidur tipis berwarna ungu, yang menampakkan keindahan tubuh Anggi yang langsing semampai. Membuat jantung Arga berdebar tak beraturan. Arga memandangi istrinya itu tanpa berkedip, seakan dia baru menyadari kalau istrinya itu sangat cantik dan seksi.Perlahan Anggi naik ke tempat tidur. Dia menghampiri suaminya yang sudah menunggunya disana. Anggi langsung masuk kedalam pelukan Arga. Mereka saling berpelukan mesra. Arga mengecup wajah istrinya itu. Lalu turun ke leher dan seterusnya ke seluruh bagian tubuh Anggi. Anggi menikmatinya. Dia mulai mendesah pelan. Akhirnya bibir mereka berpagut pelan dan lama kelamaan mulai dipenuhi nafsu. Mereka pun bersatu dalam nafsu yang sudah tidak bisa mereka kendalikan. Saling memberi dan men

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 19

    Arga dan Anggi tiba di rumah orangtuanya sudah hampir jam makan siang. Pak Wira dan Bu Lusi senang sekali menyambut kedatangan mereka. Bu Lusi langsung memeluk anak dan menantunya itu secara bergantian. Sangat jelas terlihat rasa kangen di hatinya."Kok, lama sekali baru sampai? Mamamu tuh udah nggak sabar dari tadi. Sebentar-sebentar melihat keluar. Udah seperti nunggu pacar aja," ledek Pak Wira kepada istrinya."Papa! Ngeledek mama aja. Wajar kan mama kangen sama anak-anak kesayangan mama," jawab Bu Lusi sambil tersenyum malu."Iya, ma. Tadi kami jalannya santai. Sambil menikmati suasana pagi di jalan. Aku dan Anggi juga tadi berhenti di rest area untuk sarapan dan ngopi." Arga menjawab pertanyaan mamanya."Apa kabar kalian berdua?" Tanya Pak Wira kepada Arga dan Anggi."Alhamdulillah baik, Pa." Jawab Arga sambil bergayut manja di bahu mamanya.

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 18

    Jalanan masih belum terlalu ramai oleh kendaraan yang lalulalang. Mungkin karena hari masih sangat pagi. Matahari pun belum menampakan wajahnya. Masih malu-malu mengintip di balik awan. Udara pagi masih sangat dingin. Embun masih bergulir di atas dedaunan. Damainya suasana di pagi hari. Sejuk.Anggi menikmati suasana pagi dari dalam mobil. Dia duduk tenang sambil menikmati pemandangan di jalan raya. Di sampingnya duduk Arga yang sedang mengendarai mobilnya dengan santai, karena jalan masih sepi, belum ramai oleh kendaraan. Sengaja mereka berangkat pagi-pagi sekali. Untuk menghindari kemacetan.Saat ini mereka hendak pergi liburan ke rumah orangtua Arga di Bandung. Mereka pergi menggunakan kendaraan pribadi, karena mereka hendak menikmati perjalanan liburan mereka. Mereka ingin berhenti di mana mereka mau. Mereka bisa belanja dan makan dimana saja mereka mau. Sedangkan kalau naik kereta atau bis tidak bisa seperti itu.Untuk Arga dan Anggi ini perjala

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 17

    Jam di dinding rumah Arga sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat dia pulang. Arga masuk menggunakan kunci cadangan yang dia bawa. Sengaja dia tidak memencet bel karena takut mengganggu tidur istrinya. Setelah masuk ke dalam rumah, Arga melihat istrinya yang tertidur di sofa, sedangkan televisi masih menyala.Arga memandangi wajah istrinya dengan perasaan bersalah. Rasanya ingin dia menangis di pangkuan istrinya dan meminta maaf atas semua kesalahannya. Tapi itu tidak mungkin dia lakukannya. Arga mengecup kening istrinya itu sehingga istrinya itu terbangun."Mas Arga, udah pulang?" Anggi kaget, dia memandangi suaminya sambil mengerjapkan matanya. Penglihatannya masih buram karena baru saja terbangun dari tidurnya."Maaf mas, aku nggak denger mas pulang." Masih terhuyung-huyung Anggi bergegas ke ruang makan hendak menyiapkan makan malam untuk suaminya."Aku panaskan dulu makanannya ya, mas. Pasti udah dingin. Aku tadi udah siapin makanan kesukaan mas Ar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status