"Inj gara-gara terus mengunjungi hotel otakku jadi ngeres begini."
"Sebentar, aku belum bisa menyentuhnya sampai tahu dia hamil atau tidak. Setidaknya sebulan ke depan. Kalau ada bayi ... apa aku harus menunggu hingga setahun?"
"Kehamilan tidak dimulai pada hari ketika pasangan melakukan hubungan seks, prosesnya dapat membutuhkan waktu hingga enam hari setelah hubungan seksual untuk sperma dan sel telur bertemu dan membentuk sel embrio yang berhasil dibuahi.
Kemudian, bisa memakan waktu enam hingga 10 hari untuk telur yang telah dibuahi hingga sepenuhnya menanamkan dirinya sendiri di dinding rahim.
Kehamilan dimulai selama implantasi ketika hormon yang dibutuhkan untuk mendukung kehamilan dilepaskan." Pria itu menggumam, membaca sebuah situs yang memberikan info mengenai kehamilan seorang gadis setelah ia bersetubuh dengan seorang pria.
"Tapi ... apa aku akan tahan jika melihat perut Laila yang membuncit karena hamil anak pria jahannam itu?"
Aris bicara dengan begitu cerdas. Polisi sampai memandang takjub. Laporan yang seyogyanya baru bisa diproses setelah 24 jam, kini langsung diekseskusi bersama bukti akurat di tangan sang pelapor.Mereka pun mengeluarkan surat penangkapan untuk Heru. Pria di depan komputer, meminta Aris menjawab semua pertanyaan guna melengkapi administrasi"Parjo!" panggil polisi pada rekannya."Ya, Bang!" Seorang pria yang memakai jaket datang mendekat. Menanyakan keperluan atau pun perintah dari orang yang memiliki pangkat di atasnya."Siapkan mobil, kita harus menjemput seseorang!" sahut polisi yang berada di depan Aris.Sementara Aris memilih tak lagi banyak cakap setelah polisi mengabulkan laporan."Baik!"Aris tak menyangka semua akan berjalan secepat ini. Kalau saja dari awal dia tahu, Heru juga seorang pria yang mampu menyembunyikan seorang wanita bahkan bisa jadi telah melenyapkan nyawanya. Sudah barang tentu, ia tak akan melakukan hal lain,
***Aries memandangi layar ponselnya dengan senyum kemenangan. Ia mengirim ucapan selamat pada Heru atas penangkapannya.Membayangkan bagaimana kesalnya wajah Heru membuat Aris tampak semakin senang.Setelah perjuangan panjang penuh drama, akhirnya ditangkap juga penjahat itu."Setidaknya ancaman pembunuhan lebih lama dibanding perkosaan," gumamnya.Sebelum keluar mobil, Aris menyempatkan mengirim pesan pada bunda mertuanya. Memberi kabar gembira pada tiga orang di sana. Bahwa keadaan sudah membaik. Mereka bisa kembali.Bahkan kabar dari Fanno yang sempat menyadap ponsel Heru, preman-preman sewaan yang mengejar-ngejar mereka sudah tak lagi bekerja pada Heru.[Assalamualaikum, Bund. Polisi sudah mengeluarkan surat perintah penahanan. Jadi Bunda dan Ayah bisa pulang segera. Melakukan aktifitas normal seperti dulu.]Ia memang hanya bisa mengirim pesan, karena menelepon beberapa kali nomor wanita itu tak aktif.Selesai denga
Rani menyambungkan kabel changer ke stop kontak yang melekat di dinding. Tadinya ia mematikan ponsel itu hanya untuk berjaga-jaga kalau-kalau lokasinya terlacak."Sepertinya tak masalah menyalakannya sebentar untuk menghubungi Laila. Toh, nomor ponsel ini belum diketahui Mas Heru," gumammya sembari menyalakan ponsel yang sempat tak aktif.Ada sesuatu yang berdesir dalam hatinya, kala layar dalam ponsel mulai menyala.Harap-harap cemas memikirkan nasib Laila yang keberadaannya jauh darinya.Baru saja layar utama menyala, sebuah notif terlihat di latar depan.Matanya melebar melihat ponsel itu. Seketika tawa Rani melebar. Ia langsung bangkit untuk keluar dan menemui Aji serta Ardian untuk menyampaikannya.******"Jadi kamu ditolak sama bundanya Laila, Mas?" tanya Ardian sambil senyum-senyum meledek."Tutup mulutmu! Tak enak kalau dia dengar!" tekan Aji dengan nada berbisik.Pasalnya mereka harus bekerja sekarang. Namun, ka
"Halo, Bi. Assalamualaikum."Kala mengangkat panggilan. Terdengar suara tuan mudanya di ujung telepon."Ya, Mas. Waalaikumsalam," jawab wanita paruh baya,yang bertanggungjawab atas dapur dan kebersihan di rumah keluarga Aris."Tolong kalau ayah Laila datang, jangan bilang Laila sedang sekolah, ya. Bilang dia masih siap-siap di kamarnya, dan memintanya untuk menunggu sebentar," pesan Aris yang tak ingin mangsanya lepas begitu saja."Hah?" Untuk sejenak Bibi tersebut bingung sekaligus heran, kenapa Laila yang tak ada di rumah, diminta untuk mengatakan sedang ada di kamar? Apa karena agar ayah Laila tak kepikiran anaknya tak ada, dan capek harus menyusul ke sekolah. Bibi manggut-manggut. "Bisa jadi," gumamnya."Oh ya, baik Tuan," jawabnya kemudian. Mau tak mau wanita itu mengiyakan apa yang diinginkan tuannya. Tak bisa membantah atau dengan sok tahunya memberi saran yang terbaik. Suka tak suka bibi harus mengiyakan itu'Ah, lagian ini buk
Lintang mengembus kasar, kala menatap foto kakaknya di sebuah akun Ig seorang gadis. Zara yang dulu satu kelas saat SMA dengan kakaknya."Kenapa pula dia mengambil hadiah dari gadis itu. Huh! Ngeselin. Apa semua cowok pada dasarnya sama saja. Mereka suka dekat dengan gadis cantik," omelnya. Seolah tengah bicara pada diri sendiri.Kini tatapan Lintang beralih pada seseorang. Pada Laila tengah bersiap untuk pulang. Memasukkan buku dan barang lain ke dalam tas. Begitu juga murid lain yang berada dalam satu kelas dengannya. Termasuk Lintang.Diam-diam gadis itu memperhatikan kakak iparnya, dari tempatnya duduk. Lintang memiliki keyakinan, kalau Aris tidak bisa menjemput kali ini. Mengingat tadi, ada pesan yang mengatakan dia tak bisa datang. Sebab ada urusan mnedesak.Entah, urusan apa? Yang jelas Lintang berharap itu bukan indikasi, kalau Aris tak main-main dengan pernikahannya dengan Laila.Ia kemudian bangkit, mendekat pada Laila sebelum akhirnya ke
"Di mana aku?" Pria itu bertanya-tanya melihat sekeliling. Sudah ada tiga pria berbadan kekar mengerumuninya."Si-siapa kalian?" tanyanya bingung sekaligus ketakutan."Kami malaikat maut!" Salah seorang polisi menyeringai kesal menghadapi penjahat itu."Cih, kalian bercanda!" Heru tersenyum masam.Para petugas saling pandang. Mereka terkekeh melihat rekasi Heru yang menggelikan. Ia belum menyadari bahwa yang berada di sekitarnya adalah petugas kepolisian, karena tak mengenakan seragam cokelat seperti biasa.Namun, dahinya mulai mengerut curiga. Kala melihat ruangan tempatnya kini membuka mata, bukan seperti ruangan biasa. Selain dinding tempat pria itu bersandarnya kini dalam mencari kenyamanan, ada pembatas dengan orang-orang di luar. Sesuatu yang mirip dengan sel tahanan."Sel tahanan?" gumamnya.Para petugas kembali tertawa melihat itu, Heru ini benar-benar. Entah, mungkin karena pengaruh obat apa yang membuatnya tidur begitu
"Apa kalian menyembunyikan sesuatu?" tanya Lintang kemudian.Laila menutup mulutnya. Dia sadar sudah keceplosan menyebut kasusnya di depan Lintang.'Duh, bagaimana ini?' Laila merutuki kebodohannya, karena keceplosan bicara. Gawat kalau sampai Lintang tahu. Bisa-bisa dia akan melaporkan pada orang tuanya. Dan Aris akan dipisah paksa dengan Laila.Itu hal yang paling Laila dan Aris takutkan untuk sekarang. Setelah bunga-bunga cinta bermekaran di antara keduanya.Aris dan Laila saling tatap. Mereka enggan untuk membuka suara. Namun, juga berpikir, saling bertanya dalam hati bagaimana memberikan jawaban pada Lintang."Kalian menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Lintang kemudian karena kaka dan istrinya masih juga bungkam."Soal itu ...." Ucapan Laila tertahan."Apa maksudmu, Lin?" sergah Aris. "Tidak semua hal yang kami tahu diceritakan padamu, anak kecil!""Anak kecil!!?" Dua alis tebal Lintang tertaut. Dengan pertanyaan menekan
"Bunda membawanya ke counter dekat rumah barusan." Rani menceritakan bagaimana dia telah memperbaiki ponselnya yang rusak."Ya?" Hati Laila mulai berdebar-debar. Apa yang ibunya temukan? Mungkinkah ....'Hape yang rusak? Apa itu artinya Bunda menemukan sesuatu di ponsel itu? Bukankah semuanya sudah kuhapus hari itu? Trus bagaimana kalau Bunda tahu bagaimana busuknya kelakuan pria itu?'"Kenapa kamu tak jujur pada Bunda soal bajingan itu?"Deg. Hati Laila tersentak."Ap-apa maksud Bunda?" tanyanya terbata."Ini soal perbuatan ayah tirimu ke kamu Laila." Rani bicara langsung ke intinya. Tanpa memberi kesempatan pada anak gadisnya berkelit lagi.Dia memang tak menemukan banyak hal di ponsel itu. Namun, bekas panggilan dan sms di ponsel tersebut dari nomor Heru, masih ada dan menyisakan tanda tanya.Jelas-jelas sore itu Heru menelepon Laila, tapi pria itu keukeh tak mengaku saat Rani menanyakannya.Setelah mengetahui kenyata