Share

Mimpi atau Kenyataan

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-14 10:51:12

Setelah puas mengumpati kakaknya dan Suri, Aira menarik napas panjang lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia meraih ponselnya, menekan tombol panggil untuk menghubungi salah satu temannya, Miska. Dalam hitungan detik, suara Miska terdengar di ujung sana.

“Halo, Aira. Kamu sudah dalam perjalanan ke sini, kan? Pesta sebentar lagi dimulai!”

Aira menggigit bibirnya, menahan rasa kecewa yang makin mendalam. “Aku tidak bisa datang, Mis. Mama melarangku keluar.”

Sejenak, Miska terdiam, mungkin bingung bagaimana merespons. “Oh… ya sudah, tidak apa-apa,” jawabnya. Namun, nada suara gadis itu terdengar canggung, seolah ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.

“Kamu kenapa, Mis? Apa terjadi sesuatu di sana?” tanya Aira curiga.

Miska menghela napas sejenak sebelum memberikan jawaban. “Aku bingung harus bagaimana mengatakannya padamu. Baru saja aku melihat Ivan ada di klub ini.”

Aira langsung duduk tegak, rasa penasaran dan was-was menguasai dirinya. “Lalu? Memangnya kenapa kalau dia di s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Syarifah Ifah
seru jadi penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Duka di Balik Senyum

    Kepala Jevandro terasa seperti dihantam palu besi. Berat, berdenyut, dan dipenuhi kabut yang menggantung. Lelaki itu mengerang pelan di bawah selimut yang membungkus tubuhnya. Dengan satu tangan, ia memegangi pelipis, mencoba menenangkan denyutan yang seakan memukul-mukul dari dalam. Napasnya tertahan ketika mencoba duduk, punggungnya bersandar pada kepala ranjang yang dingin dan kokoh.Pandangan Jevandro berkunang sebentar, lalu kembali fokus. Dalam benaknya, satu demi satu potongan memori tadi malam bermunculan seperti kilatan cahaya. Denting gelas anggur, wajah Mr. Kenshiro, lalu tubuhnya yang digiring pulang ke apartemen oleh Mateo dalam keadaan setengah sadar.Ketika Jevandro menyibakkan selimut, dadanya terasa ditekan sesuatu yang tidak kasatmata. Tubuhnya polos, tanpa sehelai benang pun.Dengan cepat, mata hazel pria itu menelusuri permukaan tempat tidur yang acak-acakan, lalu berhenti pada satu titik kecil yang tak bisa diabaikan—noda merah samar yang tercetak di atas sprai.

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Indah Tapi Menyakitkan

    Sembari menggigit ujung kukunya, Serin memutuskan untuk membantu Jevandro. Perlahan ia membungkuk, membelai lengan pria itu dengan ragu.“Kak Jevandro,” bisiknya, menyentuh pipi Jevandro yang hangat, “saya bantu ke kamar, ya? Kakak harus istirahat.”Pria itu hanya menggumam, mata setengah terpejam, tubuhnya nyaris tak bergerak.Serin menghela napas sekali lagi, lalu menunduk lebih dalam dan meraih lengan Jevandro yang berat untuk diletakkan di atas bahunya sendiri. Satu lengannya melingkar di pinggang pria itu, mencoba menopangnya agar berdiri.Langkah demi langkah, ia menyeret tubuh suaminya dengan susah payah. Tubuh Jevandro yang tegap dan tinggi menjulang membuat Serin terseok, seperti menahan beban yang terlalu besar untuk ukuran tubuhnya yang mungil. Sesekali kaki Serin tergelincir di lantai marmer yang licin. Peluh mengembun di pelipisnya, tetapi ia tidak menyerah.“Kita sudah hampir sampai… sedikit lagi,” gumamnya lirih.Ketika mereka tiba di ambang ranjang, tubuh Serin sudah

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Istri yang Ditinggalkan

    Serin masih berdiri sejenak di depan pintu lobi. Angin dari pintu otomatis yang terbuka dan tertutup perlahan menyentuh wajahnya, sementara langkah-langkah orang asing berlalu-lalang di belakangnya. Gadis itu menarik napas dalam, sebelum melangkah ke dalam lift yang berdinding kaca mengilap.Tangannya menekan angka lantai yang sudah akrab di luar kepala—tempat unit Jevandro berada. Lift meluncur naik dalam keheningan, hingga membuat Serin bisa mendengar napasnya sendiri.Ketika pintunya telah terbuka, gadis itu melangkah keluar lalu menyusuri lorong sunyi menuju pintu apartemen. Jari-jarinya menekan angka-angka pada keypad digital—kode yang diberikan oleh Jevandro beberapa waktu lalu. Dalam sekejap, kunci terbuka dengan bunyi klik yang halus.Pintu berayun, memperlihatkan interior apartemen yang mewah dengan desain kontemporer. Namun semua keindahan itu tak mampu menyingkirkan rasa hampa yang menyergap.Tristan dan Bi Janti kini tinggal di mansion, bergabung dengan keluarga besar Alba

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Hari-hari Penuh Kesepian

    Sisa embun pagi masih terlihat di permukaan jendela apartemen. Di dalam kamar, Kenan duduk santai di sisi ranjang. Tubuhnya bertumpu pada satu sikunya yang menekan permukaan kasur empuk. Tatapannya tak beranjak sedikit pun dari sosok yang tengah berdiri di depan meja rias. Kenan masih mengenakan baju yang telah ia pakai sejak kemarin. Ia memang tidak membawa baju ganti saat memutuskan untuk bermalam di apartemen istrinya—sebuah keputusan spontan yang kini memberinya alasan untuk menatap Jeandra dalam momen yang tak biasa: saat berdandan.Pandangan mata Kenan menelusuri setiap gerakan tangan Jeandra di hadapan meja rias. Lincah, anggun, dan terampil—begitulah wanita itu memainkan kuas, membingkai wajahnya dengan gradasi warna yang mempertegas kelopak mata. Cermin di meja rias memantulkan bayangan Jeandra yang tampak berbeda dari citra yang selama ini tertanam dalam benaknya. Istrinya itu memiliki kecantikan luar biasa, yang sengaja disembunyikan di balik riasan sederhana seorang sek

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Melamarmu dengan Keberanian

    Bibir Kenan kembali menyunggingkan senyum. Itu adalah senyum yang hangat dan sangat langka—senyum yang mungkin hanya pernah dilihat oleh Jeandra.Jemari panjang Kenan lantas membelai punggung Jeandra, memberikan kenyamanan pada wanita itu.“Hanya karena tersinggung, seorang Jeandra Albantara rela menyamar jadi sekretarisku?”Jeandra menelan ludah. Dadanya terasa sesak oleh sejumlah keraguan. Apakah malam ini adalah malam yang tepat untuk mengungkap semuanya?Haruskah ia berkata jujur dan membuka lembaran lain dari alasan yang lebih gelap? Haruskah ia mengaku, bahwa ia pernah menuduh Kenan mencuri desain dari perusahaan keluarganya? Dalam beberapa detik, Jeandra menatap mata Kenan yang kini menunggu dengan sabar, tanpa paksaan, hanya menantikan sebuah keterbukaan.Jeandra kemudian membenamkan wajahnya pada dada bidang Kenan, membiarkan dirinya larut dalam ketenangan ritme napas pria itu. Detak jantung Kenan teratur, stabil, penuh keyakinan, seperti melodi lembut yang perlahan menyihi

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Penyatuan Hati

    Jeandra tidak pernah membayangkan bahwa malam pertamanya—malam yang selama ini hanya ada dalam angan-angan—justru akan terjadi di apartemennya sendiri. Terlebih, ia akan melewatinya bersama pria yang pernah membuatnya kesal, bingung, dan tanpa sadar jatuh cinta. Kamar yang awalnya dingin dan tenang, kini berubah hangat oleh keintiman yang tidak bisa lagi dicegah. Seluruh tubuh Jeandra gemetar, menanti detik-detik yang menegangkan sekaligus menggetarkan. Malam pertama adalah hal yang baru baginya, sesuatu yang hanya akan ia persembahkan untuk sang suami.Gerakan Kenan yang perlahan menurun, menelusuri setiap garis tubuhnya dengan sentuhan memuja, membuat napas Jeandra tercekat. Ia tidak bisa lagi membohongi dirinya sendiri, bahwa ini tak mungkin dihentikan. Ini bukan tentang keberanian atau logika, tetapi tentang dua jiwa yang akhirnya saling menginginkan tanpa batas, tanpa penghalang. Mustahil, ia melarang Kenan melakukan hal yang lebih, sementara jantungnya sudah berdebar begitu ke

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menjadi Milikku Selamanya

    Usai merayakan pesta pernikahan Jevandro dan Serin di hotel, Jeandra bersama kedua orangtuanya dan Rakyan, memutuskan kembali ke mansion. Deru mobil yang mengantar mereka melaju dengan tenang, membelah jalanan kota yang mulai diselimuti langit senja. Jeandra menyandarkan kepalanya pada jendela. Senyum masih tertinggal di bibirnya saat mengingat pernikahan Jevandro. Namun, sesampainya di halaman depan mansion yang luas, Jeandra baru tersadar akan sesuatu yang membuat napasnya tercekat—waktu.Pandangan matanya segera tertumbuk pada jam tangan mungil di pergelangan tangan kiri. Detik-detik yang berputar menunjukkan bahwa dalam waktu kurang dari satu jam, Kenan akan tiba untuk menjemputnya pindah ke apartemen pria itu. Degup jantung Jeandra terasa lebih kencang. Gaun pesta emerald green yang masih membalut tubuhnya, serta riasan wajah yang memancarkan kecantikan maksimal, semuanya kini terasa tidak tepat.Ia harus kembali ke apartemen secepat mungkin. Harus berganti pakaian, dan mengha

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Ingin Menemanimu

    Meski sedikit kesulitan, Serin akhirnya berhasil membuka sendiri gaun pengantinnya yang rumit. Jemarinya sempat gemetar ketika menyentuh lapisan renda yang seharusnya menjadi simbol kebahagiaan. Ia melipatnya hati-hati dan meletakkannya di dekat rak, seakan enggan menjatuhkannya ke lantai karena rasa hormat terhadap keindahan gaun itu.Dengan gerakan cepat, Serin mengenakan gaun tidur merah muda yang tadi diserahkan oleh Jevandro. Bahannya lembut dan dingin di kulit, tetapi tidak mampu menyelimuti hatinya yang gamang.Sebelum keluar dari kamar mandi, Serin mencuci wajahnya dulu, membiarkan air membasuh sisa-sisa riasan yang tadi dipoles cermat oleh Jeandra. Pandangannya di cermin, kini memperlihatkan Serin yang lebih jujur dalam kesederhanaan tanpa lapisan kosmetik.Ketika ia keluar dari kamar mandi, pandangan Serin segera menemukan sosok Jevandro yang masih berdiri di balkon. Tubuh pria itu bersandar ringan pada pembatas logam hitam yang menghadap langit

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bulan Madu yang Tak Diharapkan

    Janji suci itu akhirnya terucap dari bibir Jevandro dengan nada datar. Ia bersikap seolah tengah membaca naskah kewajiban yang harus dituntaskan, bukan ikrar tulus yang lahir dari kedalaman hati. Kalimat-kalimat yang biasanya penuh makna bagi sepasang pengantin, kini hanyalah deretan kata yang kosong tanpa getaran. Meski wajah Jevandro tetap tenang, Serin bisa melihat mata itu menyimpan rasa kecewa yang tak bisa dipadamkan. Ia berdiri di sana, seperti aktor dalam pertunjukan yang tidak ingin ia mainkan. Jevandro menuntaskan tugasnya tanpa benar-benar merasai setiap ikrar yang ia lafalkan.Serin pun menyusul, mengucapkan sumpahnya dengan suara yang sempat tersendat di tengah. Ia buru-buru menyelesaikan kalimat terakhir, seakan takut suaranya akan pecah bila ia diam terlalu lama. Hatinya bergetar saat pendeta menyuruh mereka bertukar cincin. Di tangannya, cincin berlian itu terasa berat. Ia tahu persis, itu adalah cincin yang pernah dibeli Jevandro untuk dikenakan Liora. Cincin yang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status