Sarah terbangun kala mendengar gemericik air di kamar mandi, menoleh ke sebelahnya tidak ada Zain disana."Mas," panggilnya."Iya Sayang. Aku di kamar mandi."Selang beberapa menit Zain keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang masih basah."Kenapa tidak membangunkanku?" tanya Sarah lagi."Kamu terlalu lelah Sayang, jadi istirahatlah, karena nanti malam aku akan menambah durasinya," jawab Zain sambil terkekeh kecil.Sementara Sarah bergidik mendengar ucapan suaminya."Aku bercanda Sayang, sekarang mandilah. Aku sudah memesan sarapan untuk kita."*Usai Sarapan Zain membuka kembali laptopnya, untuk mengetahui kabar perusahaan sepeninggalnya."Sayang, kamu tahu tentang berita yang sedang viral?" tanyanya pada Sarah yang baru duduk di sebelahnya."Tidak, emangnya apa?" "Aku juga belum tahu apa isi beritanya, di grub WhatsApp semua pada membicarakannya."Sarah pun mengambil ponsel yang diberikan oleh Zain. Seketika itu juga Sarah terkejut saat melihat sebuah video viral yang
"Obatnya sudah kamu kasih?" Sarah mendengar suara suaminya yang sedang melangkah masuk kedalam kamar."Sudah, dia sekarang sudah tertidur," jawab suara wanita yang tak lain adalah suster Karin yang masih berada di sebelahnya.Sarah memang sering mengalami sakit kepala yang hebat. Selama ini dia ditemani mbak Dian, tetangga. Yang tak jauh dari rumahnya. Hanya saja, sudah seminggu ini sakit di kepala Sarah semakin menjadi, bahkan dia juga sering pingsan. Tubuhnya juga sangat lemah. Oleh karena itu suaminya, Fandi, meminta suster Karin untuk menjaganya di rumah.Pagi ini Sarah baru saja usai minum obat yang diberikan oleh suster Karin. Biasanya, pengaruh obat membuatnya mengantuk dan tertidur. Karena dengan tidur sakit di kepalanya terasa berkurang. Tapi, berbeda dengan hari ini. Dia sudah berusaha untuk memejamkan matanya namun tetap saja ia tidak bisa tidur."Kamu cantik sekali hari ini." kata-kata yang keluar dari mulut seorang lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu membuatnya me
"Apa?!" Nesya terkejut."Iya, kenapa terkejut begitu? Bukankah itu yang kamu inginkan.""Iya, tapi kenapa terlalu cepat? Kita kan masih membutuhkan tanda tangannya. Walaupun sekarang dia sudah bangkrut tidak punya uang banyak lagi. Kan dia masih punya Villa dan perkebunan teh yang masih lumayan buat kita jual." Nesya mendengus kesal.Lagi-lagi Sarah dibuat kaget. Bahkan kali ini dia sangat terkejut mendengar niat busuk sahabatnya. Tak percaya tapi itu kenyataannya, sahabat yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri ternyata mempunyai niat sejahat itu. Bukan hanya harta yang diinginkan bahkan suami pun juga.'Sebodoh itukah selama ini? Sampai tidak menyadari kalau sedang dikelilingi oleh manusia-manusia berhati iblis.'Sepeninggal ayahnya semua harta warisan jatuh ke tangan Sarah. Lalu perusahaannya ayahnya di kelola oleh Fandi dengan jabatannya sebagai direktur utama. Tetapi, itu tidak berlangsung lama karena om Anwar adik dari sang ayah datang mengatakan kalau almarhum ayah bany
Dian membawakan semangkuk bubur, niatnya langsung memberikannya kepada Sarah. Namun melihat kondisi Sarah, dia memutuskan untuk membersihkannya terlebih dahulu."Nah, mandi serta sarapan sudah selesai. Sekarang waktunya minum obat." Dian mengambil obat yang dia taruh di atas meja samping ranjang."Loh, dek Sarah nangis, kenapa?" tanya Dian melihat air mata Sarah mengalir deras.Sarah hanya mampu menangis, dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya agar Dian mengerti. Semua badannya terasa kaku bahkan untuk menggeleng kepala saja dirinya tidak bisa."Dek Sarah tidak mau minum obat?" tanya Dian lagi. Ingin sekali rasanya Sarah mengatakan. Iya, tetapi mulutnya sama sekali tidak bisa diajak bersahabat."Jangan malas minum obat Dek, biar cepat sembuh. Agar pak Fandi juga tidak marah sama saya." Dian berusaha membujuk Sarah."Ayo Dek, minum obat dulu ya." Dian hendak meletakkan pil ke dalam mulut Sarah. Tapi tangannya terhenti melihat Sarah memejamkan matanya pasrah."Dek, apa yang terja
Satu minggu Sarah di rawat di rumah sakit dengan fasilitas terbaik dan dengan menjalani beberapa hari terapi. Akhirnya Sarah sudah bisa berjalan dan berbicara layaknya orang normal lagi.Hari ini Anwar dan Dian datang ke rumah sakit untuk menjemputnya. Kata dokter, Sarah sudah boleh pulang dengan keadaannya sudah sangat baik.Melihat kedatangan keduanya, Sarah pun langsung menghambur ke pelukan Dian, "Mbak Dian, aku sangat berterimakasih sama Mbak. Kalau tuhan tidak memberi pertolongannya melalui mbak Dian, aku nggak tahu sekarang aku masih hidup atau nggak.""Iya Sarah, yang penting sekarang kamu sudah baik-baik saja. Mbak juga tidak pernah menyangka kalau Fandi setega itu sama kamu, ternyata selama ini mbak juga tertipu akan sikap dan mulut manisnya itu."*"Apakah kamu masih mau kembali ke rumah itu, Sarah?" tanya Anwar saat mereka sudah berada di dalam mobil."Iya Om.""Sarah! Otak mu memang sudah benar-benar di racuni oleh pria brengsek itu. Kamu sudah dibuat lumpuh dan kamu masi
Sementara di lain tempat pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara itu. Terkulai lemah, baru saja menyelesaikan aktivitas ranjang mereka."Sayang, aku yakin sekarang Sarah pasti sedang menangis meratapi nasibnya. Haha," ucap Nesya dengan jari-jemarinya di mainkan di atas dada bidang Fandi."Iya Sayang, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain menangis.""Aku sudah tidak sabar untuk menjadi nyonya Fandi.""Secepatnya, Sayang." Fandi memberikan kecupan pada b***r wanita kesayangannya itu. Kini dirinya benar-benar merasa sangat nyaman dan takut akan kehilangan Nesya.Flashback (awal pertemuan)"Mas, mulai sekarang aku percayakan perusahaan ayah di kelola sama kamu," ucap Sarah sembari membenarkan dasi suaminya."Sayang, kamu benar-benar yakin dengan keputusanmu ini?" "Tentu saja, karena sekarang kamu adalah satu-satunya orang yang aku percayai.""Om Anwar?""Mas berhentilah menyebut namanya. Kamu tahu kan aku benci padanya.""Maafkan aku, Sayang. Aku hanya takut dia tidak suka dan
Deretan foto pun menyusul masuk. Terlihat Sarah dan Nesya berpelukan, layaknya mereka sahabat yang tak terpisahkan. Selebihnya foto Fandi dan Nesya berbalut dalam satu selimut.Fandi menghela napas berat, kekecewaan istrinya sudah tergambarkan di pikirannya."Bodohnya aku bisa terjebak oleh wanita sialan itu!" Fandi frustasi beberapa kali ia mengusap wajahnya dengan kasar.Ting! Pesan kembali masuk dari nomor yang sama.[Sekarang kau adalah milikku]Dengan cepat Fandi membalas pesan tersebut.[Katakan, apa yang kau inginkan dariku?] balasan terkirim dan langsung centang biru.[Pertanyaan yang bagus Fandi. Tidak banyak kok, cukup kau jadi milikku seutuhnya.]Fandi kembali duduk di atas ranjang. Nesya benar-benar membuatnya merasa gila."Mas kok lama?" tanya Sarah yang baru muncul dari balik pintu."Nggak Sayang, ini baru saja nerima telpon dari kantor ada meeting penting sore nanti.""Oh, aku pikir kenapa. Mas, kamu tuh jangan terlalu mikirin pekerjaan terus, kamu juga harus jaga kese
Sarah dan Dian diantar ke rumah oleh supir pribadi Anwar. "Mbak Dian, mbak adalah orang yang sangat berjasa padaku. Jadi izinkan aku membalas semua itu mulai sekarang," ucap Sarah saat mereka tiba di rumah Sarah."Aduh Dek, nggak usah segitunya. Selama ini kan Mbak juga sangat ikhlas ngejagain dek Sarah.""Sudahlah Mbak, aku sangat berhutang budi. Aku mohon kali ini Mbak jangan menolak permintaanku. Tinggalkan kontrakan di ujang gang itu dan tempati lah salah satu apartemenku.""Aduh, jangan Dek. Itu terlalu berlebihan. Terus kalau mbak sudah jauh bagaimana caranya mbak bisa bantu dek Sarah lagi?""Sekarang mbak tidak usah khawatir, aku pasti bisa jaga diri. Kejadian itu sangat menjadi pelajaran berharga untukku, Mbak. Jangan tolak permintaanku."Sarah terus membujuk Dian sehingga akhirnya Dian tidak bisa lagi untuk menolak."Sekarang mbak tolong panggilkan mbok Asi untuk membersikan rumah ini, karena ini sudah sangat mirip dengan kapal pecah. Setelah itu kita pergi ke kantor mas Fan