Saga tak berkedip menatap layar monitor yang memunculkan sosok Diandra yang tengah melabrak Reza dan Clara. Tapi tentunya melabrak dengan cara elegan namun mematikan sebab selalu tepat sasaran.Ia sendiri sempat terkejut kala mendengar Diandra tak mengelak sama sekali saat dituduh oleh Reza. Justru malah memuji Saga secara gamblang dihadapan suaminya. Membuat Saga tak henti-hentinya tersenyum.“Lo serius masih cinta sama Diandra, Ga?” tanya Kevin tak percaya.“Kenapa? Lo cemburu?” tanya Saga.“Bukan gitu. Maksud gue, lo ‘kan udah pernah nikah, terus sampe punya Bella lagi. Masa lo gak pernah jatuh cinta atau berpaling gitu dari Diandra? Ini udah lima tahun lebih loh, Ga!” ucap Kevin.“Gue gak perduli seberapa lamapun gue harus nungguin dia, gue cuman mau Diandra, Vin. Lo juga tau kan kalau cuma Diandra yang udah Diandra lakuin buat gue?” ucap Saga dengan tatapan menerawang.Flashback;Saat masih duduk di bangku SMP, Saga pernah menjadi korban perundungan teman-temannya. Alasan mereka
Reza masih terdiam di tempat, tak menanggapi ucapan Diandra.“Kenapa diam, Mas? Kamu malu bilang kalau masih cinta aku? Ya sudah, kalau begitu ceraikan aku sekarang. Kalau kamu gak mau, biar aku yang urus sendiri!” ucap Diandra dan bersiap pergi.“Tunggu, Di. Kasih aku waktu,” pinta Reza.“Udah terlalu banyak waktu yang aku kasih buat kamu, Mas. Aku rasa sudah cukup.” Diandra bergegas pergi meninggalkan mereka berdua dengan menaiki taksi.“Mas, apa benar yang Diandra bilang? Kmau masih cinta sama dia?” tanya Clara.“Please, Ra. Aku belum siap buat kehilangan Diandra. Gimanapun juga, aku masih sayang sama dia,” ujar Reza.“Dasar bereng*ek! Kalau gitu, kita putus! Biarkan aku menggugurkan anak ini, dari pada dia tumbuh besar tanpa kasih sayang dari ayahnya. Lebih baik dia mati!” seru Clara.“Jangan, Ra. Aku mohon, jangan guggurkan anak kita. Aku janji, aku akan urus perceraianku dengan Diandra secepatnya.” Akhirnya Reza menyerah. Ia khawatir anak yang ada di kandungannya benar-benar di
“Ehem, ka-kamu curang. Ini kan es krim aku, kenapa kamu ambil?” gerutu Diandra. Sebisa mungkin ia menutupi kegugupannya dari Saga.“Kenapa? Katanya boleh ambil,” jawab Saga enteng.“Tapi bukan yag itu juga,” timpal Diandra lirih.“Kenapa? Kamu grogi, aku makan pakai bekas sendokmu?” tanya Saga membuat Diandra semakin bersemu.“Udah ah, diam! Aku mau makan, jangan ganggu apalagi hancurin moodku!”Saga menemani Diandra makan sembari memainkan ponselnya. Diam-diam Saga mengambil foto Diandra yang tengah maemakan es krim. Sudur bibirnya terangkat, melihat betapa menggemaskannya makhluk di hadapannya saat ini.“Udah selesaI. Kayanya aku harus buru-buru pulang. Ada sesuatu yang harus aku urus secepatnya,” ujar Diandra.“Ayo, aku antar kamu pulang.” Tanpa menunggu jawaban Diandra, Saga sudah pergi terlebih dulu.“Sekarang aku tau, kenapa dia dirumorkan sosok pemimpin seram dan kejam. Karena dia selalu bikin jantung orang gak aman. Bisa meledak aku lama-lama kalau terus dekat sama dia,” ujar
“Dari mana saja kamu sepagi ini? Kenapa kamu bisa pulang sama Tuan Saga? Kamu lupa, kalau kamu harus kenalkan Tuan Saga sama Rianti? Kenapa kamu malah jalan berduaan sama dia?” tanya Risa yang sempat melihat Diandra keluar dari mobil Saga. “Silahkan masuk dulu, Ma. Kita bicarakan didalam saja, karena kebetulan ada yang mau Dian sampaikan,” ujar Diandra dengan tenang. Risa pun berlalu dengan gaya pongahnya melewaati Diandra, ia bahkan menyenggol bahu Diandra hingga wanita itu hamir terjatuh. “Apa? Apa yang mau kamu omongin?! Setelah itu, kamu harus bawa Rianti ketemu sama Tuan Saga sekaligus bawakan makanan ini untuknya. Katakan kalau itu masakan Riantai, mengerti?!” tutur Risa sembari menyodorkan rantang berisi makanan. Namun dengan elegan Diandra menolak rantang berisi makanan itu. Dengan tenang, Diandra mencoba menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dengan Reza. Membuat Risa dan Rianti tercengang. “Maaf, Ma. Tapi Diandra gak bisa ngelakuin itu. Kalau Rianti mau kenalan sama
Reza kembali ke rumah usai sarapan pagi bersama Clara. Awalnya Clara melarang Reza kembali karena ia masih kesal dengan ucaoan Diandra tadi. Tapi Reza terus meyakinkan Clara bahwa ia pulang hanya untuk membicarakan masalah perceraian saja. Setelah mereka bercerai, Reza akan segera menikahi Clara. Akhirnya Clara pun mengizinkan Reza kembali.Namun, begitu Reza sampai di rumahnya, ia dibuat emosi begitu mendengar ucapan Diandra yang mengatakan akan menjadi saingan adiknya dalam mendekati Saga. Reza merasa marah dan tak terima mengetahui jika Diandra akan mendekati Saga kembali. Sebab Reza yakin jika Saga masih mencintai Diandra. Reza tak ingin Diandra mendapatkan lelaki yang lebih unggul darinya. Dengan kasar ia mendibrak pintu rumah hingga membuat semua orang terkejut.“Kamu bilang apa tadi? Kamu mau mendekati Tuan Saga lagi? Mau balas dendam karena aku sudah dapat yang jauh lebih baik dari kamu, yang bisa ngasih anak buat aku? Kamu dengar baik-baik Diandra, aku gak akan pernah biarin
Sakit, itu yang dirasakan Diandra. Usai dikatai mandul, kini ia yang masih berstatus istri sudah diusir dari rumahnya. Rumah yang dulu ia beli bersama suami dari hasil kerja mereka berdua. Baik mertua dan adik iparnya bahkan sama sekali tak membela Diandra.“Tanpa kamu suruh pun aku memang berniat keluar dari rumah ini. Untuk apa aku bertahan di rumah yang jadi sumber penderitaan buatku. Keluar dari sini sepertinya jauh lebih baik, dengan begitu aku bisa memperbaiki nasibku,” ujar Diandra.“Ya udah, kalau gitu tunggu apa lagi? Cepat sana pergi! Gue yakin, begitu lo keluar dari sini, lo bakalan jadi gembel di jalanan,” ujar Rianti sinis.“Gembel jauh lebih terhormat, dari pada orang yang tumpangannya mobil mewah, rumah megah, tapi sanggup merendahkan harga diri hanya demi uang dan jabatan.”“Kurangajar! Jadi maksud lo gue jadi penjilat? Heh, gembel. Ngaca dong lo, tanpa Mas Reza lo itu bukan apa-apa. Udah dipungut tapi mmasih gak tau malu,” dengus Rianti.“Iya nih. Harusnya dari dulu R
Rumah dengan desain klasik sederhana yang tertata rapi. Dibagian depannya terdapat gerai yang bisa dijadikan untuk buka usaha. Tepat seperti target yang Diandra cari. Meski kecil, namun rumah itu tampak begitu nyaman. “Bagaimana, Neng? Suka sama rumahnya?” tanya Sopir taksi. “Suka banget, Pak. Tapi maaf, kalau boleh tau, berapa harga perbulannya ya?” tanya Diandra. “Maaf, Neng. Tempatnya disewakan pertahun, bukan perbulan. Soalnya yang punya rumah lagi butuh uang buat biaya pengobatan istrinya di rumah sakit, satu tahunnya 36 juta. Kalau Neng berminat, biar Bapak sampaikan sama yang punya buat Neng tempatin sekarang. Bagaimana, Neng?” tanya Sang Sopir. “36 juta? Tabunganku kayanya sih cukup, tapi gimana buat ke depannya nanti ya? Aku juga kn butuh modal buat buka usaha. Tapi kalau gak diambil, sayang banget, mana udah ada gerainya jug, lokasi juga strategis. Ambil gak ya?” batin Diandra. “Neng? Gimana? Mau diambil atau mau cari kontrakan lain?” tanya Pak Sopir, menyadarkan Diandra
Saga mendapat telepon dari bawahannya yang mengabarkan jika Diandra pergi dari rumahnya dengan menyeret koper. Mendengar kabar itu, membuat Saga berpikir jika Diandra di usir dari rumahnya. Satu sisi ia merasa senang, namun di sisi lain ia juga merasa sedih lantara Diandra harus mengalami hal yang tak menyenangkan seperti itu.“Akan ku pastikan mereka merasakan apa yang kamu rasakan sekarang,”ujar Saga. Tangannya mengepal menahan amarah.“Jadi apa yang mau lo lakuin sekarang?” tanya Kevin.“Gue harus tetap pura-pura bodoh. Jangan sampai Diandra tau kalau selama ini gue selalu mata-matain dia. Gue gak mau Diandra merasa terganggu terus ngejauhin gue. Tapi mulai sekarang lo udah bebas, lo gak peru sembunyi lagi dari Diandra. Kalau suatu saat lo ketemu sama dia dan dia nanyain soal Rania, lo cukup bilang kalau Rania udah meninggal. Biarin gue sendiri yang jelasin soal hubungan gue sama Rania nantinya,” terang Saga.“Ga, gue rasa lo musti periksa kejiwaan, deh. Lo itu udah lebih dari cint