Share

Bab 131. Sebuah Tanda

Penulis: Nychinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-04 23:37:13
Vanya masih berdiri mematung beberapa detik setelah Kevin menghilang ke dalam kamar mandi. Hawa hangat di lehernya belum hilang, begitu pula degup jantung yang seolah belum menemukan ritme normalnya. Ia menyentuh lekuk kulitnya sendiri, merasakan sensasi panas yang merambat naik sampai ke telinganya.

“Hukuman, katanya …,” gumamnya lirih, wajahnya memerah lagi hanya karena mengingatnya.

Suara air dari kamar mandi terdengar samar, namun cukup untuk membuat Vanya tersadar dari keterpakuannya. Ia buru-buru membenarkan posisi duduknya, memperbaiki rambutnya, dan mencoba menata ulang napasnya, seakan dengan melakukan itu semua, ia bisa menyembunyikan gejolak yang baru saja terjadi.

“Vanya! Jangan berpikir aneh-aneh lagi.” Vanya menepuk-nepuk pipinya sendiri.

Untuk menenangkan dirinya dia berjalan ke arah ruang ganti, seperti biasanya dia menyiapkan pakaian yang akan dipakai oleh Kevin, lalu menyiapkan pakaiannya sendiri, dia sedikit bolak-balik karena tangannya masih gemetar memikirkan apa y
Nychinta

Lanjut besok lagi yaaaa.... Duhhh sorry banget ini updatenya kemaleman terus ya... heheheh Sayang kalian banyak-banyak!!!

| 11
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nurliana Ali
soft banget ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 147. Tunggu Pembalasanku

    Semua mendadak membeku. Hening yang menggantung itu hanya bertahan beberapa detik sebelum salah satu pramugari muda yang berdiri di samping Hani tiba-tiba tertawa kecil, tawa yang jelas bernada meremehkan.“Nyonya mau lapor pada suami Anda?” ujarnya sambil mengangkat alis. “Apa suami Anda polisi? Polisi Solmora, mungkin?”Nada sinisnya menggema, menusuk. Hani yang masih berpura-pura lemah langsung menambahkan raut kesedihan di wajahnya. Merasa ada yang membela dia semakin memainkan perannya dengan sesempurna mungkin.Namun, tawa itu terputus mendadak ketika seseorang melangkah masuk ke lingkaran mereka.Kevin.Ia berdiri di sisi Vanya, merangkul bahunya dengan gerakan yang pelan namun tegas. Tatapannya turun pada para awak kabin itu. Terasa dingin, datar, dan cukup tajam untuk membuat udara seakan menegang.Agnes, yang sejak tadi berusaha terlihat profesional, akhirnya membuka suara meski rautnya tampak goyah. “Tuan … istri Anda sudah beberapa kali menganiaya rekan kami dan—”“Sudah s

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 146. Laporan ke Suami

    Baru saja keluar dari imigrasi dan Vanya belum terlalu banyak bertanya, perutnya mendadak terasa sakit kembali. Sensasi melilit itu datang lagi, lebih kuat, lebih menusuk. Ia menahan napas sambil memegangi lambungnya.“Aku … ke toilet lagi,” ucapnya pelan.Kevin, yang masih memegang snack box di tangan kirinya, langsung mengangguk. “Pergilah. Aku tunggu di sana.”Ia menunjuk sebuah kafe kecil di dekat deretan toilet bandara, bergaya modern minimalis dengan lampu kuning hangat. Vanya mengangguk cepat, lalu bergegas masuk sebelum rasa sakit itu semakin menjadi-jadi.Toilet wanita di bandara Solmora Crown International Airport cukup sepi. Hanya ada gemericik air dan dengung AC yang dingin. Vanya memegang perutnya, mencoba bernapas lebih perlahan ketika rasa mulas itu datang dan pergi seperti gelombang kecil.Setelah beberapa menit, rasa sakit itu sedikit mereda. Ia keluar perlahan, bermaksud langsung ke Kevin agar bisa beristirahat sebentar di hotel.Namun baru dua langkah keluar, langkah

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 145. Dalam Penyelidikan

    Namun semua itu hanya sesaat, Hani tetaplah Hani, dia tidak pernah ingin kalah dari Vanya.“Apa kau bilang?” ucapnya dengan cukup mengejek.“Hentikan sebelum aku melaporkan perbuatanmu ke maskapai ini.” Vanya mengulang kalimatnya dengan sangat tegas.Hani tersenyum miring, tatapannya menajam. “Berani kau? Coba saja. Kau akan lihat apa yang terjadi setelahnya.”“Terserah.” Vanya melewatinya dengan tenang. “Aku tidak takut.”Ia berhasil melangkah, satu … dua langkah … udara di lorong sempit itu terasa menegang.Namun sebelum langkah ketiga terwujud—BRAK!Suara benturan keras menggema, membuat beberapa penumpang menoleh. Hani tiba-tiba jatuh tersungkur di samping kaki Vanya, seperti seseorang yang kehilangan keseimbangan … atau sengaja dibuat jatuh olehnya.“N-Nyonya … maafkan saya!” suara Hani terdengar sangat pilu dan merendah. Dia langsung membungkuk sangat dalam kepada Vanya, hampir menyentuh lantai. “Saya sungguh tidak sengaja! Jika ini membuat Anda tidak nyaman, saya mohon maaf se

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 144. Sedikit Ketegangan

    Vanya tidak pernah menyangka akan kembali bertemu dengan seseorang dari masa sekolahnya, masa yang sebisa mungkin ingin ia kubur dalam-dalam. Di sekolah lamanya, ia hanyalah gadis dengan seragam lusuh, sepatu yang solnya mulai terkelupas, dan rambut yang sering diikat seadanya. Ia datang dari rumah yang tidak pernah benar-benar menjadi rumah. Temannya juga tidak ada yang tahu latar belakang Vanya, mereka hanya tahu kalau Vanya adalah seorang anak yang setiap pulang selalu memulung barang-barang bekas. Sekolah yang bisa dimasuki Vanya hanya sekolah biasa yang penuh anak-anak pekerja kasar, pedagang kecil, dan pegawai minimarket. Di sana, kemiskinan adalah hal wajar, kecuali bagi seseorang bernama Hani. Hani adalah siswi yang dianggap “anak orang kaya” karena orang tuanya memiliki rumah makan sederhana yang cukup laris. Status itu, ditambah otaknya yang memang cemerlang, membuatnya merasa berada satu tingkat lebih tinggi dari teman-temannya. Ia terbiasa dielu-elukan sebagai peringkat

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 143. Bertemu Teman Lama

    Mendengar ucapan Kevin barusan, Vanya spontan terdiam. Ada sesuatu dari nada suaranya, campuran godaan dan keseriusan … yang membuat napasnya sempat tersangkut. Sebelum ia bisa memikirkan apa pun, Kevin melepaskan dekapannya perlahan, menatapnya dalam, lalu memberi kecupan singkat di bibirnya. Begitu cepat, tapi cukup untuk membuat jantung Vanya kembali kehilangan ritme. “Gantilah dengan piyamamu sebelum aku berubah pikiran lagi,” katanya santai, lalu berbalik menuju kamar mandi. Vanya langsung bergerak. Dia tidak berniat menunggu Kevin benar-benar berubah pikiran. Dengan tergesa ia mengambil kembali piyamanya yang ada di lantai, mengenakannya dengan tangan sedikit bergetar. Begitu selesai, ia merapatkan piyama itu erat-erat dan berlari ke arah tempat tidur. Suara shower dari dalam kamar mandi masih terdengar deras. Vanya buru-buru naik ke tempat tidur dan menyelipkan diri di bawah selimut, menggulung badan seperti kepompong. Dia bukan anak kecil, dia tahu persis kenapa Kevin butuh

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 142. Kau Tak Bisa Menghindar

    Vanya berkedip berkali-kali, matanya terpaku pada lingerie yang masih tergantung santai di tangan Kevin. Malu rasanya menampar seluruh wajahnya. Tentu saja ia berniat membawanya, hanya saja … Kevin tidak berhenti berdiri di sisinya sejak tadi, membuatnya menunda memasukkan benda itu ke koper.“Kevin … kembalikan,” pinta Vanya dengan suara kecil, hampir seperti rengekan.Tanpa sadar, tubuhnya sedikit maju, tangannya terulur mencoba meraih lingerie itu, karena Kevin mengangkatnya lebih tinggi, Vanya berakhir setengah memeluk pria itu, wajahnya nyaris menempel di dada Kevin.“Coba saja dulu,” kata Kevin tenang, seolah mengomentari hal biasa. “Aku mau lihat. Kalau tidak cocok, kita beli yang lain.”Vanya langsung membelalakkan mata. “Ka-kau …! Kenapa otakmu tiba-tiba mesum begitu?” protesnya sambil mengerucutkan bibir.Sebuah kesalahan.Karena Kevin justru menaikkan sebelah alisnya. “Apa kau bilang?”Sebelum Vanya sempat mundur, Kevin selangkah lebih dekat. Tubuhnya menekan lembut tubuh V

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status