“Tidak ada yang akan berani. Kalau ada aku akan memotong telinganya!” Glen langsung menyesap leher Istrinya hingga meninggalkan bekas. “Glen ini akan terlihat,” ujar Ashley panik. Glen tak menggubris. Mereka lanjutkan permainan mereka dengan panas diRuangan itu. “Sepertinya setelah ini kita harus membuat ruangan ini menjadi kedap suara,” bisik Alfredo. Henry pun hanya tersenyum paksa. “Ahh pelann Glennhh!” teriak Ashley saat Glen menarik rambutnya sembari terus membuat Gadis itu mendesah nikmat. Beberapa saat kemudian. “Sudah tidak ada suara apakah sudah aman?” bisik Alfredo pada Henry. “Diamlah,” ujar Henry sembari menyenggol tubuh Alfredo. Tak berselang lama, Justin kembali datang dengan membawa beberapa berkas ditangannya. “Apa Tuan dan Nona sudah tidak sibuk?” tanya Justin. “A-ah kau kembali saja lagi Tuan. Kami akan menghubungimu nanti,” ujar Henry gugup. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. “Alfred-“ Kata-kata Ashley terputus saat melihat Tuan Justin yang sedang menat
“Brengsek! Tidak tahuu terimakasih!” umpat Flora. Ia kemudian menutup pintu kamarnya dengan kasar hingga terdengar hampir diseluruh penjuru Mansion. “Wanita itu benar-benar semakin tidak tahu diri!” kesal Zico. “Sudahlah Kak,” ucap William. Disisi lain, Glen dan Ashley sedang rapat bersama para dewan direksi. “Tahun ini saya lihat jumlah anggaran yang digunakan semakin melonjak. Kerja kalian apa jika tidak bisa menekan anggaran hingga bisa melonjak seperti ini?” tanya Glen sembari membuka berkas yang diberikan Henry. “Dan juga saya dengar kerjasama dengan Max Company tertunda karena masalah anggaran. Apa betul?” tanya Glen. “Betul, Tuan,” jawab Frans. Glen pun memijit kepalanya pelan. “Begini saja, saya mau semua laporan keungan dikirim ke ruangan saya. Nanti saya yang akan memeriksanya sendiri,” ucap Ashley. Para dewan direksi pun langsung saling menatap dengan panik. “Kenapa? Apa ada masalah?” tanya Ashley cepat. “T-tidak Nona. Saya akan antar secepatnya,” ujar Tuan J
“Apa yang terjadi dengan Ashley?” Glen tidak menjawab dan memilih untuk langsung menuju kamarnya. “Nyonya ketiga baik-baik saja Tuan. Hanya saja, ia sedikit kelelahan hingga tertidur dimobil,” ujar Henry menjawab pertanyaan Tuan Besar. Tuan Besar pun hanya mengangguk. Henry dan Alfredo kemudian pergi menuju Kamar Majikan mereka itu. “Aku ada tugas untuk kalian,” ucap Glen kepada Henry dan Alfredo. “Aku dengar William memulai Proyek kerjasamanya dengan Slytzean Company. Aku mau kerjasama itu gagal,” ujar Glen. “Apa kau ingin membuat Slytzean bekerja sama dengan Cath Company?” tanya Alfredo. “Tepat sekali. Perusahaan itu sangat menguntungkan jika kita dapat bekerja sama dengan mereka,” ujar Glen. “Baik Tuan,” ucap Henry dan Alfredo bersamaan. Keduanya kemudian segera pergi meninggalkan Glen. Disisi lain, Zico dan William sedang berbincang bersama Ayah mereka diruang tengah. “Ayah, kau tidak benar-benar mencabut jabatan kami kan?” tanya Zico. “Ada atau tidaknya jaba
“Jadi kau akan mengabdikan sisa umurmu hanya untuk Gadis kecil itu?” tanya Henry cepat. “Belum tahu. Tapi saat aku menjaganya, aku merasa tenang. Aku seperti sedang menjaga mendiang Adikku sendiri,” jelasnya dengan wajah murung. ~ “Kemana kau akan membawaku?” tanya Ashley. “Diamlah, jangan banyak tanya,” ucap Glen. Ashley mempoutkan bibirnya karena tak mendapat jawaban dari Suaminya itu. “Mister apa kau tahu Suamiku akan membawaku kemana?” tanya Ashley pada Alfredo yang sedang menyetir mobil. “Tidak Nona,” jawabnya. Gadis itu mendengus kesal. Beberapa saat kemudian, mereka sampai di sebuah Perusahaan besar yang berdiri megah ditengah kota itu. “Lama sekali aku tidak menginjakkan kaki ketempat ini,” gumam Ashley. Glen kemudian membawa Ashley turun dan memasuki Perusahaan itu. “Salam Tuan, Salam Nyonya,” sambut seorang Pria berpakaian formal yang menyambut kedatangan Glen dan Ashley. Pria itu adalah Direktur utama Perusahaan itu, ia bernama Frans. “Apa semuanya berjala
Deg~ jantung Flora seketika berhenti. Ia lupa bahwa video yang ia ambil itu berasal dari kamera yang ia pasang diam-diam di Ruang kerja Glen. Glen kemudian membawa Ashley untuk duduk. “Sepertinya saat aku tidak ada disini kalian banyak melakukan sesuatu terhadap Istriku ya,” gertak Glen. “Jangan banyak omong kau. Jelas-jelas Istrimu salah tapi kau masih membelanya!” geram Zico. “Sudah cukup! Tak bisakah kalian tak bertengkar terus?” lerai Tuan Besar. “Flora darimana kau dapat video itu? Disetiap ruang kerja dirumah ini dilindungi dengan privasi yang sangat tinggi! Tapi kau bisa mendapat Video itu bukankah berarti kau meninggalkan sesuatu disana?” “Dan juga, Ashley, Apakah benar Perhiasan yang kamu pakai adalah perhiasan Flora?” “Tidak Ayah! Itu adalah milikku. Itu hadiah dari Glen yang ia bawa dari luar negeri!” jelas Ashley. “Bohong! Perhiasan itu sangat terbatas dan butuh waktu lama untuk memesannya!” sela Flora. “Jadi kau meragukanku?” sahut Glen. “Jawab aku Flora
“Siapa yang berani memasang Kamera disini?!” “Tenang Nona. Saya akan menyelidiki nya,” ujar Alfredo. Ashley menghela nafas kasar. Ia kemudian duduk dikursi empuk milik Glen. Sementara Alfredo, ia pergi untuk mencari informasi tentang kamera itu. Tiba-tiba telepon berbunyi. Ashley : Halo? Glen : Kenapa susah sekali dihubungi? Ashley : Menurutmu? Glen : (terkekeh) Aku sudah mendengar semua tentang situasi disana. Bagaimana? Apakah menyenangkan? Ashley : Are you seriously? Kenapa kau juga bertanya hal tidak masuk akal seperti itu Glen : Kau sepertinya sedang kesal. Ada apa? Ashley : Ada yang memasang kamera tersembunyi di ruang kerjamu. Tapi aku belum bisa memastikan siapa pelakunya Glen : Sepertinya kemampuanmu meningkat. Tidak sia-sia aku mendidikmu Ashley : Diamlah dan segera kembali. Aku muak berlama-lama disini Glen : Tentu. Aku tahu kau sangat merindukanku Ashley : Kau ini pede sekali ya? Sudahlah. Aku harus mengurus beberapa hal. Bye Ashley kemudian
“Kakak, kenapa kau langsung menuduh ku? Memangnya kau melihatku memasukkan racun itu? Dan lagi, yang memasak bukan aku. Lalu kenapa kau menuduh aku tapi tidak menuduh Bibi yang memasak?” Tiba-tiba Bi Grace datang karena dipanggil oleh Asisten Tuan Besar. “Ada apa ini Nyonya?” tanya Bi Grace kebingungan. “Apa kau meracuni Nyonya Pertama?” tanya Ashley. “Hah, mana mungkin saya melakukannya Nyonya. Tuan Besar, Tuan Muda, tidak mungkin saya melakukannya. Saya sudah berpuluh-puluh tahun bekerja disini,” jelas Bi Grace dengan wajah panik. “Baiklah Bi. Kami hanya bertanya. Jangan cemas,” ucap Ashley mencoba menenangkan Bi Grace. Ashley kemudian menoleh kesamping seolah memberi tanda pada Alfredo yang berdiri dibelakangnya sejak tadi. Alfredo pun mendekat kearah Ashley. “Panggil Dokter pribadi Glen kemari,” bisik Ashley. “Ayah, kasihan Istriku. Ayah harus memberi keadilan untuk dia!” sahut Zico. “Kakak. Keadilan apa yang kau maksud? Apa kau masih menuduhku bahwa aku meracuni Is
“Aku harap kau tidak menjadi seperti Ayah. Aku tak apa jika kau ingin menikah lagi, tapi bicaralah terlebih dahulu kepadaku,” ucap Ashley pelan. Beberapa minggu kemudian. Setelah kelulusan Ashley, Glen kemudian mengangkat Mr. Alfredo menjadi Asisten pribadi Ashley. Ia juga langsung mengurus keberangkatannya keluar negeri termasuk mengurus kepindahan Ashley ke Mansion keluarga Moonstone. “Kau jangan berulah,” bisik Glen kepada Istrinya itu. Ashley melirik kearah 2 Saudara iparnya kemudian kearah Sang Mertua sebelum akhirnya mengangguk. “Kau ini sengaja menaruhku disini agar bisa menghadapi mereka kan?” bisik Ashley. Glen tersenyum. Ia mengecup pucuk kepala Ashley dan bibir mungil gadis itu. “Jaga dia,” ucap Glen pada Alfredo yang berada tak jauh dibelakang Ashley. “Hati-hati dijalan,” ujar Ashley sembari menatap punggung Glen yang mulai berjalan menuju mobilnya. Henry kemudian membukakan pintu untuk Glen dan menutupnya. Sebelum ia masuk, ia menunduk kearah Ashley. Ash
Matahari sudah berada tepat diatas kepala. Kini, Ashley sedang belajar di Paviliun belakang bersama Mr.Alfredo. Sedangkan Glen, ia ikut menemani Ashley belajar sembari menyeruput secangkir teh ditangannya dan menatap layar Ipad dihadapannya. “Permisi Tuan, ada yang ingin saya sampaikan,” ucap Henry yang sudah berdiri sigap dihadapan Glen. Ashley menoleh. “Apa ia sudah mendapat kabar tentang Wanita itu?” batin Ashley sembari mengernyitkan dahinya. “Nona. Fokus,” tegur Mr. Alfredo. Melihat itu, Glen langsung mengajak Henry untuk berbicara ditempat lain agar tidak mengganggu jam belajar Ashley. “Apa kau juga akan mengajariku saat aku sudah lulus nanti?” tanya Ashley basa-basi pada Gurunya itu. “Itu tergantung pada Nona,” ujar nya cepat. Ashley kemudian menatap wajah Gurunya itu dengan seksama. Alfredo Beadsworth. Pria berusia 35 tahun yang masih berkelana menjadi pengajar para keturunan keluarga darah biru. Ia memiliki darah keturunan bangsawan. Tapi, ia sangat sederhana da