Share

Bab 18. Om, Papanya Elodie?

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-20 09:01:50

"Sayang, ini Om Dean, Nak. Temannya Mama. Om Dean ini bukan Papanya Elodie."

Giselle berusaha menjelaskan pada si kecil yang kini duduk di pangkuan Dean dan menatap wajah Dean dengan pandangan polosnya.

Tetapi anak perempuan itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali mendusal dalam pelukan Dean.

"Ini Papanya Elodie, Mama! Mama tidak boleh nakal!" pekik anak itu menjerit dan marah pada Mamanya. "Bukan Om. Ini Papa!"

Giselle menarik napasnya panjang, raut wajah terlihat lesu. Elodie tampak nyaman dengan Dean dan anak itu sejak tadi memeluknya, tak mau lepas sedetikpun.

Berkali-kali Elodie mengatakan pada Dean kalau dia sangat merindukan Papanya.

Dean memperhatikan air muka Giselle yang terlihat sedih dan susah. Laki-laki itu hanya bisa menerka apa yang Giselle pikirkan saat ini.

"Tidak apa-apa, Giselle. Aku tidak keberatan kalau Elodie memanggilku Papa," ujar Dean mengusap pundak Giselle. “Aku sama sekali tidak mempermasalahkan hal ini. Jangan tidak merasa tidak enak seperti
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 363. S2. Aku Datang dan Memelukmu Erat.

    Kai tiba di Lasster pada pukul lima pagi. Ia pulang ke rumah kedua orang tuanya. Kepulangan Kai yang secara tiba-tiba itu membuat Amara dan Martin terkejut. Kini, Kai duduk di kursi ruang makan bersama sang Papa dan Mama. Laki-laki muda itu termenung diam menatap secangkir kopi di hadapannya. "Kalau mau pulang paling tidak kabari Mama dulu, Kai. Biar Mama bisa menyiapkan makanan kesukaanmu," ujar Amara pada putranya. "Tadinya aku juga tidak berniat pulang, Ma," jawab Kai sambil mengusap wajahnya.Martin meliriknya sambil tersenyum. "Kenapa terus pulang? Kesepian di apartemen? Kekasihmu sudah pulang ke sini?!" Kai tidak menjawabnya. Wajahnya terlihat sedih saat ini, karena Kai tidak sabar menunggu matahari segera terbit dan Kai akan pergi ke rumah Elodie. "Elodie ditolak di semua universitas di Lasster, Pa, Ma," ujar Kai pada orang tuanya. "Loh... Elodie 'kan sangat pintar, Kai. Bagaimana bisa ditolak?!" pekik Amara terkejut. "Pasti karena berita waktu itu," sahut Martin. "Negar

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 362. S2. Kai dan Cintanya yang Begitu Besar

    Sudah satu Minggu berlalu, Elodie tampak murung dan sedih. Gadis itu sepanjang hari diam di dalam kamarnya dan tidak melakukan apapun. Tetapi pagi ini, Elodie merapikan barang-barang di dalam kamarnya. Gadis itu melepaskan semua kertas-kertas yang menempel di papan mading di depan meja belajarnya. Semua gambar-gambar kampus impiannya pun kini ia lepas dan membuangnya ke tempat sampah. Suara pintu kamarnya terketuk dari luar. "Nona Elodie, sarapannya sudah siap," ujar Bibi Runika dari luar. "Aku tidak lapar, Bi. Nanti saja aku akan mencari sendiri di dapur," jawab Elodie dari dalam kamar. Gadis itu kembali naik ke atas ranjangnya dan berbaring di sana diam menatap ikan-ikan di dalam akuarium kecil di atas nakas kamarnya. Pintu kamarnya terketuk lagi dari luar. "Sayang ... ayo makan dulu, Mama bawakan ke sini, ya?" "Nanti saja, Ma." Elodie malah menarik selimutnya. Pintu kamar pun terbuka, Giselle berjalan mendekati Elodie yang tengah berbaring di sana. Kamarnya tampak bersih dan

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 361. S2. Impian yang Harus Terkubur

    Elodie baru saja membersihkan tubuhnya setelah ia makan malam bersama sang Mama. Gadis itu memakai piyama merah muda hangat dan kini berjalan mendekati meja belajarnya. Di sana, ada lima map kertas berwarna cokelat. Di dalamnya adalah hasil pendaftaran Elodie di beberapa universitas yang berada di Lasster. Elodie duduk di kursi meja belajarnya. Gadis itu menatap map itu dengan mengusapnya. "Nilai ujianku sangat bagus, pasti aku bisa lolos ke universitas utama di Lasster," gumam Elodie mencoba untuk meyakinkan dirinya. Gadis itu membuka amplop cokelat dan ia meraih kertas di dalamnya. Wajah Elodie yang awalnya sangat antusias, tiba-tiba senyumannya sirna saat tinta merah menghiasi kertas itu dan Elodie tidak masuk ke universitas ternama di Lasster. "Hah?" Elodie terkejut. "Aku tidak masuk? Apa nilaiku kurang? Bukankah ujianku mendapatkan nilai tertinggi? Aku juga ditawari beasiswa waktu itu, kan?" Elodie membuka amplop kedua dan ketiga hingga kelima amplop cokelat itu, namun tida

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 360. S2. Hangat Pelukan Mama dan Papa

    Setelah tiga dua mingguan lebih Elodie berada di Krasterberg bersama Kai, hari ini gadis itu kembali ke Lasster.Saat tiba di bandara Lasster, Elodie terdiam menatap sekitar. Angin malam semilir menyapanya membangkitkan ingatannya yang lalu-lalu. Seperti diputar kembali rekaman kejadian di mana ia sekolah dan semua perlakuan teman-temannya yang membuat Elodie merasa gamang. "Nona Elodie," sapa Kal mendekati gadis itu. "Ayo, Paman Sergio sudah menunggu di luar." Elodie menoleh dan tersenyum tipis pada Kal. "Iya, Paman." Gadis itu berjalan cepat ke luar. Di depan sana, Elodie melihat seorang laki-laki dengan balutan jas hitam berdiri tersenyum padanya. Elodie ikut tersenyum, gadis itu berlari mendekati laki-laki itu. "Paman Sergio...!" Sergio tertawa pelan begitu Elodie berhambur memeluknya dengan erat. "Paman, ya ampun rasanya rindu sekali, seperti puluhan tahun tidak bertemu," ujar gadis itu. "Iya. Nona Kecil membawa barang-barang apa saja? Kenapa banyak sekali?" tanya Sergio

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 359. S2. Kita Akan Saling Merindukan

    Elodie tidak bisa tidur malam ini meskipun Kai tertidur memeluknya. Tapi tidak berhasil membuat Elodie terlelap. Gadis itu menatap jam dinding di dalam kamarnya yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Tidak ada rasa mengantuk atau apapun dalam dirinya. Elodie menyibak selimut dan melepaskan pelukan tangan Kai. Gadis itu tidak tahu kalau Kai hanya pura-pura tidur hingga Kai menahan pelukannya saat Elodie hendak beranjak. "Mau ke mana?" tanya laki-laki itu. Elodie menoleh dan menatapnya sendu. "Aku ingin duduk di balkon," jawabnya. "Ini sudah malam, Sayang." "Aku ingin melihat pemandangan kota Fratz di malam hari dari balkon," jawab gadis itu. Kai ikut bangun, ia menyahut selimut yang kini ia selimutkan pada punggung Elodie. Mereka berdua membuka pintu balkon kamar. Elodie tersenyum saat melihat pemandangan gedung-gedung tinggi di luar sana. Lampu-lampu berwarna warni menghiasi gedung-gedung menjulang di luaran sana hingga tampak indah saat dilihat dari tempat Kai dan Elo

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 358. S2. Hal yang Nantinya Akan Dirindukan

    Setelah Elodie merasa tubuhnya sedikit membaik usai tidur siang, gadis itu kini keluar dari dalam kamar. Ia menghidu aroma wangi masakan. Elodie berdiri di depan pintu kamar dan melihat Kai memasak di dapur seorang diri. Elodie merasa bersalah, harusnya ia yang memasak di sana. Ia sudah berjanji pada Kai kalau ia akan belajar memasak untuk Kai. Tetapi kenyataannya? "Sayang, sudah bangun?" Kai menatapnya. "Ayo sini, makan siang dulu..." Elodie berjalan mendekati Kai dan memeluknya dari belakang dengan bibir cemberut. Kai tersenyum saat gadis itu memeluknya. "Harusnya aku yang memasak untuk Kakak." "Tidak apa-apa, kau istirahat saja dulu, Sayang." Kai mengusap punggung tangan Elodie. "Nanti sore-sore sekali kita ke rumah sakit." Elodie cemberut dan menganggukkan kepalanya. Kai mematikan kompornya, ia mencuci kedua tangannya dan menarik pelan tangan Elodie hingga gadis itu berpindah di hadapannya. "Makan siang dulu. Makan yang banyak biar sehat, oke?" Kai menangkup gemas kedua p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status