Home / Romansa / Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam / Bab 31. Kebahagiaan yang Terus Diusik

Share

Bab 31. Kebahagiaan yang Terus Diusik

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2025-04-27 09:57:46

Giselle meninggalkan kantor setelah beberapa menit yang lalu. Wanita itu berjalan menyusuri trotoar jalanan kota Luinz di malam yang ramai ini.

Langkah Giselle terhenti saat ia tiba di sebuah halte bus. Di sana, ia duduk diam dengan wajah lelah dan menanti-nanti.

"Semoga Elodie tidak rewel," gumam Giselle sambil menggosok kedua telapak tangannya. "Aku lupa tidak membawakan termos air hangat untuknya tadi. Bagaimana kalau nanti Elodie rewel meminta susu saat di dalam bus?"

Hati dan pikiran Giselle sepenuhnya hanya mencemaskan putri kecilnya saja.

Hingga tak berselang lama, sebuah mobil berwarna putih tiba-tiba saja berhenti di depan Giselle. Giselle masih diam di tempat dan terkejut saat Dean yang ternyata keluar dari dalam mobil.

"Dean?" lirih Giselle.

Dean menghampiri Giselle dan tersenyum hangat. "Aku barusan berhenti di depan kantor, tapi ruangan di lantai CEO sudah terlihat gelap, artinya kau sudah pulang. Untung saja kita bertemu di sini," ujarnya.

"Ya, aku sudah pulang se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 100. Semua Telah Terbongkar

    Gerald datang ke kediaman orang tuanya setelah ia bertemu dengan Elodie satu jam yang lalu. Sang Papa menghubunginya karena ada suatu hal yang ingin dibahas mengenai pekerjaan. Namun, saat Gerald berjalan melewati ruang keluarga, perhatiannya tersita pada beberapa mainan anak-anak seperti boneka, dan berbagai mainan yang didominasi warna merah muda ada banyak di sana. "Kenapa Mama membeli banyak sekali mainan?" tanya Gerald menatap sang Mama. Marisa yang tidak menyadari kedatangan Gerald, lantas wanita itu menoleh dan ekspresi di wajahnya menjadi gugup dan kebingungan. "Oh ... i-ini, ini Mama beli untuk Cucu teman Mama. Dia berulang tahun besok." Gerald masih menelisik wajah sang Mama. Meskipun ia tahu kalau Mamanya kini tidak berkata jujur. Gerald bisa membaca ekspresi wajah Marisa. "Kenapa masih di sini? Papamu sudah menunggumu di ruangan kerjanya, Gerald." Tak ada jawaban dari Gerald. Namun, laki-laki itu segera melangkah keluar dari dalam ruangan itu dan segera menuj

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 99. Pekerjaan Baru dan Giselle Terus Diburu

    Hari telah berganti, siang ini Gerald berada di kantor miliknya. Laki-laki berparas tampan itu berjalan keluar dari dalam ruang meeting diikuti oleh Sergio. Gerald melihat ada Lucas—ajudannya yang semalam ia perintahkan untuk mencari tahu tentang Giselle. Gerald menoleh pada Sergio dan menatapnya. "Berikan semua berkas hasil meeting tadi pada Jack, minta dia untuk mengetik ulang dan merapikan dokumennya." Sergio mengangguk. "Baik, Tuan." Sergio pun bergegas pergi. Sedangkan Gerald melangkah ke arah ruangannya dan Lucas berdiri di samping pintu menundukkan kepala saat Gerald mendekat. Mereka berdua masuk ke dalam ruangan CEO. Gerald duduk di kursi kerjanya dan menatap Lucas yang berdiri dengan jarak dua meter darinya. "Bagaimana? Apa yang kau dapatkan dari wanita itu?" tanya Gerald, manik mata hitamnya begitu menelisik tajam. "Dari hal yang saya amati, Nona Giselle saat ini sudah bekerja di suatu tempat, Tuan," ungkap Lucas. Kening Gerald mengerut. "Di mana?" "Di sebu

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 98. Aku Gila Saat Kau Jauh Dariku, Giselle

    Beberapa hari kemudian. Setelah tujuh hari Giselle terlepas dari pekerjaannya di kantor Gerald, ia berusaha keras untuk mencari pekerjaan lain di luar. Pekerjaan yang mengizinkan Giselle membawa anaknya. Pagi ini, Giselle menemui seorang teman lamanya yang meminta Giselle datang ke sebuah mini cafe dan bakery milik temannya. Giselle datang membawa Elodie di tempat itu dan mereka disambut dengan hangat oleh Irish. "Akhirnya ... kita bertemu juga!" pekik wanita berambut cokelat terang dan ikal itu, memeluk Giselle dengan erat. "Bagaimana kabarmu, Giselle? Sudah berapa lama kita tidak bertemu?" Giselle tersenyum manis. "Sudah lama sekali, Rish. Sejak aku kembali ke sini dan fokus pada anakku," jawabnya. Irish menoleh pada Elodie yang kini duduk di pangkuan Giselle. "Ya ampun, Elodie saja sudah besar. Padahal dulu terakhir kita bertemu, Elodie masih belajar tengkurap. Iya, kan?" Senyuman dan anggukan menjadi jawaban dari Giselle. Mereka berdua duduk di dalam cafe milik Irish. W

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 97. Perjuangan Seorang Ibu

    Laki-laki dengan stelan tuxedo hitam itu melangkah cepat mendekati Giselle yang kini duduk bersimpuh di kaki Marisa. "Bangun. Jangan seperti ini, Giselle!" seru pria itu menarik pelan pundak Giselle dan membantunya bangun. Ia mendongak menatap Elodie yang menangis dalam pelukan Marisa. Saat itu juga, Dean langsung merebut Elodie dari gendongan Marisa saat wanita tua itu berusaha membujuk Elodie. "Apa yang kau lakukan, Dean?!" pekik Marisa menatapnya marah. "Harusnya saya yang bertanya pada Tante! Apa yang Tante lakukan?!" balas Dean dengan berapi-api. Marisa mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat dan satu langkah mendekati Dean, namun dengan cepat Dean membalikkan badannya dan menyerahkan Elodie pada Giselle. "Mama..." Elodie langsung merengkuh leher Giselle dan memeluknya dengan sangat erat. "Elodie tidak mau ikut Oma, Elodie mau sama Mama!" seru anak itu. Giselle mendekapnya dengan sangat-sangat erat. Wanita itu membenamkan wajah Elodie dalam dekapannya. "Tidak, Sayan

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 96. Kumohon, Jangan Ambil Anakku

    Keesokan harinya, Giselle sudah membulatkan tekadnya untuk benar-benar berhenti bekerja di perusahaan milik Gerald. Sejak pagi, Giselle menyibukkan dirinya dengan fokus mengurus si kecil. Elodie yang terjaga semalaman karena demam, membuat Giselle ekstra menjaga buah hatinya. Seperti pagi ini, Giselle harus lebih lembut dan sabar membujuk Elodie yang tengah rewel untuk meminum obatnya. Selalu ada drama dan penolakan dari Elodie setiap harinya. "Elodie tidak mau, Mama nakal sekali ... ini pahit! Elodie tidak suka." Anak itu menangis dan mendorong tangan Giselle. Elodie menangis terbaring di sofa ruang tamu, anak itu lemas dan demam hingga dia tidak mau beraktivitas apapun karena tubuhnya dirasa sakit semua. Giselle masih berusaha dengan sepenuh hati. "Sedikit saja, Sayang. Biar perut Elodie tidak sakit lagi, Nak," bujuk Giselle. Perlahan, Giselle membantu Elodie duduk dan membujuknya dengan sepenuh hati untuk meminum obatnya. Elodie pun meminum obat itu cepat dan dia kemb

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 95. Selama ini Ternyata Keluarga Gilbert Punya Seorang Cucu

    Di tempat lain, Marisa kembali ke kediamannya dengan perasaannya yang diliputi rasa tak menentu setelah ia melihat Giselle bersama Elodie. Wanita setengah baya itu masuk ke dalam rumah dan berjalan ke ruang keluarga di mana suaminya duduk di sana sambil membuka-buka dokumen berkas perusahaannya. "Tumben pulang cepat, Ma? Mana belanjaanmu?" tanya Charles—laki-laki tua itu memperhatikan istrinya yang tampak diam dengan wajah cemas. "Kenapa kau diam?" Charles menelisik wajah istrinya dengan curiga. Marisa mengusap wajahnya dan ia mendekati sang suami. Wanita itu meraih tangan suaminya dan menggenggamnya erat. "Pa, barusan aku di supermarket bertemu dengan Giselle. Papa tahu ... dia memiliki seorang anak, Pa!" seru Marisa dengan ekspresi wajah yang sulut diartikan. "Apa?" Kedua alis tebal Charles menukik tajam. Seperti yang Marisa duga, suaminya pun pasti tidak akan percaya. "Kau tidak salah lihat, kan, Ma?" "Tidak! Untuk apa aku membual padamu!" pekik Marisa. Wanita men

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 94. Anak Kecil itu, Cucuku?!

    "Mama, lihat ini ... Elodie dibelikan balon yang bagus sama Oma itu, Mama!" Suara Elodie membuyarkan keterkejutan Giselle saat ini. Giselle menatap cepat ke arah Elodie dan langsung menggendong anaknya. "Mama, bagus kan, balonnya?" Elodie mendongak menatap balon karakter miliknya. "Elodie kenapa jalan sampai ke sana-sana, Sayang?" Giselle menatapnya cemas. "Elodie cuma ambil dompet Oma itu yang jatuh, Mama. Terus Elodie kembalikan dan Oma belikan Elodie balon," ungkap Elodie dengan polosnya. Giselle mendekap si kecil dengan erat. Dengan perasaan was-was ia menatap Marisa yang kini berjalan mendekatinya diikuti oleh ajudannya. Marisa menelisik menatap wajah Giselle, lalu beralih pada Elodie yang kesenangan dengan mainan barunya. "Anak ini, anak sia—" "Maaf kalau Elodie telah mengganggu Nyonya," ucap Giselle, ia menyela cepat ucapan Marisa. "Sekali lagi, saya minta maaf. Permisi." Giselle langsung melenggang pergi dan berjalan cepat meninggalkan Marisa bersama ajudannya

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 93. Pertemuan Elodie dan Oma Marisa

    Pukul enam pagi, Elodie terbangun dari tidurnya. Anak perempuan bertubuh mungil itu meringkuk di atas ranjang memeluk boneka beruang berwarna putih miliknya. Elodie menatap sang Mama yang duduk di sampingnya dan tersenyum sambil mengelus lembut pipinya. "Selamat pagi, Sayang," sapa Giselle, ia tertunduk dan meninggalkan kecupan penuh cinta di pipi Elodie. Anak itu menggeliat dan langsung bangun, duduk sambil memeluk Giselle. "Kalau masih mengantuk, Elodie tidur boleh tidur lagi," ujar Giselle mengelus rambut hitam si kecil. "Mama tidak bekerja?" tanyanya dengan polos. "Mama hari ini libur, Sayang. Mama ingin menemani Elodie," jawab Giselle. Kedua mata Elodie melebar, anak itu tersenyum dan mengeratkan pelukannya. "Berarti hari ini Mama temani Elodie main, Ma," ujarnya. "Iya, Sayang. Pasti..." Giselle membalas pelukan Elodie. Saat lengan panjang piyama berwarna merah muda yang Elodie pakai terangkat, Giselle melihat memar merah di lengan anaknya. Perlahan, Giselle

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 92. Giselle, Kau Berhak Bahagia

    Hari sudah gelap dan hujan pun belum reda. Gerald yang berada di rumah, laki-laki itu duduk di dalam ruang keluarga terdiam di sana menunggu kedatangan Sergio yang belum kembali sejak beberapa jam yang lalu. Bahkan, panggilan Gerald pun tidak dijawab oleh ajudannya tersebut. "Ke mana Sergio? Tidak biasanya dia mengabaikan panggilanku," gumam Gerald lirih, ia menatap ke arah jendela besar di dalam ruang keluarga, melihat hujan deras di luar sana. Tak berselang lama, Gerald melihat mobil hitam miliknya yang masuk ke dalam pekarangan rumah. Dan setelah itu pintu utama rumah terbuka, tampak Sergio masuk ke dalam rumah dan berjalan menemui Gerald. "Selamat malam, Tuan," sapanya dengan sopan. Gerald bergumam pelan dan menatapnya. "Kenapa lama sekali? Ke mana wanita itu pergi?" Sergio terdiam sejenak dan meletakkan kunci mobil milik Gerald di atas meja. "Saya ... saya mengantarkan Giselle pulang. Hanya itu," jawabnya cepat. Iris hitam Gerald menelisik ekspresi wajah ajudanny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status