แชร์

Saya Siap

ผู้เขียน: Risca Amelia
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-12-04 14:51:45
Dengan mata terbelalak, Suri menatap pria itu, mencoba memahami situasi yang sedang terjadi. Sekilas, ia melihat sesuatu yang familiar - stetoskop yang menggantung di leher pria itu.

Pikiran Suri yang masih linglung segera menghubungkan potongan informasi tersebut, dan rasa cemasnya perlahan berkurang. Ternyata ini benar-benar dokter Silas, dokter sekaligus keponakan Tuan Josua yang ia tunggu. Sontak, Suri menarik napas pelan, meski jantungnya masih berdetak dengan cepat.

Dokter Silas—tersenyum tipis, lalu berkata, "Saya minta maaf jika kehadiran saya mengejutkanmu, Suri. Saya hanya ingin memeriksa kondisi kesehatanmu, karena Bi Lena tadi melapor bahwa kamu mengalami mimisan."

Suri mengangguk pelan, meskipun tubuhnya masih terasa lemas. "Iya, Dok, saya tiba-tiba pusing dan mengalami mimisan," ucap Suri dengan suara parau.

“Tidak apa-apa. Mari kita periksa dulu kondisimu,” kata dokter Silas dengan nada profesional.

Dokter Silas meletakkan tas medisnya di atas meja, mengeluarkan bebera
Risca Amelia

Yuk, dukung Suri dengan memberikan gems dan komen sebanyak mungkin. Jangan lupa berikan ulasan bintang lima juga supaya author tetap semangat. Thank you, Readersku Tersayang.

| 38
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (2)
goodnovel comment avatar
Syarifah Ifah
semangat suri semangat membaca makin seru
goodnovel comment avatar
Nessa Ness
semangat suri semangat terus buat baca makin seru
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Siapa Pengirimnya?

    “Bagus. Tetap tenang, dan pastikan Anda beristirahat malam ini,” pungkas dokter Richard. Suri mengangguk lemah. Ketika ia bangkit dari kursi pemeriksaan, tubuhnya terasa lebih ringan, seolah sebagian dari beban yang selama ini dipikulnya telah hilang. Namun, ia tahu pertempuran yang sebenarnya baru saja akan dimulai.Dokter Richard memberikan beberapa instruksi tambahan, lalu memanggil perawat untuk membantu Suri keluar ruangan. Ketika ia berjalan menuju pintu, ternyata dokter Silas sudah menunggu di luar dengan wajah cemas.“Bagaimana?” tanyanya.“Operasi dijadwalkan besok pagi,” jawab Suri dengan nada datar, mencoba menyembunyikan ketakutannya. Dokter Silas tersenyum dan menepuk bahu Suri perlahan, memberikan dukungan tanpa kata.“Jangan terlalu banyak pikiran, Suri. Malam ini, kamu harus tidur nyenyak,” kata dokter Silas, mencoba menyemangati.Suri hanya tersenyum tipis walaupun terselip kekhawatiran besar yang tidak dapat ia sembunyikan. Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-05
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perjuangan di Meja Operasi

    Menjelang pukul delapan malam, sudah tidak ada aktivitas yang terdengar di rumah dokter Silas. Kamar tempat Suri beristirahat pun terasa begitu sunyi. Hanya penerangan dari lampu tidur yang memancarkan cahaya temaram di dalam ruangan. Suri berbaring di ranjang kamar tamu, tetapi matanya sama sekali tak mau terpejam. Pikirannya berkelana, mencemaskan operasi tumor hidung yang akan dijalaninya esok pagi. Setiap kali dia menutup mata, bayangan ruang operasi, suara-suara alat medis, dan tangan para dokter yang melakukan pembedahan muncul silih berganti. “Apa aku bisa melewati ini? Apakah aku akan selamat?” gumamnya lirih pada diri sendiri. Bunyi ketukan yang terdengar dari pintu kamar, membuat Suri terkejut dan segera bangkit. Ketika ia membuka pintu, Bi Lena sudah muncul di sana. Wanita itu membawa nampan dengan secangkir teh yang mengepulkan uap harum.“Maaf, Nona Suri,” ucap Bi Lena dengan suara halus, “Saya membawakan teh chamomile untuk Anda. Dokter Silas meminta agar Anda meminu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-05
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kebencian Diva

    Diva terperanjat. Wajahnya langsung memucat, tetapi dia berusaha keras untuk mempertahankan senyum palsunya. “Foto apa? Aku tidak mengerti apa yang Kak Romeo bicarakan,” jawabnya dengan suara pelan, mencoba berlagak tidak tahu. Sejenak, Diva mengalihkan pandangan dan pura-pura sibuk membaca pesan di ponsel. “Aku butuh kejujuranmu,” potong Romeo dengan tegas. “Suri memiliki fotoku yang sedang tertidur di kamar apartemen. Hanya kamu yang bisa mengambil foto itu, karena tidak ada orang lain di sana.”Diva mengerjap beberapa kali, otaknya berputar cepat mencari alasan yang masuk akal. Dia tidak menyangka Romeo akan tahu tentang foto yang ia kirimkan kepada Suri, dalam waktu secepat ini. “Bukan aku pelakunya, Kak,” jawab Diva dengan nada sedih, mencoba memainkan perannya sebagai wanita yang tersakiti. “Malam itu, kepalaku sangat pusing dan perutku mual. Aku tertidur lebih dulu dari Kak Romeo. Mana mungkin aku bisa mengambil foto lalu mengirimkannya kepada Suri,” sangkal Diva.Romeo me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kesempatan Kedua

    Suri terbangun dengan perlahan. Kepalanya terasa berat, dan ia merasakan denyutan nyeri yang tajam di bagian hidung. Rasa pusing itu membuat penglihatannya sedikit buram, seakan-akan semua yang ada di sekitarnya bergerak lambat. Namun, rasa nyeri yang mendera telah menariknya kembali pada kenyataan. Dengan jari-jari yang masih gemetar, Suri meraba wajahnya. Ada perban yang membungkus rapat di sekitar tulang hidung, bekas operasi yang baru saja ia jalani.Desahan lirih keluar dari bibirnya. Pandangan Suri masih kabur, tetapi samar-samar ia menangkap bayangan seseorang di samping brankar. Perlahan, bayangan itu menjadi lebih jelas. Seorang perempuan berusia sekitar tiga puluhan, dengan seragam putih dan topi kecil berwarna senada. Mata perempuan itu yang semula menatap monitor pemantau detak jantung tiba-tiba teralih, dan segera menunjukkan sorot lega begitu menyadari Suri telah sadar.“Oh, syukurlah, Anda sudah sadar!” kata perawat itu, senyum tulus menghiasi wajahnya. “Saya akan pang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mantan Kekasih

    Bibir Nyonya Valerie memucat. Alih-alih membenci Suri, putranya malah memihak wanita itu secara terang-terangan. Terlebih, Romeo berani mempertanyakan tuduhan yang ia sematkan terhadap menantunya yang mandul itu.“Romeo, sejak kapan kamu terpengaruh oleh ucapan Suri?” tanya Nyonya Valerie dengan suara bergetar. Ia mengira bahwa Suri yang sudah meracuni pikiran putranya.“Suri tidak mengatakan apa-apa,” pungkas Romeo.Wajah Nyonya Valerie merah padam, antara marah dan bingung. Ia tak terbiasa melihat Romeo berbicara dengan nada setajam ini. Sementara Aira, yang biasanya sering membalas perkataan kakaknya, kali ini diam membatu, seperti seorang bocah yang ketahuan berbuat nakal.Romeo melanjutkan dengan nada suara yang lebih dingin dan tegas, seolah memberi peringatan. “Aku dan Suri belum bercerai,” katanya, menatap tajam ibu dan adiknya secara bergantian. “Dan aku akan segera membawanya pulang.”

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Lukamu Akan Hilang

    Aira menimbang sejenak, tetapi akhirnya mengangguk. Bagian dari dirinya ingin mengabaikan Ivan, tetapi di sisi lain, ia merasa senang melihat bahwa pria itu masih tertarik padanya.Percakapan dimulai dengan canggung. Ivan mencoba menarik kembali ingatan masa lalu, tentang momen-momen ketika mereka bersama, tetapi Aira hanya menjawab sekenanya. Ia tidak mau terlihat lemah, apalagi masih menyimpan cinta terhadap pria itu. Hanya saja, setelah mereka berdua menghabiskan beberapa gelas minuman, Aira mulai terbuka. Perlahan-lahan senyumnya kembali mengembang, bahkan gadis itu tak canggung untuk bersandar di bahu Ivan. Sebagai mantan kekasih, Ivan tahu persis bagaimana caranya membuat Aira luluh, dan hal itu mulai melemahkan pertahanan yang telah ia bangun.“Baby, apa kamu pernah berpikir untuk bersamaku lagi?” Ivan bertanya tiba-tiba, membuat jantung Aira berdegup lebih cepat. Apalagi, Ivan menatapnya dengan tatapan serius yang sulit diabaikan.Aira menghela napas, mencoba menutupi kebimba

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-07
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Siap Menanggung Risiko

    Suri melirik dokter Silas yang berdiri di sebelah dokter Richard. Pria itu hanya tersenyum kecil, seolah sudah biasa mendengar pujian semacam itu.“Terima kasih atas sarannya, Dok,” jawab Suri terdengar ragu.Menghilangkan bekas luka itu terasa seperti membuka luka lama yang sudah ia kubur dalam-dalam. Namun, di sisi lain, ada sedikit harapan untuk bisa meninggalkan kenangan buruk itu selamanya. Bagaimanapun, ia berhak untuk tampil sempurna sebagai seorang wanita. Setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh, dokter Richard pun berpamitan. “Baiklah, saya rasa cukup untuk pagi ini. Nanti sore, dokter Daniel yang akan memeriksa kondisi Anda.”Dokter Richard berjalan keluar, diikuti oleh perawat yang menjaga Suri. Sepertinya, ia ingin memberikan beberapa instruksi tambahan kepada perawat tersebut.Kini, hanya ada Suri dan dokter Silas di dalam kamar rawat yang sunyi. Dokter Silas pun mendekat, lalu memperhatikan selang infus dan alat pemantau denyut jantung secara bergantian. “Bagaimana ko

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-07
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Istri yang Tidak Dikenal

    Setelah Yonas pergi, Romeo menarik napas panjang untuk meredakan amarahnya. Aira selalu menjadi tanggung jawabnya sejak ayah mereka meninggal, tetapi gadis itu kini semakin sulit diatur. Ini semua karena Aira selalu dimanjakan dan dipenuhi semua keinginannya sejak kecil. Untuk sesaat, ruangan terasa hening, hanya terdengar suara napas Romeo yang teratur. Di saat seperti ini, ia tidak boleh goyah dan terhanyut oleh perasaan. Bagaimanapun, tumpukan dokumen di mejanya masih menanti untuk diperiksa. Romeo duduk di belakang meja kerjanya, menatap layar laptop dengan alis yang sedikit berkerut. Ia melepas jas dan menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku. Kurang lebih tiga jam, Romeo tenggelam dalam pekerjaan, hingga ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya. “Masuk,” katanya tanpa mengangkat pandangan.Yonas masuk dengan langkah tenang sebelum menghampiri meja sang CEO. “Pak Romeo, Detektif Austin sudah datang. Dia sedang menunggu di luar.”Romeo mengangguk pelan. “Suruh dia masuk

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-08

บทล่าสุด

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kemesraan yang Tak Terduga

    Wangi dari uap teh yang baru diseduh memenuhi dapur apartemen, menyatu dengan harumnya mentega yang mulai meleleh di atas wajan panas. Serin, yang sudah terbangun sejak pukul enam pagi, sedang berdiri di dapur bersama Bi Janti.Meski sudah berulang kali dilarang untuk membantu, gadis itu tetap bersikeras ingin membuat roti panggang. Berdalih agar Bi Janti bisa lebih cepat menyiapkan keperluan Tristan, sebelum berangkat ke sekolah.“Kalau hanya begini, saya masih sanggup, Bi… daripada saya diam saja,” ujar Serin pelan, sambil mengoleskan selai hazelnut ke selembar roti. Gerakannya begitu teratur dan cekatan, menunjukkan bahwa ia sudah terbiasa melakukan pekerjaan dapur. Bi Janti menghela napas, mengalah, walau pandangannya masih khawatir menatap Serin. Perempuan paruh baya itu lantas menuju ke kamar tamu untuk memandikan Tristan.Di tengah kesibukannya, Serin mendengar langkah kaki berat yang mendekat dari arah koridor. Detik berikutnya, sosok Jevandro muncul, masih dalam balutan kaus

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rasa yang Tumbuh

    Tepat pukul dua belas siang, Jeandra berjalan keluar dari ruang rapat dengan langkah tegap. Ia lebih dulu melangkah menuju lift, tak ingin menoleh ke belakang meski ia tahu dua pria itu—Kenan dan Gavin—masih tertinggal.Jeandra berdiri di dalam lift, merapikan setelan kerja yang tadi sempat kusut karena duduk terlalu lama. Namun, ketika pintu mulai menutup, Kenan dan Gavin masuk menyusul.Jantung Jeandra berdetak lebih kencang ketika Kenan memilih berdiri di sisinya, begitu dekat hingga ia bisa mencium parfum mahal yang biasa digunakan pria itu. Diam-diam, ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hatinya yang mulai resah.Setiba di lantai kantor eksekutif, Jeandra buru-buru menuju meja kerjanya. Tangannya bergerak membuka wadah makan siangnya, yang sudah disiapkan oleh pelayan mansion sejak pagi. Namun, ia sengaja belum menyentuhnya, menunggu kemungkinan Kenan dan Gavin keluar lagi untuk makan bersama. Tak disangka, hanya Gavin yang keluar—dengan senyum simpul dan ekspresi

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Diam-diam Jatuh Hati

    Sinar matahari yang mulai condong ke barat, mengiringi langkah Serin keluar dari rumah sakit. Gadis itu memakai pakaian sederhana dan scarf tipis yang menutupi lehernya. Tubuhnya masih sedikit lemah, tetapi rona pucat di pipinya mulai tergantikan dengan semburat lembut kehidupan. Di sisinya, berdiri Jevandro—dengan tatapan penuh kewaspadaan. Gerakan tangan lelaki itu sigap dan kokoh, memberikan semacam ketenangan yang sulit dijelaskan.Jevandro sempat melirik ke arah jalanan, memastikan bahwa mobil yang dikemudikan sopir pribadinya sudah terparkir tepat di depan lobi. Ia menggamit lembut tangan Serin, membimbingnya menuju mobil hitam berkelas yang pintunya telah dibukakan sopir.Sesaat setelah keduanya duduk di dalam mobil, Jevandro memerintahkan sopir untuk menjalankan kendaraan. Namun, baru beberapa blok meninggalkan rumah sakit, pria itu tiba-tiba mengangkat tangan, memberi isyarat kepada sopirnya.“Berhenti di toko buah di depan,” titahnya tegas.Serin menoleh ke arah Jevandro de

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jatuh pada Pesonanya

    Hampir satu jam setelah kejadian memalukan tadi pagi, Jeandra duduk dengan tenang di balik meja kerjanya. Ia berusaha menenggelamkan diri dalam laporan-laporan dan data pendukung untuk meeting.Ia merasa sedikit lega—paling tidak Kenan belum juga memanggilnya. Tidak ada perintah, tidak ada ketukan pintu, dan tidak ada suara panggilan lewat interkom. Kedamaian itu memberi ruang bagi Jeandra untuk menata kembali hati dan pikiran. Namun, ketika jarum jam menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit, Jeandra mendengar derap langkah kaki yang mendekat, membuatnya mengangkat wajah.Pintu ruang CEO terbuka lebar, dan keluarlah Kenan dengan penampilan rapi dan ekspersi tenang, diikuti Gavin yang berjalan setengah langkah di belakangnya. Tanpa menoleh, Kenan langsung memberi perintah, nadanya pendek tetapi tegas.“Jeandra, ikut saya ke ruang meeting.”Jeandra pun segera berdiri, mengangguk sopan. “Baik, Pak.”Dengan cekatan, ia mengambil iPad-nya, dua berkas presentasi, pena digital, dan buku a

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pembuktian yang Dinanti

    Tubuh Jeandra tersentak saat menyadari posisinya—ia masih duduk di pangkuan Kenan. Dalam satu gerakan panik, Jeandra segera beranjak dari pangkuan pria itu, berdiri tegak dengan kedua tangan merapikan blazernya.Lekas saja Jeandra menundukkan kepala, enggan bertemu dengan tatapan Gavin yang masih terpaku di ambang pintu. Alhasil, pandangan Gavin beralih pada Kenan, berharap ada penjelasan yang masuk akal dari atasan sekaligus sahabatnya itu. Kenan, dengan sedikit canggung, berdehem pelan sambil pura-pura membetulkan letak dasi yang dipasangkan oleh Jeandra. Ia menggeser kursinya, lalu menatap Gavin dengan wajah datar. “Jangan berpikiran macam-macam,” sangkalnya. “Aku hanya meminta bantuan Jeandra untuk memasangkan dasi. Dia terjatuh karena mendengar kau membuka pintu tiba-tiba.”Nada suaranya seolah ingin mengakhiri spekulasi yang mungkin terlanjur muncul di kepala Gavin.Jeandra mengangguk cepat, membenarkan ucapan Kenan. Kemudian, ia mencari kesempatan untuk bisa pergi dari ruanga

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jatuh di Pangkuannya

    Di mansion keluarga Albantara, langkah Jeandra terdengar tergesa menuruni tangga. Gaun formal berlapis blazer merah yang ia kenakan, berayun ringan mengikuti gerakan tubuhnya. Wajah cantiknya masih segar, siap untuk kembali menjalani harinya sebagai sekretaris Kenan—dengan identitas palsu yang harus terus dijaga.Begitu tiba di ruang makan, Jeandra melihat kedua orang tuanya sudah duduk di meja panjang, ditemani Rakyan yang tengah sibuk menyendokkan sereal ke dalam mangkuk. Aroma roti panggang memenuhi udara, menambah kehangatan pagi itu.Jeandra segera duduk di kursi, mengambil segelas jus jeruk. Namun, belum sempat ia menyeruputnya, suara Suri menggema di ruangan itu."Serin masuk rumah sakit semalam, Jeandra."Gelas di tangan Jeandra nyaris terjatuh. Ia mendongak dengan sorot mata terkejut. "Apa?" tanyanya buru-buru, menatap sang ibu. "Serin sakit apa, Ma?"Suri menatap putrinya, sambil menyodorkan sepotong sandwich dan semangkuk salad segar.“Jevan bilang mata Serin nyeri dan kep

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tidak Boleh Hamil

    Pukul tujuh tepat, Serin terbangun dari tidurnya. Kelopak matanya yang berat bergetar, sebelum akhirnya terbuka perlahan.Sekilas, Serin melihat bias matahari pagi yang menerobos lewat sela-sela tirai. Di tengah kesadarannya yang masih kabur, ia mendengar suara berat yang familiar—suara Jevandro—tengah berbicara melalui telepon di sudut ruangan.Suaranya terdengar tenang, tetapi dari kata-kata yang meluncur, Serin bisa menebak bahwa pria itu sedang berbicara dengan orangtuanya. Pastilah mereka sedang bertanya mengenai kondisinya di rumah sakit.Serin terdiam sesaat, sengaja tidak bergerak hingga Jevandro selesai berbicara. Namun, pintu kamar rawat itu mendadak terbuka, memperlihatkan seorang petugas rumah sakit yang datang dengan senyum ramah. Ia mendorong troli kecil berisi sarapan pagi. Aroma nasi goreng hangat, serta setangkup roti panggang dengan selai stroberi menyeruak memenuhi udara. Membuat perut Serin yang kosong langsung mengerut lapar.Jevandro segera mengakhiri teleponnya

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Hanya Kita Berdua

    Dalam keheningan kamar VIP, perlahan-lahan kelopak mata Serin mulai bergetar, seakan berusaha menembus kabut kesadaran yang berat. Dengan napas yang masih lemah, ia membuka mata, beradu dengan cahaya menyilaukan yang menyambutnya.Dunia yang awalnya samar-samar menjadi kian jelas di hadapannya. Aroma antiseptik serta rasa berat pada tangan kirinya, segera memberi petunjuk pada Serin bahwa ia tidak lagi berada di kamar apartemen.Kesadarannya yang telah pulih, membawa Serin pada sebuah pemandangan yang membuat jantungnya berdegup kencang. Bagaimana tidak.Di sampingnya, dalam pelukan yang masih erat, seorang pria terlelap dengan napas teratur.Jevandro Albantara.Pria itu tampak berbeda dari sosok CEO dingin dan dominan yang biasa ia kenal di kantor. Kini wajahnya terlihat damai, tenang, bahkan hampir mengundang rasa kasihan, dengan jejak kelelahan yang membayang di garis rahangnya yang kokoh.Serin membeku beberapa detik, tubuhnya kaku antara rasa malu dan terkejut.Dengan gerakan seh

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Peluk Aku

    Di kamarnya yang sunyi, Jevandro masih menempelkan ponsel di telinga, memanggil-manggil nama Serin dengan suara cemas. Namun dari seberang, hanya hening yang ia dapatkan. Tak ada jawaban, tak ada suara, hanya desis samar napas yang akhirnya menghilang. Merasakan firasat buruk yang mencengkeram hatinya, Jevandro segera mengakhiri panggilan. Ia melirik sekilas ke jam di layar ponsel—pukul setengah sebelas malam. Tak ingin menunda sedetik pun, Jevandro menyambar jaket yang tergantung di sandaran kursi, lalu meraih kunci mobil. Dengan langkah lebar penuh kegelisahan, ia meninggalkan kamar.Suasana mansion telah sunyi, hanya sesekali terdengar derit angin malam menerpa pepohonan di taman. Semua penghuni telah terlelap dalam damai, kecuali Jevandro yang kini bergegas menuruni tangga. Ia membuka pintu depan, mengabaikan dinginnya udara yang menerpa kulit. Tanpa ragu, Jevandro menyalakan mesin mobil, suara raungannya memenuhi halaman mansion. Dalam sekejap, mobil itu melesat membelah malam

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status