Share

Bab 3

Sinar matahari pagi masuk lewat jendela kamar dan menyentuh mata Anggi. Pagi itu Anggi merasakan badannya pegal-pegal, mungkin kecapean karena kemarin dia habis membersihkan rumah. Biasanya Mba Jum setiap pagi datang untuk membantunya mencuci dan menyetrika pakaian, juga untuk menyapu dan mengepel lantai. Tapi kemarin dia ijin karena anaknya sakit, terpaksa Anggi yang mengerjakan semuanya sendiri. Sekarang baru terasa capeknya. Badannya pegal-pegal semua. Rasanya malas untuk turun dan tempat tidurnya. Anggi membuka matanya, lalu dia terpejam lagi sambil menarik selimutnya.

"Bangun, sudah siang," terdengar suara berat suaminya.

"Badan aku sakit semua mas, biarkan aku tiduran sebentar lagi. Hari ini kan hari libur, kamu nggak ke restoran kan?"

"Aku mau ke stasiun jemput papa dan mama, hari ini kan mereka datang dari Bandung. Emang kamu lupa? Atau kamu sengaja nggak mau menyambut kedatangan orangtuaku?"

"Ya ampun, mas, aku bener-bener lupa. Kenapa sih kamu selalu berfikir jelek tentang aku? Orangtuamu kan orangtua aku juga, aku senang mereka mau datang dan menginap disini."

"Ya udah sekarang kamu beres-beres rumah dan masak yang enak buat menyambut mereka, jangan enak-enakan di tempat tidur aja, dasar pemalas!"

"Siapin kamar tamu, terus barang-barang kamu pindahkan ke kamarku, jangan sampai mereka tau kalau kita nggak tidur satu kamar," perintahnya. "Jangan sampai mereka tau masalah kita," lanjutnya lagi.

Anggi bersyukur dalam hati. Dia senang suaminya tidak menceritakan keadaan dirinya ke orangtuanya. Dia juga senang  mertuanya menginap di rumah itu, karena rumah akan terasa ramai dan suaminya akan bersikap lebih baik padanya. Karena tidak mungkin Arga bersikap kasar di depan orangtuanya.

Dengan lambat Anggi turun dari tempat tidur. 'Aduh, badanku serasa hancur,' bathinnya. Tapi karena didorong rasa gembira dengan kedatangan mertuanya Anggi berusaha semangat mengerjakan semua pekerjaan. Dari mulai beres-beres rumah, membersihkan kamar tamu dan memasak.

Selesai sarapan Arga berangkat ke stasiun Gambir untuk menjemput orangtuanya. Kereta tiba di stasiun kira-kira pukul 9 pagi. Mereka naik kereta Argo Parahyangan yang berangkat pukul 6 dari stasiun Cimahi, Bandung. Ketika Arga sampai di stasiun, kereta yang di tunggu belum datang. Arga duduk-duduk di peron sambil memperhatikan keadaan stasiun. Banyak orang lalu lalang disana, ada yang baru turun dari kereta dan bergegas keluar peron. Ada juga yang mencari-cari keluarga yang menjemput. Dan ada juga yang langsung berpelukan saat bertemu orang yang dicari-cari. Mungkin melepas kangen karena sudah lama tidak bertemu. Tidak sedikit juga orang yang berebut naik ke kereta yang ditunggu. Cukup ramai keadaan stasiun, mungkin karena sedang libur panjang.

Setelah menunggu agak lama akhirnya datang juga kereta yang ditunggu. Arga mencari-cari orangtuanya diantara penumpang-penumpang yang turun dari kereta Argo Parahyangan. Akhirnya matanya menemukan orang yang dicari. Arga langsung menghampiri kedua orangtuanya. Dia langsung mencium tangan papa dan mamanya. Lalu bergegas mengambil tas yang dibawa oleh kedua orangtuanya.

"Bagaimana keadaan papa dan mama?"

"Alhamdulillah, baik," jawab mama sambil memeluk anak laki-laki satu-satunya itu. "Mama kangen sekali sama kamu, sayang."

"Aku juga kangen sama papa dan mama, tapi maaf aku belum bisa nengokin papa dan mama di Bandung"

"Tidak apa-apa, kebetulan papa dan mama yang ada waktu jadi kami yang nengokin kalian ke Jakarta".

"Oh iya, Anggi mana? Tidak kamu ajak?" Tanya mama kemudian

"Anggi tidak ikut, ma. Dia lagi beres-beres rumah dan memasak untuk makan siang kita semua"

"Kalau begitu ayo kita cepat pulang, kangen mama sama menantu mama itu. Mama kangen juga sama masakannya yang lezat," ajak mama sambil tersenyum.

Akhirnya mereka bertiga bergegas ketempat Arga memarkir mobilnya dan pergi meninggalkan stasiun untuk segera pulang ke rumah.

***

Sementara itu di rumah, Anggi sibuk merapikan rumah. Setelah itu dia sibuk memasak di dapur. Kebetulan kemarin dia belanja kebutuhan dapur. Hari itu Anggi hendak memasak pepes ikan mas dan tumis bunga pepaya kesukaan mertuanya. Harum bakaran pepesnya memenuhi seluruh dapur, membuat lapar yang mencium aromanya. Pasti senang papa dan mama menikmati makanan kesukaan mereka. Dan seperti biasa mama akan memuji masakannya. Anggi senyum-senyum sendiri membayangkannya. Istri Arga itu bersyukur mempunyai mertua yang sangat baik dan sangat menyayanginya.

Karena asyiknya Anggi melamun sampai-sampai hampir saja dia lupa dengan pepes ikan yang sedang dibakar. Segera dia membalik masakannya itu. 'Ahh, hampiri saja hangus,' batinnya.

Akhirnya selesai juga masakannya. Semua sudah terhidang di meja makan. Tinggal mandi dan rapi-rapi untuk menyambut kedatangan mertuanya. Jangan sampai mereka datang dan dia masih kotor seperti ini. Masih bau masakan. Bisa marah suaminya nanti, bisa-bisa keluar kata-kata yang tidak enak didengar. Cepat-cepat Anggi ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi Anggi duduk-duduk santai di ruang tengah sambil membaca novel kesukaannya. 'Santai sebentar, ah, sambil menunggu papa dan mama datang,' gumam Anggi. Badannya masih terasa pegal-pegal, walau sudah agak berkurang setelah dia  mandi. Sekarang sudah terasa agak segar. Sedang asyik dia menikmati kata demi kata di dalam novelnya, tiba-tiba dia mendengar ada suara mobil masuk pekarangan rumah. 'Itu pasti mas Arga,' pikirnya senang. Dia pun langsung keluar untuk menyambut kedatangan mertuanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status