Share

BAB 28 [GRATIS]

Penulis: Rias Ardani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-24 17:33:33

"Aku tahu kamu membenciku, tapi tolong jangan membantah. Bekerjasamalah, untuk bayi itu," tunjuknya ke arah perutku.

"Aku tidak senang dengan sikapmu itu, yang seakan- akan, kita ini adalah pasangan. Aku dan anak ini hanyalah korbanmu."

"Ya, aku tahu. Itu bagian dari bentuk tanggung jawabku sama kamu, Nara. Aku akan mengurus kamu dengan baik, sampai anak itu lahir."

"Kenapa tidak kita gugurkan saja? Setelah itu, kita bersikap saling tidak kenal saja."

"Jangan coba- coba berani, kamu menyakiti anak itu."

Aku mendengkus.

"Aku tidak akan pergi ke dokter," ujarku membuang pandangan.

"Apakah kamu mau, aku menghentikan penjagaan untuk Zaskia? Karena Ibu tirimu, masih bersikeras mengganggu Zaskia. Karena apa? Ia masih penasaran, karena mayatmu hingga detik ini belum di temukan."

Aku tersentak, dengan tubuh yang kembali bergetar, mendengar ucapan Angkasa.

"Mereka masih mengincar Zaskia?" tanyaku.

"Ya, aku mengirim beberapa orang, untuk menjaga kediaman Zaskia dan keamanan kemana pun Zaskia pergi. Tapi jika kamu terus membantahku, maka aku tidak akan berbaik hati lagi, pada sesuatu yang bukan menjadi urusanku."

"Baiklah, kita pergi," lirihku. Kami pun akhirnya pergi, Angkasa memintaku untuk mengenakan masker penutup wajah, demi keamanan.

"Untuk sementara ini, aku tidak ingin keberadaan kamu di ketahui, karena aku tidak mau terjadi apa- apa pada calon anakku," gumam Angkasa, ketika kami sedang menuju ke tempat dokter praktek kandungan.

Bukan hanya aku yang menutup wajah dengan masker, Angkasa juga melakukan hal yang sama.

"Bagaimana kabar, Nenek?" tanyaku. Ada rasa rindu di hati ini, kepada Nenek Asia, yang sudah lama tidak bertemu.

"Masih tahap penyembuhan," jelas Angkasa.

"Semoga Nenek segera sembuh, aku merindukannya," gumamku pelan, Angkasa tidak menyahut apapun, lelaki itu hanya fokus mengemudi.

Sesampainya di dokter praktek, kami pun duduk, setelah mengambil antrian.

Aku dan Angkasa hanya terdiam, sambil sesekali aku melihat ke arah para pasangan suami istri, yang juga datang untuk memeriksakan kandungan.

Ada yang sudah hamil tua, membuatku merasa terharu, ketika suaminya selalu tersenyum menatap istrinya, sambil tangannya terus mengelus- elus perut sang istri.

Mereka pasangan, sedangkan aku dan Angkasa? Hanyalah sebuah kesalahan, yang membawa kami berakhir di tempat ini.

Untuk pertama kalinya, aku dan Angkasa memasuki ruangan dokter kandungan, dan mulai di periksa. Suara detak jantung calon anakku, membuatku amat terharu.

"Bayinya sehat, detak jantungnya bagus." Begitulah suara dokter, membuatku semakin takjub dengan anugerah Tuhan yang satu ini.

Rasanya benar- benar luar biasa, ada nyawa yang tumbuh di dalam rahim ini.

Usai periksa kandungan, kami pun kini telah pulang ke apartemen. Di apartemen, rupanya kedatangan kami, telah di tunggu seorang laki- laki, yang berpakaian cukup rapi.

"Oh, Pak Jatmiko. Sudah lama?" tanya Angkasa, dan mereka bersalaman, ketika lelaki yang bernama pak Jatmiko itu berdiri.

"Tidak juga, baru saja," jawabnya sambil tersenyum ramah.

Aku berniat menuju ke kamarku, namun suara Angkasa menghentikan langkah ini.

"Nara, duduk di sini," pinta Angkasa.

Aku pun tidak berani membuat penolakan, sehingga memilih untuk menurut saja. Bi Aya datang, membawakan minuman untuk kami.

Setelahnya, wanita itu berpamitan, karena jam kerjanya sudah selesai. Angkasa mengangguk, dan bi Aya pun pergi dari apartemen.

Aku menjadi was- was kembali, karena berada di apartemen ini, dengan dua orang lelaki.

"Pak, sudah di siapkan, surat perjanjian yang saya minta?" tanya Angkasa, kepada pak Jatmiko.

"Sudah, Pak." Lelaki itu mengeluarkan amplop coklat, dan menyodorkannya kepada Angkasa.

Angkasa meraihnya, dan mengeluarkan kertas putih yang berisi perjanjian.

Kemudian, dia memberikannya kepadaku.

"Baca dulu, setelah itu kamu bisa menandatanganinya," jelas Angkasa.

Aku pun mulai membaca isi perjanjian itu.

"Aku harus menyerahkan anak ini padamu, setelah dia lahir?" tanyaku.

"Tentu saja, karena aku menginginkan anak itu, sedangkan kamu tidak!!" jawabnya dengan santai.

"Jika aku menolak, kamu akan menuntutku?" Aku kembali tercengang, dengan segala bentuk perjanjian yang dia buat.

"Ya."

"Kompensasinya juga cukup besar! Dan kamu bisa mewujudkan mimpi- mimpimu. Bahkan, aku bersedia berada dibelakangmu, jika Ibumu tirimu berbuat macam- macam. Aku juga bisa memberimu kekuatan. Tapi jika kamu menolak, aku tidak segan- segan, memberikan kamu kehancuran."

Aku terdiam sejenak, mendengar ucapan Angkasa.

Catatan:

Terima kasih teman-teman sudah membaca cerita ini. Namun, saya harus melakukan persalinan akhir bulan Juli ini. Jadi, mohon pengertiannya untuk menunggu kelanjutannya 🙏

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ari3fafi3sha
Bila mau sambung, kelamaan liburnya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   60 TAMAT

    Bab60Tiba- tiba hati nyonya Rengganis merasa sakit, melihat nasib malang yang menimpa Nara."Kamu lupa tentang asalmu! Kamu juga bukan siapa- siapa, Bu. Harta dan kuasa yang saat ini kita miliki hanyalah titipan. Lihat keadaan kita sekarang, aku sakit- sakitan, kedua anak kita pergi meninggalkan rumah ini. Percuma kita punya rumah mewah, tapi di dalamnya tidak ada cinta. Entah nanti ketika aku mati, apakah kamu mampu hidup sendiri, atau aku mati tanpa ada siapapun disisiku," lirih tuan Tantaka saat itu.Membuat perasaan dihati nyonya Rengganis mulai terketuk."Wanita itu tidak salah apa- apa, tapi dia harus menderita parah dalam hidupnya. Dibuang keluarga, karena Ibu tiri dan adiknya yang gila harta. Aku yakin, dia pun tidak mau hidup begitu, Bu. Tidak sepantasnya kamu menambah luka dihidupnya. Jangan menyumbang derita di hidup orang lain," lanjut tuan Tantaka."Angkasa ...." tuan Tantaka berteriak, mendekati Angkasa yang ternyata sudah menarik rambut Nara seenaknya.Teriakkan tuan T

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   59

    Bab59"Mona ...."Wanita cantik itu tersenyum dan mendekati Bram."Sudah kuduga ini kamu. Kenapa, kamu kehilangan Nara?""Kenapa kamu bisa tau?""Kamu belum tahu apa- apa, Bram. Angkasa yang membawa Nara pergi, entah pergi kemana aku juga belum tau.""Maksud kamu apa? Dan kenapa Angkasa membawa Nara pergi, jelaskan yang benar, aku nggak lagi baik- baik saja, Mon. Tolong jangan bergurau.""Siapa yang bergurau, faktanya Nara memang pergi bersama Angkasa, suami sah Nara.""Suami sah? Kamu gila, aku sudah tegasin sama kamu ya, Mon. Aku nggak lagi baik- baik saja. Kita memang kenal, tapi kita tidak dekat, jadi jangan seperti ini, aku nggak suka ya."Bramantio nampak marah dan tidak suka, mendengar informasi yang dibawakan Monalisa dengan tujuan tertentu."Angkasa itu memang suaminya, dan lelaki kecil yang saat itu bersama Angkasa, itu adalah anak mereka. Kamu tidak tahu apa- apa, kamu ditipu wanita itu, entah dengan tujuan apa, mungkin saja karena uang. Yang jelas, semua yang aku katakan f

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   bab58

    Bab58Jam 9 malam, nyonya Rengganis pulang ke rumahnya, bersama dengan Monalisa.Seharian ini, setelah pergi dari kantor Angkasa, kedua wanita ini memilih untuk pergi shopping dan bersantai di restoran mewah.Plakkk ....1 tamparan keras mendarat di wajah nyonya Rengganis, ketika wanita itu pulang bersama dengan Monalisa."Ibu, ada apa ini? Kenapa Ibu pukul saya?" tanya nyonya Rengganis pada nenek Asia.Pak Tantaka hanya diam disofa single, sambil menatap ponselnya yang terus- menerus melakukan panggilan pada nomor Angkasa."Apa yang sudah kamu dan wanita licik ini lakukan pada cucuku? Sampai- sampai dia memilih pergi dari kota ini?" bentak nenek Asia, membuat nyonya Rengganis terkejut."Maksud Ibu siapa? Angkasa? Bukankah tadi dia ada di kantor."Nyonya Rengganis benar- benar merasa kesal atas semua perbuatan nenek Asia padanya, yang dengan teganya menampar wajahnya begitu saja.Panas, panas pukulan tangan nenek Asia, masih begitu terasa dipipi kirinya."Dasar menantu bodoh! Mau saja

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   57

    Bab57"Angkasa, buka! Kamu mau Ibu mati di depan ruangan kamu?" tanya suara di depan yang mulai pelan.Angkasa menarik rambutnya dengan kesal, kemudian lelaki yang kini tubuhnya nampak kurus itu pun terlihat bimbang untuk membukakan pintu.Karena dia yakin, jika Ibunya bertemu dengan Nara, maka akan semakin ribet keadaannya.Nara melirik sejenak ke arah Angkasa, memindai wajah yang masih tampan itu. Sayangnya, tubuhnya nampak semakin kurus, tidak terawat lagi.Bahkan hal baru yang Nara mulai ketahui, kini Angkasa mulai mengisap rokok. Terlihat dari asbaknya yang ada di atas meja, dan roko serta korek api yang juga ada di sana.Padahal yang Nara tahu, dulu lelaki di depannya ini, tidak menyukai rokok sama sekali. Setelah sekian tahun terpisah, banyak perubahan Angkasa, yang mengarah ke negatif di mata Nara."Angkasa," lirih suara di depan, yang disusul suara panik lainnya."Angkasa, ibu sesak napas," pekik suara dari luar, yang mereka kenali suara Monalisa."Shiiit." Angkasa sangat kes

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   56 Mengancamnya

    Bab56"Angkasa ...." Akhirnya Monalisa berteriak. Sayangnya, Angkasa tidak menghiraukannya sama sekali. Ketika memasuki ruangan, Angkasa melepaskan pergelangan tangan Nara. Nara terdiam sejenak, sembari menarik napas dalam- dalam, mencoba menghilangkan perasaan takut dan gugupnya.Telapak tangan Nara basah, ada perasaan was- was menggerogoti hatinya."Ada apa kemari? Pasti sangat begitu penting, sampai kamu datang kesini, setelah berhari- hari menghilang," ujar Angkasa membuka obrolan.Nara duduk disofa, mencoba menjawab dengan tenang, demi Baskara, anak yang telah mengobati rindu dihatinya, setelah sekian tahun menanggung perasaan sakit hati, karena merindukan anak semata wayang."Demi Baskara," lirih Nara."Aku memberanikan diri datang kemari. Demi dia, demi anakku," lanjut Nara, membuat Angkasa yang tadinya berdiri membelakangi Nara, sambil menatap ke arah dinding kaca, kini berbalik badan, melemparkan pandangan pada Nara yang duduk dengan tatapan datar.Sangat jauh dengan Nara ya

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Bab55, Mengejeknya

    Bab55Nara berdiri, dan perlahan mundur."Ngapain kamu? Jangan mendekat," bentak Nara, dengan tatapan penuh ketidaksukaan."Nara, aku rindu, rindu sama kamu," lirih lelaki itu, yang tidak lagi lanjut melangkah."Rindu apa? Bulshit. Kamu jahat, kamu perusak kebahagiaanku," ucap Nara dengan suara bergetar."Karena kamu aku menderita, aku terbuang dari keluarga dan aku harus melewati berbagai macam kedukaan," lanjut Nara.Tatapan penuh kekecewaan bercampur luka, terpancar jelas diwajah cantik Nara.Nara yang dulu sederhana, kini menjadi Nara yang cantik, modis dan putih bersih terawat.Membuat kekaguman dimata lelaki yang kini berhadapan dengannya."Aku cinta sama kamu, Nara. Aku nggak bahagia, menyaksikan kamu berumah tangga dengan Angkasa. Kembalilah denganku, Nara. Aku janji, aku akan bahagiakan kamu," ucap lelaki itu."Jangan bicara tentang cinta, pengkhianat, penipu. Demi Allah, Abimanyu, aku benci kamu, aku jijik dan seumur hidup aku akan membenci kamu," tegas Nara."Seharusnya ki

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status