Share

Noda Lipstik di Kemeja Suamiku
Noda Lipstik di Kemeja Suamiku
Author: Widya A.S

1. Sikap Kasar Reza

Author: Widya A.S
last update Last Updated: 2023-03-01 15:36:08

"Dian ... Diandra! Cepat ambilkan sepatuku! Dasar Istri gak becus!" Reza terus memarahi istrinya yang yang masih sibuk membereskan sisa sarapan mereka.

"Sebentar, Mas. Dian baru selesai beresin meja makan. Sepatunya kan sudah Dian siapkan di rak depan. Jadi, Mas Reza tinggal pakai saja, kaos kaki juga sudah ada di dalamnya." terang Diandra.

"Kamu kan tahu saya duduk di sini. Ya Kamu ambilkan lah sepatu itu ke sini. Gimana sih jadi Istri kok malas-malasan," gerutu Reza.

"Tapi kan lantai ini sudah Dian pel, Mas. Nanti kotor lagi kalau Mas Reza pakainya di sini." Meski suaminya sudah marah-marah, namun Diandra tetap menghadapinya dengan sabar.

"Kalau kotor kan tinggal di pel lagi gimana sih! Dasar Istri nggak guna!" Reza berjalan keluar dengan menghentakkan kakinya. Ia bahkan sempat mendorong Dian hingga istrinya terjatuh dan meringis kesakitan.

Begitulah keseharian Diandra dan suaminya, selalu terlibat percekcokan meski hanya dalam masalah ringan. Meski begitu, Diandra tak pernah sekalipun berpikir untuk meninggalkan suaminya.

"Kenapa kamu berubah, Mas? Kenapa kamu sudah tak sehangat dulu lagi? Apa Mungkin kamu sudah bosan?" batin Dian menatap suaminya yang tengah memakai sepatu.

"Mas, salim dulu," ucap Diandra saat melihat Reza sudah mau masuk ke dalam mobil.

"Nggak perlu! Aku jijik sama tangan kotormu yang setiap hari bau terasi. Kamu lihat tuh istri tetangga, setiap pagi mereka terlihat cantik dan rapi, tubuhnya pun wangi, nggak kayak kamu yang bau ketek! Gimana aku bisa betah di rumah, kalau istriku aja jorok kaya gitu?!"

Bagaikan pisau belati yang mengoyak-oyak hati. Sudah mendapat penolakan Diandra masih juga mendapat hinaan dari suaminya. 

Perlahan air mata Diandra pun menetes, namun tak pernah sekalipun ia melawan ucapan suaminya. Karena baginya, selama suaminya tidak melakukan pengkhianatan, semua kesalahan yang masih bisa dimaafkan.

"Hati-hati di jalan, Mas," ucap Diandra saat mobil yang ditumpangi Reza sudah mulai berjalan menjauhinya.

"Sabar, Dian. Kamu pasti bisa melewati semua ini." Diandra terus menguatkan dirinya meski ia tahu saat ini ia sudah mulai kehabisan kesabarannya.

"Ya ampun! Itu kan ponsel Mas Reza. Aku harus mandi terus siap-siap anterin ponsel ini. Sebelum nanti Mas Reza marah-marah lagi." Dengan gerakan cepat, Dian bergegas ke kamar dan mandi secepat mungkin. Selesai mandi, tak lupa ia memilih pakaian yang menurutnya paling bagus. Karena ia tak ingin mempermalukan suaminya di depan rekan kerjanya.

"Oh, iya! Aku harus pakai parfum yang wangi biar gak bau badan. Pokoknya aku nggak boleh bikin malu Mas Reza." Dian menyemprotkan parfum beberapa kali ke tubuhnya hingga aroma wangi tercium. Tak lupa ia memoles sedikit make up di wajahnya.

"Nah sudah siap, sekarang aku mau berangkat. Mudah-mudahan Mas Reza nggak marah," monolog Diandra.

Diandra berjalan keluar komplek rumahnya untuk menaiki kendaraan umum. Sebab ia tak mungkin menaiki taksi karena tarif yang terlalu mahal.

"Mau pakai taksi tapi uangnya nggak cukup, kalau pakai angkot nanti takut kelamaan. Gimana ya?" Diandra menoleh ke kanan kiri berharap menemukan kendaraan lain.

"Nah itu ada tukang ojek, lebih baik aku naik ojek biar cepat sampainya." Dengan langkah tergesa-gesa Diandra menghampiri jajaran tukang ojek yang tengah menunggu penumpang datang.

"Bang, tolong anterin ke alamat ini ya," ucap Diandra sambil menyodorkan alamat pada tukang ojek yang akan ia tumpangi.

"Siap, Neng. Jangan lupa pakai helmnya ya. Biar nggak diapelin pak polisi," ucap tukang ojek tersebut.

"Haha, Abang ini bisa aja." 

Dengan menaiki kendaraan roda dua, Diandra menembus jalanan ibukota yang tengah padat oleh lalu lalang kendaraan.

"Berapa, Bang?" tanya Diandra setelah mereka sampai di tempat tujuan.

"Ceban aja, Neng. Makasih ya." 

Setelah mendapat bayaran, si tukang ojek langsung berlalu meninggalkan Diandra sendiri.

Dengan langkah percaya diri Diandra berjalan menuju resepsionis untuk menanyakan ruangan suaminya.

"Permisi, Mbak. Saya mau tanya ruangan Mas Reza di mana ya?" tanya Diandra.

"Maaf, kalau boleh tahu Anda siapa ya?" tanya resepsionis tersebut.

"Saya Diandra istrinya," ucap Diandra.

"Oh, begitu. Silahkan tunggu sebentar, biar saya hubungi Pak Reza terlebih dulu," ujar sang resepsionis yang kemudian terlihat menghubungi seseorang.

"Hallo, Pak. Di lobby ada seorang perempuan bernama Diandra yang mengaku sebagai Istri Bapak sedang menunggu di bawah," ucap resepsionis yang diketahui bernama Rina.

"Oh, baik." Setelah itu Rina menutup sambungan telepon dan meminta Diandra untuk tetap menunggu.

"Maaf, Mbak. Kata Pak Reza Mbak disuruh menunggu saja di sini. Beliau sebentar lagi akan turun," terang Rina.

"Baik, terima kasih ya, Mbak," ucap Diandra.

Tak lama kemudian Reza tampak datang menghampirinya. Namun raut wajah ramah sama sekali tak terpampang di wajahnya. Dengan kasar Reza menarik lengan Diandra menjauh dari resepsionis.

"Kamu ngapain ke sini? Pakai pakaian lusuh kayak gitu lagi. Bikin malu aja!" ucap Reza.

"Ma-maaf, Mas. Dian cuma mau antar ponsel Mas aja. Tadi ponsel Mas Reza ketinggalan di ruang makan," ujar Diandra. Beberapa pasang mata melirik ke arahnya karena tak sengaja mendengar sentakan dari mulut Reza.

"Kamu kan bisa kirim lewat orang atau enggak taruh aja di sini. Nggak perlu kamu yang antar ke sini terus nemuin aku. Aku malu tau punya istri kayak kamu yang nggak bisa dandan. Coba kamu ngaca deh, lihat kayak apa penampilan kamu sekarang. Rambut berantakan, muka kusam, pakaian lusuh, badan bau keringat kayak gitu berani nemuin aku di kantor besar kayak gini?!" Reza terus memaki Diandra hingga wanita itu mulai terisak.

"Hiks, hiks, maafin Dian kalau udah bikin Mas malu. Dian pulang sekarang." Namun saat Diandra hendak meraih tangan suaminya, lagi-lagi ia harus mendapat penolakan.

"Udah sana buruan pergi. Nggak perlu cium tangan juga, nanti keringat kamu nempel di tanganku." Reza terus mencibir Diandra.

"Ya sudah kalau begitu Dian pamit pulang dulu ya, Mas."

Tanpa menghiraukan ucapan istrinya Reza langsung pergi begitu saja.

Beberapa karyawan terlihat berbisik-bisik membicarakan dirinya.

"Eh, lihat tuh istri Pak Reza. Masa istri manajer penampilannya kumal kayak gitu. Pantas aja Pak Reza marah-marah terus. Lihat tuh bajunya yang norak. Muka kusam, rambutnya juga acak-acakan. Itu sih pantasnya jadi, babu," ucap salah satu resepsionis rekan Rina.

"Hust, nggak boleh ngomongin orang kayak gitu. Tadi sih aku lihat dia ke sini naik ojek. Mungkin karena itu dia jadi acak-acakan penampilannya," ucap Rina.

"Tapi emang kamu nggak nyium apa? Tadi itu badannya bau banget tahu. Kalau aku jadi Pak Reza, udah aku tinggalin tuh cewek."

Sang resepsionis laki-laki turut membicarakan keburukan tentang Diandra tanpa mereka tahu kehidupan seperti apa yang Diandra alami.

"Ya wajar kali kalau bau, namanya juga naik ojek. Panas terik matahari, belum lagi polusi, badan keringatan jadi bau ya wajar dong. Kamu juga kalau naik ojek pasti kayak gitu. Kita aja yang sekarang nasibnya beruntung kerjanya nggak kepanasan, jadi bisa jaga penampilan tiap saat. Ditambah lagi tuntutan pekerjaan yang mengharuskan kita buat rapih dan wangi," ucap Rina.

"Kamu itu kenapa sih, Rin? Perasaan dari tadi kamu belain tuh perempuan terus?" ucap rekan Rina.

"Aku nggak belain siapa-siapa, aku cuma memposisikan gimana kalau aku jadi dia. Udah susah payah ke sini, sampai sini malah diomongin terus sama orang," ucap Rina.

"Udah,udah, ayo kita kerja. Nanti malah ditegur," ucap resepsionis laki-laki yang tadi ikut membicarakan Diandra.

Tanpa mereka sadari, jika apa yang mereka lakukan tak luput dari perhatian seseorang yang sejak tadi mengawasi mereka diam-diam. Ia bahkan mendengar jelas makian Reza pada wanita malang yang baru saja berjalan melewatinya dengan wajah sembab. Sosok itu terus menatap kepergian Diandra dengan pandangan yang sulit diartikan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Noda Lipstik di Kemeja Suamiku   25. Kenyataan Pahit

    “Rania,” ucap Saga lirih. “Rania adalah mendiang istriku, Di. Rania teman kita, adalah Mama Bella,” sambungnya. Diandra sangat terkejut mendengar apa yang Saga baru saja. Diandra tak ingin mempercayainya, tapi saat ia menoleh ke arah Kevin, nyatanya Kevin pun mengangguk membetulkan ucapan Saga. Dengan suara bergetar menahan tangis, Diandra bertanya, “Jadi, maksud kamu Rania sudah meninggal?” “Iya, Rania meninggal setelah sebelumnya mengalami kecelakaan saat kami dalam perjalanan menuju rumah sakit. Rania kehabisan banyak darah, dia meninggal begitu Bella lahir,” tutur Saga menunduk. Rasa bersalah kembali menyelimutinya. Setetes air mata berhasil lolos. “Maafin kita, Di. Kita gak ngabarin soal Rania, karena dia yang minta. Waktu Rania nikah dengan Saga, Rania meminta kita buat gak kasih tau ke kamu. Dan saat dia meninggal, kita semua gak ada yang punya nomor kamu,” timpal Kevin. Diandra masih shock mendengar kabar itu. Dengan tatapan kosong, ia bertanya, “Jadi, selama bertahun-t

  • Noda Lipstik di Kemeja Suamiku   24. Tamu tak Terduga

    Toko kue Diandra hari ini begitu ramai, para pembeli tengah mencicipi kue coklat pertama yang Diandra suguhkan. Promosi yang Diandra suguhkan itu sukses menarik perhatian para pembeli. Mereka sangat antusias, bahkan tak segan-segan memesan kue untuk esok hari agar tak kehabisan. Melihat reaksi para pembeli yang begitu menyukai kue buatannya, membuat Diandra semakin semangat untuk terus belajar membuat kue dengan varian lain lagi.“Toko rame banget, Di? Kira-kira aku kebagian kue coklatnya enggak ya?” ucap Arkan yang baru pulang kerja.“Eh, kamu, Ar? Tenang, kue buat kam sudah aku simpan di dalam. Sama buat Ibu-Bapak juga, ya. Awas kalau dihabisin sendiri!” ancam Diandra.“Iya, iya, bawel banget sih. Jadi makin sayang,” canda Arkan.“Tapi sayang, aku makin mual dengarnya,” balas Diandra.Saat mereka tengah asyik bercanda, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan toko kue milik Diandra, membuat semua pengunjung penasaran dengan pemilik mobil tersebut. Termasuk Diandra dan Arkan y

  • Noda Lipstik di Kemeja Suamiku   23. Toko Kue

    Jika Reza tengah disibukkan dengan pernikahannya, lain halnya dengan Diandra yang kini tengah merintis usaha barunya. Diandra kini sudah resmi membuka toko kue dengan memanfaatkan gerai yang menyatu langsung dengan rumahnya. Dengan bantuan Sumi dan Arkan sebagai juri untuk menilai, Diandra kini sudah bisa membuat berbagai macam kue untuk dijual.“Kan, kamu kalau mau berangkat kerja, pergi aja gak apa-apa. Aku juga udah selesai, kok. Tinggal siapin kue terakhir aja,” ujar Diandra.“Gak apa-apa. Lagipula, masih terlalu pagi buat aku berangkat kerja sekarang,” balas Arkan.Namun, tiba-tiba ponsel Arkan berdering menandakan adanya panggilan masuk. Rupanya rekan satu kantornya yang menghubungi Arkan. Arkan dipinta untuk berangkat lebih awal guna menyelesaikan pekerjaannya yang kemarin belum selesai karena akan dipinta pagi itu oleh atasannya.“Hehe, maaf, Di. Aku ditelepon sama teman. Nanti pulangnya aku bantuin lagi ya. Jangan marah, abang bekerja untuk kita,” gurau Arkan.“Iya, Aban

  • Noda Lipstik di Kemeja Suamiku   22. Persiapan Pernikahan

    Hari demi hari telah berlalu, kini Reza dan Diandra telah resmi bercerai. Reza bahkan sudah mulai mempersiapkan pernikahannya bersama Clara. Setelah perceraiannya bersama Diandra, Reza tak pernah lagi bertemu dengan Diandra meski hanya sekali. Ia bahkan tak mengetahui kehidupan Diandra saat ini. Kini dunianya hanya dipenuhi oleh Clara. “Sayang, besok baju pengantinnya jangan yang ngetat ya. Kasihan anak kita kalau kamu harus pakai korset atau apapun. Lebih baik pakai gaun aja ya, jangan pakai kebaya,” pinta Reza pada Clara. “Gak mau ah, nanti aku gak cantik kalau pakainya yang besar-besar. Lagian cuman sehari doang, masa gak boleh sih? Kalau kamu mau aku pakai gaun, mendingan sekalian aja kita nikahnya di hotel mewah, Mas. Aku yakin, kalau kita nikahnya mewah, Diandra pasti bakalan cemburu,” ujar Clara. “Tapikan uangku gak sebanyak itu sayang, kita juga kan harus nabung buat biaya persalinan kamu nanti.” Sejak berpisah dengan Diandra, kondisi keuangan Reza memang sedikit menuru

  • Noda Lipstik di Kemeja Suamiku   21. Membuka Lembaran Baru

    Saga mendapat telepon dari bawahannya yang mengabarkan jika Diandra pergi dari rumahnya dengan menyeret koper. Mendengar kabar itu, membuat Saga berpikir jika Diandra di usir dari rumahnya. Satu sisi ia merasa senang, namun di sisi lain ia juga merasa sedih lantara Diandra harus mengalami hal yang tak menyenangkan seperti itu.“Akan ku pastikan mereka merasakan apa yang kamu rasakan sekarang,”ujar Saga. Tangannya mengepal menahan amarah.“Jadi apa yang mau lo lakuin sekarang?” tanya Kevin.“Gue harus tetap pura-pura bodoh. Jangan sampai Diandra tau kalau selama ini gue selalu mata-matain dia. Gue gak mau Diandra merasa terganggu terus ngejauhin gue. Tapi mulai sekarang lo udah bebas, lo gak peru sembunyi lagi dari Diandra. Kalau suatu saat lo ketemu sama dia dan dia nanyain soal Rania, lo cukup bilang kalau Rania udah meninggal. Biarin gue sendiri yang jelasin soal hubungan gue sama Rania nantinya,” terang Saga.“Ga, gue rasa lo musti periksa kejiwaan, deh. Lo itu udah lebih dari cint

  • Noda Lipstik di Kemeja Suamiku   20. Rumah Baru

    Rumah dengan desain klasik sederhana yang tertata rapi. Dibagian depannya terdapat gerai yang bisa dijadikan untuk buka usaha. Tepat seperti target yang Diandra cari. Meski kecil, namun rumah itu tampak begitu nyaman. “Bagaimana, Neng? Suka sama rumahnya?” tanya Sopir taksi. “Suka banget, Pak. Tapi maaf, kalau boleh tau, berapa harga perbulannya ya?” tanya Diandra. “Maaf, Neng. Tempatnya disewakan pertahun, bukan perbulan. Soalnya yang punya rumah lagi butuh uang buat biaya pengobatan istrinya di rumah sakit, satu tahunnya 36 juta. Kalau Neng berminat, biar Bapak sampaikan sama yang punya buat Neng tempatin sekarang. Bagaimana, Neng?” tanya Sang Sopir. “36 juta? Tabunganku kayanya sih cukup, tapi gimana buat ke depannya nanti ya? Aku juga kn butuh modal buat buka usaha. Tapi kalau gak diambil, sayang banget, mana udah ada gerainya jug, lokasi juga strategis. Ambil gak ya?” batin Diandra. “Neng? Gimana? Mau diambil atau mau cari kontrakan lain?” tanya Pak Sopir, menyadarkan Diandra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status