Share

Bab 145. Dalam Penyelidikan

Author: Nychinta
last update Last Updated: 2025-12-10 13:49:53

Namun semua itu hanya sesaat, Hani tetaplah Hani, dia tidak pernah ingin kalah dari Vanya.

“Apa kau bilang?” ucapnya dengan cukup mengejek.

“Hentikan sebelum aku melaporkan perbuatanmu ke maskapai ini.” Vanya mengulang kalimatnya dengan sangat tegas.

Hani tersenyum miring, tatapannya menajam. “Berani kau? Coba saja. Kau akan lihat apa yang terjadi setelahnya.”

“Terserah.” Vanya melewatinya dengan tenang. “Aku tidak takut.”

Ia berhasil melangkah, satu … dua langkah … udara di lorong sempit itu terasa menegang.

Namun sebelum langkah ketiga terwujud—

BRAK!

Suara benturan keras menggema, membuat beberapa penumpang menoleh. Hani tiba-tiba jatuh tersungkur di samping kaki Vanya, seperti seseorang yang kehilangan keseimbangan … atau sengaja dibuat jatuh olehnya.

“N-Nyonya … maafkan saya!” suara Hani terdengar sangat pilu dan merendah. Dia langsung membungkuk sangat dalam kepada Vanya, hampir menyentuh lantai. “Saya sungguh tidak sengaja! Jika ini membuat Anda tidak nyaman, saya mohon maaf se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 152. Terima Kasih, Istriku!

    Kevin melangkah mendekat. Tatapannya tajam, dalam, seperti sedang menilai apakah Vanya sanggup mendengar jawabannya atau tidak.Beberapa detik hening, hanya suara debur ombak di luar balkon yang terdengar samar.Lalu Kevin akhirnya membuka mulut. Suaranya rendah dan dingin, tetapi bukan marah pada Vanya. Lebih seperti ... seseorang yang merasa terusik.“Mereka baru saja membuat kesenanganku terganggu,” ucapnya singkat.Vanya hampir mengerutkan kening, tetapi sebelum ia sempat bertanya lagi, Kevin menariknya ke dalam pelukan dan mencium keningnya dalam seperti ingin menenangkan sekaligus menandai.“Kau istirahat saja dulu,” ucapnya pelan.Tanpa memberi kesempatan untuk membalas, Kevin berbalik dan berjalan santai menuju balkon. Siluet tubuhnya terlihat gagah saat berdiri menghadap laut. Vanya hanya bisa menatap punggung itu.Lalu, pelan-pelan kantuk menyerangnya. Perutnya terasa hangat, mungkin karena sisa malu dan degup jantung yang belum stabil. Akhirnya mata Vanya menutup, menyeretn

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 151. Masalah Besar Terjadi

    Ciuman itu datang begitu tiba tiba, seperti hembusan angin panas yang membakar tenda kesadaran Vanya sampai runtuh. Bibir Kevin menempel pada bibirnya dengan ketegasan yang membuat napasnya terhenti. Vanya terkejut, tubuhnya menegang, tangannya menahan dada Kevin, tetapi genggaman Kevin seolah mengatakan bahwa dia tidak akan membiarkannya pergi satu inci pun.Rasa berontaknya hanya bertahan beberapa detik. Hawa hangat Kevin merayap masuk, memecah lapisan demi lapisan pertahanannya. Napas Vanya menjadi berat dan terpotong potong, lututnya nyaris tidak sanggup menahan tubuhnya sendiri. Setiap kali bibir Kevin bergerak, pikirannya seperti padam dan hidup kembali dalam gelombang yang tak bisa ia kendalikan.Kevin menurunkan ciumannya ke rahang, lalu ke lehernya, meninggalkan jejak panas yang membuat tubuh Vanya seperti meleleh di bawah sentuhannya. Desah di tenggorokannya keluar tanpa sempat ia tahan. Tangannya terangkat, meraih tengkuk Kevin, menariknya lebih dekat, lebih dalam, lebih

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 150. Siapa Dia?

    Hani duduk di kursi empuk ruang istirahat awak kabin, namun rasa nyaman itu sama sekali tidak sampai ke tubuhnya. Ia gelisah. Kakinya bergoyang tanpa henti, jarinya memukul ujung ponsel seperti sedang memaksa layar itu mengeluarkan jawaban. Sejak turun dari pesawat tadi, pikirannya tidak pernah tenang. Wajah Vanya yang pucat tetapi tetap terlihat cantik sangat mengganggunya, juga sosok pria yang begitu dingin dan menakutkan itu, pria yang membuatnya dipermalukan di depan umum.Ia menunggu balasan pesan. Orang yang ia mintai data itu adalah kekasihnya, lebih tepatnya mereka cukup dekat. Biasanya dia sangat cepat merespons, tetapi kali ini tidak. Hani menghela napas kasar lalu membanting tubuhnya ke sandaran kursi. Sudah lebih dari satu jam sejak ia mengirim pesan, rasa penasaran dan sebel menumpuk menjadi satu. Baru saat ia hendak bangkit untuk mengambil minum, ponselnya bergetar.Satu pesan masuk.Kenapa kau tanya tentang dua penumpang ini?Hani langsung mengetik balasan, jarinya berg

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 149. Mau Mulai Kapan?

    Begitu mobil berhenti di area drop off resort, udara asin bercampur angin hangat khas pantai langsung menyapa mereka. Bangunan utama resort tampak seperti melayang di atas air, kaca-kacanya memantulkan cahaya keemasan matahari sore. Jalur kayu yang menghubungkan lobi dan deretan villa memanjang rapi, seakan menuntun langsung ke laut biru jernih yang terus berkilauan.Risa turun lebih dulu lalu mempersilakan Kevin dan Vanya keluar. Angin Costa Mora terasa lebih lembut dari sebelumnya, seperti belaian halus yang mengusap kulit tanpa terburu-buru.“Sebelum saya meninggalkan Tuan dan Nyonya untuk beristirahat,” ucap Risa tetap sopan, “apakah ada preferensi untuk makan malam nanti? Ingin makan di restoran utama, di area pantai, atau saya aturkan untuk dikirimkan ke kamar?”Vanya sudah hendak menjawab, tetapi Kevin lebih dulu menatap Risa. Tenang. Datar. Tegas seperti biasa.“Makan malamnya, kirimkan ke kamar,” ujarnya singkat, seolah keputusan itu sudah tidak bisa dibantah.Risa langsung m

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 148. Revisi Jadwalnya

    Keluar dari pintu kedatangan, Kevin dan Vanya langsung disambut hawa lembap tropis yang menampar lembut kulit mereka. Matahari di sini bersinar begitu terang, sangat berbeda dari Cavendra yang tadi pagi masih dibungkus langit kelabu. Udara di sini terasa hidup, berbaur dengan aroma laut yang terselip tipis di antara angin.“Tuan Kevin, Nyonya Vanya, selamat datang di kota Costa Mora, Solmora,” sambut seorang wanita dari jasa perjalanan dengan suara cerah, profesional, namun tetap ramah.“Perkenalkan, saya Risa, yang akan mendampingi perjalanan Tuan dan Nyonya selama berada di sini.” Rambut hitam ikalnya jatuh lembut ke bahu, senyum hangatnya membuat suasana yang terik terasa sedikit lebih bersahabat.Kevin memberi anggukan singkat seperti biasa, sementara Vanya membalas salam Risa dengan sopan sebelum bertukar basa-basi ringan. Mereka mengikuti langkahnya menuju mobil mewah yang telah menunggu di area penjemputan.Begitu pintu mobil tertutup, Kevin langsung menarik Vanya agar bersandar

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 147. Tunggu Pembalasanku

    Semua mendadak membeku. Hening yang menggantung itu hanya bertahan beberapa detik sebelum salah satu pramugari muda yang berdiri di samping Hani tiba-tiba tertawa kecil, tawa yang jelas bernada meremehkan.“Nyonya mau lapor pada suami Anda?” ujarnya sambil mengangkat alis. “Apa suami Anda polisi? Polisi Solmora, mungkin?”Nada sinisnya menggema, menusuk. Hani yang masih berpura-pura lemah langsung menambahkan raut kesedihan di wajahnya. Merasa ada yang membela dia semakin memainkan perannya dengan sesempurna mungkin.Namun, tawa itu terputus mendadak ketika seseorang melangkah masuk ke lingkaran mereka.Kevin.Ia berdiri di sisi Vanya, merangkul bahunya dengan gerakan yang pelan namun tegas. Tatapannya turun pada para awak kabin itu. Terasa dingin, datar, dan cukup tajam untuk membuat udara seakan menegang.Agnes, yang sejak tadi berusaha terlihat profesional, akhirnya membuka suara meski rautnya tampak goyah. “Tuan … istri Anda sudah beberapa kali menganiaya rekan kami dan—”“Sudah s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status