Saat malam tiba, Diandra tak kunjung bisa memejamkan matanya. Ia terus berjalan mondar-mandir menunggu kepulangan suaminya. Ini merupakan kesekian kalinya Reza pulang terlambat. Setiap kali ditanya, Reza selalu menjawab lembur karena pekerjaan.
"Mas Reza kemana ya? Kok udah malam belum pulang juga? Apa jangan-jangan terjadi sesuatu sama Mas Reza? Atau lembur lagi?" ucap Diandra.Berkali-kali ia menghubungi suaminya, akan tetapi nomornya tidak aktif. Tentu saja hal itu membuat Diandra semakin gelisah.Hingga tepat pukul 10.00 malam, deru mesin mobil suaminya terdengar di garasi. Dengan tergesa-gesa Diandra berlari menyambut suaminya."Mas, kok tumben baru pulang? Mas Reza lembur lagi?" tanya Diandra."Hem. Gak usah banyak tanya! Sekarang siapin air hangat, aku mau mandi!" ucap Reza dingin.Tanpa menjawab lagi, Diandra dengan cekatan menyiapkan air dan baju tidur untuk suaminya."Mas, airnya sudah Dian siapin. Bajunya juga ada di kasur. Makan malamnya biar Dian panasin dulu ya," ucap Diandra."Nggak perlu. Aku sudah makan malam diluar." Tanpa menghiraukan istrinya, Reza meninggalkan Diandra sendiri di ruang tamu.Dengan wajah sendu Diandra melihat makanan di meja yang tak tersentuh hingga dingin. Rasa sesak kembali menggerogoti hati melihat usahanya tak dihargai."Gak apa-apa, masih bisa disimpan dan dipanaskan buat sarapan besok. Jangan berkecil hati, Diandra." Meski air mata mulai mengalir, namun ia tetap menyemangati dirinya sendiri.Usai membereskan makanan di meja, Diandra menyusul suaminya di kamar. Karena memang sudah larut malam, dia sendiri pun sudah mulai mengantuk.Begitu sampai di kamar, ternyata suaminya sudah selesai mandi dan kini tengah berbaring di kasur."Mas, mau Dian pijitin?" tanya Diandra."Nggak. Aku udah ngantuk, tolong jangan ganggu aku!" jawab Reza ketus.Tak ingin menimbulkan keributan, Diandra akhirnya memilih diam dan berbaring disamping suaminya.Tatapan kerinduan terpancar di wajahnya. Meski tinggal seatap, namun nyatanya mereka tak saling tatap. Bahkan saat mereka berada di atas kasur yang sama pun tak saling bersentuhan kulitnya. Selalu ada guling sebagai pembatas diantara mereka. Semuanya berlangsung sejak beberapa bulan terakhir. Saat suaminya sering pulang malam."Aku gak tau apa aja yang kamu lakuin diluar sana, Mas. Tapi aku harap, kamu gak mengkhianati pernikahan kita," batin Diandra.Mereka terlelap dalam tidurnya tanpa ada obrolan lebih dulu. Mengarungi malam dingin tanpa pelukan hangat suami istri lagi.***Diandra Ivory, adalah seorang wanita karier yang pernah bekerja di sebuah bank dekat tempat Reza bekerja.Dulu mereka bertemu saat Reza menjadi nasabah di bank tempat Diandra bekerja. Diandra dan Reza menjalin hubungan selama 2 tahun, sebelum akhirnya Reza meminang Diandra tanpa mempermasalahkan latar belakang gadis itu.Diandra sendiri adalah seorang yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan sejak dirinya masih bayi. Ia pertama kali ditemukan oleh pemilik panti yang kerap dipanggil Bunda Tia.Suara tangisnya kala itu terdengar sangat memilukan. Di tengah rintik hujan, seorang bayi mungil diletakkan di gerbang panti hanya menggunakan kardus kecil seukuran tubuhnya. Di lehernya dipakaikan sebuah kalung dengan liontin permata biru yang belakangnya bertuliskan Ivory.Selain itu, ada sepucuk surat peninggalan orang tuanya yang bertuliskan tanggal lahir dan nama bayi itu, yaitu Diandra Ivory. Sejak saat itu, dirinya tumbuh dan dibesarkan di Panti Asuhan Mutiara.Berbeda dengan Reza Wiguna yang berasal dari keluarga yang utuh dan cukup mapan. Menjadi anak pertama dikeluarga yang memiliki ekonomi cukup dan orang tua yang sangat menyayanginya. Bahkan sangat memanjakan kehidupan Reza dan adiknya, Riska Wiguna.Awal menjalani kehidupan rumah tangga, hubungan mereka baik-baik saja. Diandra dan Reza menjalani kehidupan yang bahagia. Namun, semua berubah sejak pernikahan mereka menginjak 1 tahun.Saat itu, keluarga Reza sudah menantikan momongan dari mereka. Tapi Hingga saat ini pernikahan mereka menginjak usia 5 tahun, Diandra tak kunjung memiliki momongan.Hingga akhirnya sikap dan kebiasaan Reza semakin lama semakin berubah. Kini ia tak lagi menjadi Reza yang penyayang dan romantis. Melainkan menjadi Reza yang tempramen dan kasar. Ironisnya, sikap Reza yang seperti itu malah didukung oleh keluarganya. Bahkan mereka mendukung jika Reza menceraikan Diandra.Meski demikian, Reza enggan menceraikan istrinya hingga pernikahan mereka kini sudah berjalan 3 tahun lamanya.***Pagi harinya, Diandra bangun lebih awal dari suaminya. Ia langsung bergegas menyiapkan air dan baju untuk suaminya. Tak lupa Diandra juga menyiapkan sarapan dan bekal untuk Reza, karena selama ini mereka hanya hidup berdua tanpa asisten rumah tangga.Setelah selesai mengerjakan tugasnya, Diandra langsung membangunkan Reza, karena kini jam sudah semakin siang."Mas, bangun. Sudah jam 06.00 lewat. Nanti Mas Reza kesiangan kalau gak bangun sekarang," ucap Diandra."Apa sih, Ra? Aku masih ngantuk nih," ucap Reza tanpa sadar."Ra? Ra siapa, Mas?" tanya Diandra.Seketika Reza terbangun dan sadar akan kesalahannya. Buru-buru ia meralat ucapannya pada Diandra dengan sebuah kebohongan."Ya kamulah, kamu kan namanya Diandra. Makin gak sadar diri aja kamu," ujar Reza tanpa memikirkan perasaan istrinya."Masa sih, Mas? Kayanya tadi aku dengar Mas Reza nyebutin Han buan Dian," elak Diandra. Ia menatap suaminya dengan pandangan menelisik. Entah mengapa kini perasaannya menjadi tak tenang."Bisa gak sih pagi-pagi gak bikin orang emosi? Kalau aku bilang bukan ya bukan! Udah sana minggir, aku mau mandi!"Dengan kasar Reza mendorong Diandra hingga terjatuh. Bahkan kepalanya terbentur dinding di belakangnya. Meski tak menimbulkan luka parah, namun cukup menimbulkan rasa pusing."Lain kali, gak usah banyak tanya! Kalau kamu masih mau hubungan kita berjalan!" ancam Reza sebelum memasuki kamar mandi."Hiks, hiks, kenapa kamu berubah, Mas? Apa maksud ucapan kamu tadi? Apa kamu bakalan ninggalin aku juga kaya yang dilakuin orang tuaku?" monolog Diandra.Ia terisak membayangkan kehidupannya yang cukup memprihatinkan. Meski memiliki segalanya, namun jauh di lubuk hatinya ia merasa kesepian.Tak ingin larut dalam kesedihan, Diandra bergegas menuju ruang makan untuk menyiapkan kopi dan tas kerja suaminya."Sudah selesai, Mas?" tanya Diandra saat melihat Reza berjalan ke arahnya."Hem, mana kopiku?" tanya Reza dingin."Ini, Mas. Oh iya, ini bekal buat Mas Reza makan siang nanti," ucap Diandra sembari menyodorkan paper bag."Gak perlu. Aku nanti ada acara makan-makan sama teman kerja. Yang itu kamu makan aja sendiri," ucap Reza."Ya udah. Nanti malam Mas Reza lembur lagi?" tanya Diandra."Hem. Aku bakalan sering lembur karena lagi banyak kerjaan di kantor. Jadi gak usah teleponin terus, ganggu tau gak!" Dengan ketus Reza memperingati Diandra."Iya, Mas. Maaf," ucap Diandra menunduk."Ya udah, aku berangkat dulu. Ingat, jangan hubungi aku terus!" ucap Reza mewanti-wanti."Iya, Mas!" jawab Diandra.Setelah kepergian suaminya, Diandra berencana melanjutkan pekerjaan rumah. Melihat cucian sudah menumpuk, akhirnya Diandra memutuskan mencuci baju lebih dulu.Namun saat Diandra mengambil baju yang dikenakan suaminya kemarin, netranya menangkap sesuatu di baju suaminya yang membuat jantungnya berdegup kencang.Dengan tergesa-gesa ia mencari barang miliknya dan mencocokkan dengan yang ada di baju itu. Namun, ternyata hasilnya berbeda, membuat Diandra bertanya-tanya, "Noda lipstik milik siapa yang ada di kerah baju Suamiku?"“Rania,” ucap Saga lirih. “Rania adalah mendiang istriku, Di. Rania teman kita, adalah Mama Bella,” sambungnya. Diandra sangat terkejut mendengar apa yang Saga baru saja. Diandra tak ingin mempercayainya, tapi saat ia menoleh ke arah Kevin, nyatanya Kevin pun mengangguk membetulkan ucapan Saga. Dengan suara bergetar menahan tangis, Diandra bertanya, “Jadi, maksud kamu Rania sudah meninggal?” “Iya, Rania meninggal setelah sebelumnya mengalami kecelakaan saat kami dalam perjalanan menuju rumah sakit. Rania kehabisan banyak darah, dia meninggal begitu Bella lahir,” tutur Saga menunduk. Rasa bersalah kembali menyelimutinya. Setetes air mata berhasil lolos. “Maafin kita, Di. Kita gak ngabarin soal Rania, karena dia yang minta. Waktu Rania nikah dengan Saga, Rania meminta kita buat gak kasih tau ke kamu. Dan saat dia meninggal, kita semua gak ada yang punya nomor kamu,” timpal Kevin. Diandra masih shock mendengar kabar itu. Dengan tatapan kosong, ia bertanya, “Jadi, selama bertahun-t
Toko kue Diandra hari ini begitu ramai, para pembeli tengah mencicipi kue coklat pertama yang Diandra suguhkan. Promosi yang Diandra suguhkan itu sukses menarik perhatian para pembeli. Mereka sangat antusias, bahkan tak segan-segan memesan kue untuk esok hari agar tak kehabisan. Melihat reaksi para pembeli yang begitu menyukai kue buatannya, membuat Diandra semakin semangat untuk terus belajar membuat kue dengan varian lain lagi.“Toko rame banget, Di? Kira-kira aku kebagian kue coklatnya enggak ya?” ucap Arkan yang baru pulang kerja.“Eh, kamu, Ar? Tenang, kue buat kam sudah aku simpan di dalam. Sama buat Ibu-Bapak juga, ya. Awas kalau dihabisin sendiri!” ancam Diandra.“Iya, iya, bawel banget sih. Jadi makin sayang,” canda Arkan.“Tapi sayang, aku makin mual dengarnya,” balas Diandra.Saat mereka tengah asyik bercanda, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan toko kue milik Diandra, membuat semua pengunjung penasaran dengan pemilik mobil tersebut. Termasuk Diandra dan Arkan y
Jika Reza tengah disibukkan dengan pernikahannya, lain halnya dengan Diandra yang kini tengah merintis usaha barunya. Diandra kini sudah resmi membuka toko kue dengan memanfaatkan gerai yang menyatu langsung dengan rumahnya. Dengan bantuan Sumi dan Arkan sebagai juri untuk menilai, Diandra kini sudah bisa membuat berbagai macam kue untuk dijual.“Kan, kamu kalau mau berangkat kerja, pergi aja gak apa-apa. Aku juga udah selesai, kok. Tinggal siapin kue terakhir aja,” ujar Diandra.“Gak apa-apa. Lagipula, masih terlalu pagi buat aku berangkat kerja sekarang,” balas Arkan.Namun, tiba-tiba ponsel Arkan berdering menandakan adanya panggilan masuk. Rupanya rekan satu kantornya yang menghubungi Arkan. Arkan dipinta untuk berangkat lebih awal guna menyelesaikan pekerjaannya yang kemarin belum selesai karena akan dipinta pagi itu oleh atasannya.“Hehe, maaf, Di. Aku ditelepon sama teman. Nanti pulangnya aku bantuin lagi ya. Jangan marah, abang bekerja untuk kita,” gurau Arkan.“Iya, Aban
Hari demi hari telah berlalu, kini Reza dan Diandra telah resmi bercerai. Reza bahkan sudah mulai mempersiapkan pernikahannya bersama Clara. Setelah perceraiannya bersama Diandra, Reza tak pernah lagi bertemu dengan Diandra meski hanya sekali. Ia bahkan tak mengetahui kehidupan Diandra saat ini. Kini dunianya hanya dipenuhi oleh Clara. “Sayang, besok baju pengantinnya jangan yang ngetat ya. Kasihan anak kita kalau kamu harus pakai korset atau apapun. Lebih baik pakai gaun aja ya, jangan pakai kebaya,” pinta Reza pada Clara. “Gak mau ah, nanti aku gak cantik kalau pakainya yang besar-besar. Lagian cuman sehari doang, masa gak boleh sih? Kalau kamu mau aku pakai gaun, mendingan sekalian aja kita nikahnya di hotel mewah, Mas. Aku yakin, kalau kita nikahnya mewah, Diandra pasti bakalan cemburu,” ujar Clara. “Tapikan uangku gak sebanyak itu sayang, kita juga kan harus nabung buat biaya persalinan kamu nanti.” Sejak berpisah dengan Diandra, kondisi keuangan Reza memang sedikit menuru
Saga mendapat telepon dari bawahannya yang mengabarkan jika Diandra pergi dari rumahnya dengan menyeret koper. Mendengar kabar itu, membuat Saga berpikir jika Diandra di usir dari rumahnya. Satu sisi ia merasa senang, namun di sisi lain ia juga merasa sedih lantara Diandra harus mengalami hal yang tak menyenangkan seperti itu.“Akan ku pastikan mereka merasakan apa yang kamu rasakan sekarang,”ujar Saga. Tangannya mengepal menahan amarah.“Jadi apa yang mau lo lakuin sekarang?” tanya Kevin.“Gue harus tetap pura-pura bodoh. Jangan sampai Diandra tau kalau selama ini gue selalu mata-matain dia. Gue gak mau Diandra merasa terganggu terus ngejauhin gue. Tapi mulai sekarang lo udah bebas, lo gak peru sembunyi lagi dari Diandra. Kalau suatu saat lo ketemu sama dia dan dia nanyain soal Rania, lo cukup bilang kalau Rania udah meninggal. Biarin gue sendiri yang jelasin soal hubungan gue sama Rania nantinya,” terang Saga.“Ga, gue rasa lo musti periksa kejiwaan, deh. Lo itu udah lebih dari cint
Rumah dengan desain klasik sederhana yang tertata rapi. Dibagian depannya terdapat gerai yang bisa dijadikan untuk buka usaha. Tepat seperti target yang Diandra cari. Meski kecil, namun rumah itu tampak begitu nyaman. “Bagaimana, Neng? Suka sama rumahnya?” tanya Sopir taksi. “Suka banget, Pak. Tapi maaf, kalau boleh tau, berapa harga perbulannya ya?” tanya Diandra. “Maaf, Neng. Tempatnya disewakan pertahun, bukan perbulan. Soalnya yang punya rumah lagi butuh uang buat biaya pengobatan istrinya di rumah sakit, satu tahunnya 36 juta. Kalau Neng berminat, biar Bapak sampaikan sama yang punya buat Neng tempatin sekarang. Bagaimana, Neng?” tanya Sang Sopir. “36 juta? Tabunganku kayanya sih cukup, tapi gimana buat ke depannya nanti ya? Aku juga kn butuh modal buat buka usaha. Tapi kalau gak diambil, sayang banget, mana udah ada gerainya jug, lokasi juga strategis. Ambil gak ya?” batin Diandra. “Neng? Gimana? Mau diambil atau mau cari kontrakan lain?” tanya Pak Sopir, menyadarkan Diandra