Home / Romansa / OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU / BAB. 3 Terjadi Kecelakaan

Share

BAB. 3 Terjadi Kecelakaan

last update Last Updated: 2025-02-11 20:42:18

Para pemuda itu pun

masuk ke dalam mobil. Ronand segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Namun mobil Edward tidak juga kelihatan.

"Sial! Edward ke mana! Kenapa mobilnya tidak kelihatan?" seru Ronand panik.

Bahkan semua orang yang berada di dalam mobil itu juga ikut-ikutan panik.

"Bukannya tadi Edward meneriaki nama Rian?" tukas Bobby.

"Pasti Tuan Edward sedang menuju ke apartemen Tuan Rian," sahut Aksa.

"Nand, segera meluncur ke sana!" seru Jemy kepada sepupunya.

"Beres! Gue putar balik dulu," sergah Ronand.

Dengan cepat pria itu memutar balik arah mobil menuju ke apartemen

Rian.

Benar saja tebakan mereka. Edward memang sedang melajukan mobilnya menuju ke apartemen pria itu.

Namun karena di bawah pengaruh minuman keras Edward terlihat ugal-ugalan membawa mobil.

Hatinya sangat sakit saat ini, harus menerima kenyataan jika Ranti, gadis yang sangat dirinya cintai telah berani berselingkuh dibelakangnya. Sepertinya Edward mulai percaya jika Ranti memang tidak pernah

mencintainya.

Selama ini Edward berharap penuh kepada gadis itu. Bahkan dia telah merancang untuk menikahi gadis itu tahun ini. Sang pria sedang memesan cincin couple untuk mereka berdua. Namun semuanya hanya kesia-siaan belaka.

Ranti telah mengkhianati cintanya. Gadis itu telah menghancurkan harapan terbesarnya. Tak terasa air mata Edward mengalir di kedua pipinya. Sepertinya pria itu sangat patah hati sekarang.

Tiba-tiba saja Edward hilang keseimbangan saat menyetir mobil. Kejadiannya sangat

cepat terjadi. Mobil yang dikendarai olehnya menabrak pembatas jalan dengan sangat kuat.

Pria itu tak sadarkan diri akibat benturan yang kuat. Untung saja air bag mobil langsung berkembang

sehingga melindungi kepala Edward dari benturan yang keras.

Sementara mobil Ronand terus saja mencari

keberadaan mobil Edward, sang sepupu.

Bobby yang duduk di samping Ronand, dari kejauhan dapat melihat sebuah mobil yang telah menabrak pembatas jalan. Asap mulai mengepul dari mobil tersebut.

Sang sepupu ingat betul jika plat mobil tersebut adalah milik Edward, sepupunya. Dia pun segera berkata,

"Guys! Bukannya itu mobil Edward?" teriak Bobby.

"Shit! Edward apa yang sedang merasuki Lo!" kesal Jemy kepadanya.

"Nand! Lebih cepat Lo menyetirnya!" Lalu dengan sigap Ronand mempercepat laju mobilnya.

Sedangkan Aksa segera menelepon ambulans untuk menolong Edward.

Waktu yang telah menunjukkan dini hari, membuat jalanan sangat sepi dan lengang.

Para pemuda itu, segera turun dari mobil. Mereka pun menghampiri mobil Edward yang telah rusak parah. Keempatnya lalu mencoba memecahkan kaca mobil dan membuka pintunya dari dalam, untuk dapat mengeluarkan tubuh Edward dari dalam mobil.

Ronand segera memeriksa saluran pernapasan Edward. Pria itu sangat bersyukur karena sepupunya hanya pingsan.

Lalu Bobby angkat bicara,

"Guys, jujur gue takut memindahkan tubuh Edward!" ungkapnya gusar.

Ternyata para pemuda itu ragu untuk mengeluarkan tubuh Edward dari dalam mobil.

"Kita tunggu petugas kesehatan saja, untuk mengeluarkannya. Takutnya jika kita salah mengangkat tubuhnya, malah dapat memperparah keadaan," tukas Jemy.

"Ide bagus!" sahut Ronand.

Aksa mengeraskan rahangnya karena ambulans belum tiba juga. Pria itu kembali menelepon pihak rumah sakit.

Akhirnya ambulans pun tiba bersamaan dengan datangnya mobil petugas pemadam kebakaran. Tubuh Edward yang telah pingsan segera dievakuasi dengan cepat.

Petugas pemadam kebakaran juga segera menangani mobil Edward sehingga tidak

sempat menimbulkan ledakan dan kebakaran.

Sedangkan Edward sendiri segera dilarikan ke rumah sakit. Aksa dan Jemy ikut masuk ke dalam ambulans untuk mendampinginya.

Sementara Ronand kembali menyetir mobilnya menuju ke rumah sakit, mengikuti ambulans yang sedang melaju sangat kencang saat ini.

Bobby yang berada di samping Ronand yang sedang menyetir, mulai sibuk menghubungi keluarga terutama Aunty Ayu, ibunda Edward.

Tidak lupa juga Bobby menghubungi Opa Bram, kakek mereka.

Tangisan Tante Ayu memenuhi ruang tunggu pasien. Opa Bram juga turun bersedih hati melihat keadaan salah satu cucunya saat ini.

Sang opa pun bertanya kepada Ronand, apa yang terjadi sebenarnya kepada Edward.

Sang cucu lalu menceritakan semuanya kepada Opa Bram tentang hubungan Edward dan Ranti yang terjalin selama ini. Akan tetapi penuh dengan kepalsuan.

Sang opa terlihat sangat

geram mendengar semuanya. Dia pun mempunyai tekad yang bulat untuk menyelamatkan kondisi mental cucunya tersebut.

"Jadi Edward masih saja berhubungan dengan gadis itu?" selidik sang kakek.

"Ya ... begitulah kenyataanya, Opa." seru Ronand menimpali.

"Opa pernah menegur Edward agar tidak bergaul lagi dengan wanita itu. Tapi dia keras kepala rupanya," tutur sang opa.

Ternyata Opa Bram pernah menegur Edward namun dia memilih untuk tidak mendengar perkataan kakeknya.

"Edward terlalu naif memandang cinta. Sifatnya sangat berbeda dengan kalian bertiga," ucap Opa Bram kepada Ronand, Jemy, dan Bobby.

Ketiganya mengangguk tanda setuju. Mereka berpikiran yang sama dengan Opa Bram.

Lalu sang kakek berkata lagi,

"Opa memiliki rencana jitu agar Edward bisa melupakan gadis itu. Akan tetapi, kalian harus membantu Opa untuk menyukseskannya."

"Tentu saja kami mau, Opa!" ucap Bobby.

"Demi kesembuhan Edward. Aku juga akan ikut membantu," tukas Jemy.

"Jangan tanya aku, Opa. Tentu saja aku juga turut bersedia melakukan apa pun, agar Edward lebih cepat pulih," sahut Ronand dari kesungguhan hatinya.

"Baiklah, kalau begitu. Opa akan menghubungi kalian nantinya jika semua telah berjalan sesuai rencana Opa." tutur Opa Bram kepada para cucunya.

Sudah hampir seminggu lamanya Edward telah di pindahkan di sebuah rumah sakit yang berada di Kota London.

Bunda Ayu dan Ronand ikut mendampingi pengobatan Edward di sana.

Sedangkan Jemy dan Bobby bertugas untuk mengelola perusahaan yang ada di Jakarta.

Hasil pemeriksaan para dokter menyatakan, jika Edward mengalami beberapa retak tulang dan butuh recovery yanv sangat intensif selama beberapa bulan ke depan.

Nyonya Rahayu terus saja menangis melihat kondisi putranya yang masih lemah. Seperti tidak memiliki semangat untuk hidup lagi.

"Aunty Ayu, jangan menangis terus dong. Aunty harus yakin jika Edward akan cepat pulihnya," ucap Ronand menghibur sang tante.

"Bagaimana Aunty tidak semakin sedih, Nand. Sepupumu semakin hari kok malah semakin lemah?" isak Aunty Ayu.

"Aunty ... kita harus yakin, Edward bisa melewati semuanya dengan baik. Kita juga patut bersyukur karena kondisi Edward tetap stabil sejauh ini. Tante harus jaga kesehatan, agar tetap sehat dan tidak drop selama mendampingi pemulihan Edward.

Sementara di dalam ruang rawatan. Tubuh lemah Edward sedang terbaring lemah. Pria itu sedang menatap langit-langit rumah sakit. Hatinya terasa hampa saat ini. Entah kenapa kerinduan mendalam kepada Ranti mulai merasukinya saat ini.

Namun tiba-tiba Edward mengingat perlakuan gadis itu kepadanya. Rasa sakit tersebut terasa menusuk-menusuk sampai ke ulu hatinya.

"Ranti! Kamu kenapa sangat tega melakukan semuanya kepadaku?" Air mata Edward mulai keluar membasahi pipinya. Sungguh begitu rapuhnya dia saat ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 100 Akhir Bahagia Bersama Keluarga

    Di suatu pagi,Suasana di rumah Edward dan Zuri dipenuhi kegembiraan. Liburan anak-anak telah tiba, dan janji Edward untuk membawa mereka keliling Kota London semakin mendekati kenyataan. Zuri tampak sibuk di kamar, mengemas barang-barang untuk perjalanan panjang mereka."Nasya, Sayang, jangan lari-lari! Kita akan berangkat sebentar lagi," ujar Zuri sambil tersenyum melihat putri bungsunya yang berlari-lari kecil di sekitar tempat tidur.Nasya, yang baru berusia tiga tahun dan duduk di playgroup, menghentikan langkahnya dan menatap Zuri dengan senyum lebar. "Mommy, Nasya boleh bawa boneka nggak?" tanyanya dengan mata berbinar-binar."Boleh, Sayang. Tapi cuma satu, ya? Jangan kebanyakan barang," sahut sang ibu.Sementara itu, di ruang tamu, Edward sedang membantu kedua anak laki-lakinya, Edzhar yang berusia tujuh tahun dan Ben yang berusia enam tahun, mengemasi mainan yang akan mereka bawa."Daddy, nanti di London kita naik bus tingkat, ya?" Edzhar bertanya sambil memasukkan mobil mai

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 99 Kelahiran Baby Nasya

    Sore yang mendebarkan,Saat sore menjelang, langit Jakarta memancarkan semburat jingga yang indah, namun hati Edward, sang CEO EK Corp terasa tak tenang. Baru saja dia selesai menandatangani berkas terakhir di kantornya ketika ponselnya berdering. Dengan cepat pria sibuk itu menjawab panggilan tersebut.Edward :”Hallo, Maid. Ada apa?”Maid :"Tuan, Nonya Zuri sudah dibawa ke rumah sakit. Sepertinya sudah waktunya melahirkan!" suara maid-nya terdengar di ujung telepon.Edward langsung berdiri, rasa panik mulai menyeruak di dadanya. “Baik, saya segera ke sana,” jawabnya sebelum memutus panggilan dari sang asisten rumah tangga. Pria itu lalu meraih jasnya dengan cepat, berlari menuju lift, dan segera melangkah ke mobilnya yang ada di parkiran.Perjalanan dari kantor Edward di kawasan pusat Jakarta menuju rumah sakit keluarga langganan keluarganya, biasanya memakan waktu lama karena kemacetan yang tak terelakkan. Namun, sore itu, keajaiban seolah berpihak kepadanya. Jalanan tampak lebi

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 98 Kabar Baik Untuk Semua

    Di suatu pagi,Suasana di rumah Edward dan Zuri sangat tenang dan damai. Sinar matahari di hari Sabtu pagi menyelinap di antara dedaunan pohon yang rimbun, menerangi halaman rumah yang luas, termasuk kolam renang pribadi mereka. Di sana, Edward tampak sedang berenang dengan putra-putranya, Edzhar dan Jacob Benedict yang biasa dipanggil Ben yang juga telah dikaruniai oleh Tuhan kepada mereka dan ikut meramaikan keluarga kecil Edward dan Zuri.Edward dengan sabar mengajarkan kedua putranya cara berenang gaya bebas saat ini.“Lihat, Daddy! Aku bisa melakukannya!” teriak Edzhar, anak sulung mereka yang baru berusia lima tahun, sambil mencoba menggerakkan tangannya dengan gaya bebas.“Bagus, Nak! Teruskan! Ben, kamu juga harus mencoba, ya,” seru Edward sambil mengawasi kedua putranya dengan penuh perhatian.Ben yang masih berusia empat tahun mencoba mengikuti, namun gerakannya masih kaku. “Daddy, aku agak susah berenang, airnya malah masuk ke dalam hidungku,” rengek Ben sambil mengusap wa

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 97 Kejutan Dari Edward

    Beberapa bulan kemudian,Hari ini adalah hari istimewa bagi Zuri dan Edward. Tepat tujuh bulan sudah usia kandungan Zuri, dan mereka baru saja pulang dari rumah sakit setelah pemeriksaan USG yang menunjukkan bahwa mereka akan dikaruniai seorang anak laki-laki. Hasil pemeriksaan itu membuat mereka semakin antusias untuk menyambut kehadiran sang buah hati. Edward, yang selalu memperhatikan setiap detailnya, sudah lama merencanakan acara tujuh bulanan untuk merayakan momen istimewa ini. Acara tersebut digelar di ballroom hotel Fairmont, Jakarta, dengan dekorasi elegan dan suasana yang penuh kehangatan.Ballroom yang luas itu dihiasi dengan bunga-bunga berwarna putih dan biru pastel, mencerminkan tema kebahagiaan menyambut putra mereka. Di tengah ballroom, tampak panggung kecil dengan meja panjang yang dihiasi kue tujuh bulanan dan berbagai hadiah untuk Zuri. Para tamu mulai berdatangan, dan suasana semakin meriah dengan kehadiran keluarga dan teman-teman dekat pasangan ini.Zuri mengena

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 96 Penyesalan Edward

    Zuri terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit, wajahnya terlihat pucat akan tetapi tampak lebih tenang setelah beberapa jam dirawat di UGD. Setelah dipastikan kondisinya stabil, tim dokter memutuskan untuk memindahkannya ke ruang perawatan yang berada di lantai atas. Keadaannya mungkin sudah lebih baik, namun kekhawatiran masih menggelayuti wajah setiap orang yang menunggunya di luar.Bunda Ayu, Opa Bram, Jemy, Mirah, dan Bobby sudah menanti dengan penuh harap di depan pintu ruang perawatan. Ketika perawat memberitahu bahwa mereka diperbolehkan masuk, Bunda Ayu segera melangkah masuk, diikuti oleh yang lainnya. Dengan langkah tergesa, Bunda Ayu menghampiri menantu kesayangannya yang masih terbaring di ranjang, sambil menggenggam erat tangan Zuri."Zuri, syukurlah kamu baik-baik saja, Nak," ucap Bunda Ayu dengan suara penuh kelegaan. “Bunda sangat khawatir tadi.”Zuri tersenyum lemah, akan tetapi senyum itu cukup untuk menenangkan hati Bunda Ayu. "Terima kasih, Bunda. Saya juga ber

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 95 Zuri Dilarikan Ke Rumah Sakit

    Jemy melangkah cepat di tepian Pantai Ancol, langkah-langkahnya teratur namun tegang. Dia memeluk tubuh Zuri yang pingsan dengan erat, tubuh perempuan itu terasa ringan di pelukannya, akan tetapi beban yang dirasakan Jemy di hatinya jauh lebih berat. Pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran. Untungnya Tadi, sebelum dia menggendong Zuri, dia sempat menelepon Bobby, yang juga merupakan sepupu Edward, yang baru saja selesai mengikuti rapat penting di gedung yang sama yang ada di area Pantai Ancol."Bobby, aku sudah menemukan keberadaan Zuri. Tapi dia sedang pingsan! Sekarang aku sedang menggendongnya, cepat siapkan mobil di parkiran. Kita harus segera ke rumah sakit!" Suara Jemy terdengar panik di telepon.Tanpa banyak bicara, Bobby langsung bergegas menuju parkiran dan menyiapkan mobilnya.Sesampai di parkiran, Bobby melihat Jemy datang dengan langkah cepat, Zuri berada dalam gendongannya. Bobby segera membuka pintu penumpang yang ada di belakang, memberikan ruang bagi Jemy untuk memasuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status